Share

BAB 6. ISTIRAHAT

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun guru fisikanya ini tidak berhenti menjelaskan rumus Newton. Lilac dan teman-temannya pun sudah menggerutu bahkan sudah tidak memperhatikan guru di depan kelas. Kepala mereka sudah panas bahkan bisa saja meledak sewaktu-waktu karena terlalu lama mendengarkan rumus-rumus hukum Newton.

"Pak, kita lapar!" teriak Voscar di pojok kelas dengan wajah malasnya sambil menaruh kepalanya di atas meja.

Guru fisikanya pun seketika berhenti berbicara dan menatap jam tangannya. Lalu, ia pun menghela napas pelan dan tersenyum tipis setelahnya ucapan yang diberikan guru fisikanya membuat para murid di dalam kelas bersorak gembira dan tersenyum lebar bahkan ada yang menghela napas lega serta memberikan acungan jempol kepada Voscar.

"Baiklah. maaf sudah menyita waktu kalian selama sepuluh menit. Saya akhiri untuk hari ini, terima kasih dan sampai jumpa minggu depan," jelas Guru Fisikanya.

Lilac yang sedang merapihkan alat tulisnya sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengingat sesuatu yang seperti terlupa. Tugas pekerjaan rumah minggu lalu perihal gaya gravitasi belum ditanyakan oleh guru fisikanya. Akhirnya, Lilac kembali memanggil guru fisiknya membuat sang guru pun menatap ke arah Lilac dengan bingung.

"Tugas rumah yang kemarin Bapak kasih belum diperiksa," jelas Lilac membuat teman-temannya dan kekasihnya menatap Lilac dengan mata melotot marah.

"Oh, Iya, kumpulkan saja sekarang di ketua kelas," jawab Guru Fisika setelah menjawab Lilac, sang guru pun langsung berjalan keluar kelas.

Teman-teman sekelasnya sontak menatap sinis dirinya dan bersiap untuk menyorakinya sebelum Voscar berjalan dengan menatap dirinya tajam serta bibir yang siap meluncurkan segala ceramah yang akan keluar.

Voscar mengulurkan kedua tangannya untuk memegang pipi tembam kekasihnya, Lilac. lalu mencubitnya dengan sedikit kencang membuat sang empu meringis kesakitan. Lilac pun menepuk-nepuk lengan Voscar agar melepaskan tangannya pada pipinya yang sekarang sudah memerah karena kesakitan.

"Lu jadi murid jangan terlalu rajin! Mau dibilang apa lu begitu?" tanya Voscar dengan kesal.

"Mau dibilang sok rajin?"

"Mau dibilang sok pintar?"

"Mau dapat nilai tambah di mata para guru?"

Pertanyaan Voscar seolah menjadi pertanyaan seluruh teman-temannya. Ia tidak sadar sudah melakukan hal salah. Namun, ia sudah berjuang mengerjakan tugasnya kemarin lalu jika tidak diperiksa semua akan sia-sia, untuk apa ia berjuang mengerjakan tugas jika seperti itu?

"Jatuhnya lu caper, Lil," lanjut Voscar.

Lilac mengabaikan ucapan Voscar, dirinya lebih tertarik dengan tatapan teman-temannya yang kini sedang menatap ke arah dirinya. Menatap dengan sinis dan tidak suka, lalu ia pun menghela napas dan mengeluarkan buku tugasnya dan melemparnya pada Alina yang sejak tadi pun menatapnya dengan datar.

Alina mengambil buku tugas Lilac dan memeriksa semua jawaban Lilac. Lilac tahu bahwa Alina pasti sudah mengerjakan tugas rumahnya. Setelah selesai memeriksa jawaban Lilac, Alina kembali menatap Lilac dengan raut wajah bingungnya. Lilac tanpa banyak kata langsung menyuruh teman-temannya untuk menyalin jawaban dari dirinya.

Voscar yang sudah menurunkan tangannya dari pipi Lilac hanya tersenyum tipis. Setidaknya tidak ada yang menyoraki ataupun mengkritik kekasihnya secara berlebihan. Sejujurnya dirinya merasa tidak enak karena sudah berkata kasar kepada Lilac, Ia hanya bisa berdoa agar Lilac tidak ngambek karena hal ini.

Tidak ada yang salah dengan Lilac hanya saja ia salah waktu untuk bertanya perihal pengumpulan tugas rumahnya. Jika saja ditanyakan sejak awal dan tidak memperlama kembali jam istirahat sudah pasti Lilac akan aman.

Setelah melihat teman-temannya yang mulai menyalin jawaban tugas rumahnya, Lilac menarik tangan Voscar dan membawanya keluar kelas menuju kantin karena dirinya sudah merasakan lapar. Dan, ia pun sudah malas dengan tatapan sinis teman-temannya bahkan beberapa ada yang mencibir dirinya padahal mereka sedang menyalin jawaban miliknya.

***

Di kantin pun ia melihat seluruh meja penuh dengan siswa atau siswi yang sedang makan bahkan berbincang dengan teman-temannya membuat dirinya sedikit kesal. Meja kantin tidak cukup untuk menampung seluruh murid di sekolahnya dan seharusnya mereka sadar diri untuk segera pergi jika sudah selesai makan.

Voscar meninggalkan Lilac begitu saja. Ia berjalan menuju tempat roti bakar dan salad buah. Setelahnya ia mencari keberadaan Lilac yang sudah duduk di kursi tengah-tengah kantin dengan wajah yang terlihat marah. Voscar langsung saja berjalan menuju Lilac dengan salad buah dan roti bakar selai blueberry di tangannya. setibanya di tempat Lilac ia langsung saja menaruh makanan tersebut di atas meja dan mengambil ponsel Lilac, melihat layar hitam yang tidak menampilkan apapun membuatnya malas.

Berbeda dengan Lilac yang sedang memakan roti bakar miliknya. Tanpa mempedulikan apapun lagi Lilac melahap dengan rakus roti bakar tersebut. Voscar memelototkan matanya, menahan kekesalannya melihat Lilac yang memakan roti bakar miliknya.

"Gua beliin lu salad buah, Lil!" kesal Voscar dengan menggeser kotak salad buah ke hadapan Lilac.

Lilac yang melihatnya langsung tersenyum paksa, merasa bersalah. Ia membuka kotak salah buah tersebut dan memakannya pelan. Voscar yang melihat langsung duduk di kursi hadapan Lilac sambil menghembuskan napasnya malas. Matanya menatap malas Lilac dan berdecak tidak suka membuat kekasihnya itu tertawa pelan.

"Gua cuman minta sedikit, Voscar," ucap Lilac yang telah memakan semua roti bakarnya.

"Gua cimin minti sedikit, Voscar," ledek Voscar dengan meniru ucapan Lilac.

Tanpa mempedulikan wajah cemberut dan kesalnya Voscar, Lilac mengambil bungkus salad buah dan memakannya tanpa rasa bersalah, kembali membuat Voscar tidak percaya pada penglihatan di hadapannya. Lilac tidak takut untuk menjadi gendut.

"Makanan ini enggak akan buat gua gendut, Voscar!" ketus Lilac yang tahu arti tatapan Voscar.

Tadi pagi memang ia sudah sarapan namun dirinya lapar kembali akibat pelajaran Fisika yang menguras otaknya. Lagi pula memakan roti bakar dan salad buah saja tidak akan membuatnya gemuk, Voscar ini terlalu berlebihan!

Namun, ia tahu alasan Voscar menatapnya seperti itu. Karena, dirinya akan mengeluh gendut jika berat badan naik 5 kilogram atau pun 2 kilogram. Mengeluh pagi, siang dan malam sampai berat badannya turun kembali. Bahkan, dulu saja ia pernah diajak olahraga lari pagi dan sore karena Voscar sudah bosan dengan keluhannya terhadap berat badannya yang naik.

Lilac pun mengambil sepotong anggur dan mengarahkan garpu plastik ke hadapan mulut Voscar. Awalnya ia menatap bingung pada garpu tersebut namun begitu melihat senyum tipis Lilac yang seolah menyuruhnya untuk memakan sepotong anggur, mau tidak mau ia harus memakannya. Bukan takut, hanya saja ia malas dengan ocehannya nanti.

Sebenarnya yang sedang ia rasakan adalah perasaan senang, malu dan hangat bercampur menjadi satu. Sifat perhatiannya yang membuat ia tidak bisa menjauh dari kekasihnya ini. Namun, tetap saja ada hal yang terkadang ingin rasanya ia buang ke jurang paling terdalam karena kesabarannya selalu teruji.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status