"Maksudnya dia licik, kenapa Tuan?" Tanya Zura. "Kau sanga ingin tahu?" "Maaf, Tuan. Saya hanya bingung, apa yang dilakukan mantan sekretaris yang dulu sehingga di pecat," Sahut Zura. Niatnya ingin mempelajari kesalahan Minzi agar tidak terulang terhadap dirinya. "Kami di jebak, maksud saya dan Anna. Kami di jebak sehingga kami bisa menikah, aku tidak bisa menjelaskan secara detail, tapi pernikahan itu bukanlah kami sengaja, aku mencintai Anna, tapi tidak selicik itu."Dae Song mengungkapkan itu kepada Zura agar wanita itu lebih tahu bagaimana ia tidak ingin menyakiti adiknya, Dae Jung. "Aku sekarang lebih mengerti, Tuan." Hanya itu yang dapat diucapkan Zura, ia tidak ingin terlalu jauh ikut campur urusan keluarga Kirain. "Kau duduklah disini, ini ruanganmu, pelajari satu jam, aku akan keluar sebentar, jika kau bingung tanyalah pada karyawan lain," Ucap Dae Song. Pria bertubuh tegap itu ingin ke suatu tempat lagi, ia pikir Zura harus memiliki ruang sendiri untuk mempelajari atu
Dae Jung dan pengawalnya bersama, Koki Choi diminta membeli makanan sebanyak-banyaknya. Selang beberapa menit, ada dokter yang masuk ke ruang rawatnya, pagi itu ia akan melakukan terapi berjalan. Koki Choi dan pengawal lainnya mendampingi, wajah Dae Jung lebih segar hari itu, tak ada raut kesedihan yang kemarin menggerogotinya. "Kalian lanjut makan, aku akan ke ruang terapi," Ucapnya pada Koki Choi dan Pengawal lainnya. Koki Choi tetap ingin mengantar Dae Jung ke ruangan terapi. Ketika perjalanan menyusuri lorong rumah sakit, mereka berpapasan dengan Bu Nas. Kepala pelayannya itu sedang membawa sepasang anak kecil, didamping oleh kedua pengawal. Dae Jung menatap kedua anak itu tanpa berkedip, sedangkan kedua bocah itu melambaikan tangan seraya tersenyum kepada Dae Jung. "Tuan, itu si kembar, anak Tuan.." Ucap Koki Choi. Air matanya lolos begitu saja, kedua anaknya sudah berdiri tegak dihadapannya, menyunggingkan senyuman tulus seperti perpaduan wajah dirinya dan Anna."Appa.." Te
Sore hari menjelang, usai membacakan dongeng, Haneul dan Micha tertidur di sofa dalam pelukan Ayahnya. Tanpa sadar, Dae Jung juga ikut tertidur karena seharian menemani anaknya bermain, dengan posisi duduk memangku buah hatinya, Dae Jung bahkan tak merasa lelah, walaupun saat itu ia masih tahap pemulihan. Diam-diam Bu Nas mengambil gambar dari momen yang mengharukan itu. Ia mengirimkannya ke Anna dan juga Kakek Hang. "Apa kita harus bangunkan Tuan?" Tanya Koki Choi. "Sepertinya tidak perlu, suamiku. Biarkan mereka tidur, lagipula Tuan Dae Jung juga nyaman, kita sudah menjaga kakinya dengan bantal."Tidak lama berselang, ponsel Bu Nas berdering, tertera Nona Anna yang memanggilnya. Bu Nas masuk ke toilet menerima panggilan itu agar tidur Haneul dan Micha tidak terusik. "Assalamu'alaikum, Bu Nas.. Apakah anak-anak tidak rewel kepada ayahnya?" tanya Anna. Dia teramat khawatir jika sikap manja Haneul dan Micha merepotkan Dae Jung yang masih tahap pemulihan. "Tidak, Nyonya. Mereka sa
"Ibu, ibu, bangun," Suara Micha terdengar ditelinga Anna.Mata Anna mengerjap-ngerjap, Micha tak henti mengguncangkan tubuh Ibunya, sedari tadi gadis kecil itu membangunkan Ibunya yang ketiduran di sofa."Ibu, bagun sebentar lagi Ayah akan datang, tadi Ayah menelponku," Kata Micha.Haneul saat itu sudah mandi sendiri, dia begitu bersemangat menyambut kepulangan Ayahnya."Ini sudah jam berapa, Micha?" Tanya Anna yang tergesa-gesa membangunkan dirinya.Micha menunjuk ke arah jam dinding yang berada di kamar Ibunya, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Mata Anna membelalak, dia sudah melewatkan shalat subuh lagi."Sayang, tunggu Ibu ya, Ibu mau mandi lalu shalat subuh," Ucap Anna berlalu ke kamar mandi.Micha melihat ponsel Ibunya yang tidak terkunci, gadis kecil itu melihat daftar panggilan paman Dari Song."Ibu tadi malam menelpon dengan Paman," Gumam Micha.Dia meletakkan kembali ponsel Ibunya di atas sofa, gadis kecil itu kembali ke kamarnya. Disana ada Bu Nas yang sudah bersama
Dae Jung mulai dibawa masuk ke rumah, para pelayan menyambutnya dengan tangisan penuh haru. Rumah dihias dengan penuh kemeriahan, bahkan ucapan selamat dari para pekerja di rumah Korain menjadi topik utama di media sebab Kim Dae Jung yang dirindukan Korain. "Aku minta maaf sekian lama membuat kalian khawatir," Ucap Dae Jung. "Sampai kapanpun kami akan menunggumu, Tuan.." Ucap mereka serentak. Dae Jung diminta untuk makan terlebih dulu, dia berikan tempat duduk di meja khusus keluarga, di dekat Kakeknya. Sedangkan Anna masih berdiri di dekat Yuna, sadari tadi ibu dari anaknya itu membisu. Dae Jung tahu Anna merasa sungkan lagi padanya, namun dengan status Anna yang sudah menjadi kakak iparnya tidak menghalangi Dae Jung untuk menujukkan rasa cinta dan perhatiannya. "Duduklah di dekatku, Anna.. Anak-anak juga turut makam bersama kita, ini hari yang paling bahagia untuk kita 'kan?"Anna menurut, dia mendudukkan Haneul dam Micha di kursi sebelahnya. "Ibu dekatlah dengan Ayah," Kata Mi
Malam tiba, Anna menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya, para pelayan sangat sibuk menyiapkan berbagai makanan kesukaan Kim Dae Jung, seolah ingin menukar waktu yang tersendat selama lima tahun yang lalu."Bu Nas, tolong kirim salah satu pengawal membawakan Kak Dae Song makanan ini ke rumahnya," Ucap Anna dengan suara pelan.Bu Nas tersenyum, "Izinkan saya yang mengantarnya langsung, Nona. Saya juga ingin bertemu Tuan Song," Pinta wanita paruh baya itu."Ya, itu lebih baik lagi. Sampaikan padanya untuk menjaga kesehatan, dan bilang padanya Bu Nas, anak di kandunganku baik-baik saja, aku baru saja memeriksanya tadi sore sewaktu aku keluar membeli bahan makanan," Ujarnya agar Dae Song tidak terlalu mengkhawatirkan bayi di dalam kandungannya."Akan saya sampaikan, Nona. Setelah akan malam, lebih saya kesana sekarang juga, mungkin beliau sebentar lagi akan pulang dari kantor," Kata Bu Nas.Anna mengizinkan Bu Nas pergi ke rumah Dae Song. Bu Nas saat itu diantar oleh suaminya, Koki
Usai makan malam menegangkan itu, Dae Jung menemani anaknya di dalam kamar Anna. Haneul dan Micha memegang buku dongengnya, kedua anak kembar itu tidak i. Gin Ayahnya seorang diri membaca dongeng favorit mereka, Anna gatus ikut andil untuk menemanu Ayahnya. "Kenapa Ibu lama sekali, Ayah?" Tanya Micha. Dae Jung melirik ke pintu, sudah setengah jam dia menunggu kehadiran Anna untuk menidurkan anak mereka, namun mantan istrinya itu belum juga menampakkan dirinya. "Tunggu sebentar lagi, Ibu masih sibuk dengan urusannya," sahut Dae Jung. Anna sudah berjalan menuju kamarnya, ia usai mengirim pesan permintaan maaf kepada Dae Song, berkali-kali ia lakukan namun suaminya itu enggan membacanya. Nomor Anna bahkan diblokir sehingga tak ada lagi aksesnya untuk mengirim pesan. Anna berdiri di depan pintu kamarnya, bercermin sejenak agar matanya tidak meninggalkan jejak tangis yang sempat lolos ketika mengirim pesan kepada Dae Song. "Tenangkan dirimu, Anna. Bersikaplah seperti biasa," Gumamnya
Dae Song bangun dari tidurnya, sebelum mandi ia biasanya ke dapur memeriksa sarapan yang akan dibuat oleh dua pelayannya. Akhir-akhir ini Dae Song selalu gampang lapar, makanan yang ia tidak suka menjadi ia cari. Dae Song terkejut melihat susunan sarapan yang tersaji di meja makannya. "Kalian membuat ini berdua?" Tanyanya terheran. Kedua pelayan itu menggelengkan kepala, "Kami hanya membantu ini, Tuan. Selebihnya bukan kami yang membuatnya," Sahut mereka. Dae Song mengernyitkan dahi, terdengar dari arah belakangnya, pintu toilet khusus tamu terbuka, Dae Song menoleh, matanya membelalak melihat kehadiran Anna di rumahnya sepagi itu. "Kamu? Ha?" Pekiknya. Anna terdiam ditempatnya, memandangi Dae Song yang masih terkejut. "Dia benar Anna?" Tanya Dae Song ke dua pelayannya. "Iya, Tuan. Dia Nona, sejak subuh dia ada disini."Dae Song kembali menatap Anna, dia bergegas berjalan menuju Anna lalu memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu, aku merindukanmu istriku, aku merindukan bayi