Share

PERHATIAN DUA BOSS MUDA

Sejak hari itu Julian semakin menaruh perhatian pada Milly, kesederhanaan Milly sungguh membuatnya terkesan. Dia selalu meminta Milly yang membereskan ruangannya, seperti pagi ini.

Milly bereskan setiap sudut ruangan Julian, dan julian diam-diam memperhatikannya.

Milly sampai harus menaiki bangku kecil untuk membersihkan dinding kaca yang cukup tinggi untuknya, dengan susah payah dia lakukan itu.

"Hati-hati!" ujar Julian saat Milly sedikit goyah.

Milly terus melanjutkan pekerjaannya, dia memang tampak kesulitan meraih sudut jendela yang belum dia bersihkan.

sampai akhirnya ....

KRRKKK, keseimbangannya goyah dan akhirnya Milly terjatuh juga.

BRUUKK, pasti kakinya terkilir, Julian sampai panik dan langsung menghampiri Milly di pojok ruangan. Tapi Milly segera bangkit, dia tidak mau terlihat lemah.

"Saya bilang hati-hati kan ?" kata Julian lalu membantu Milly berdiri lebih tegak.

"Iya ... terima kasih Pak."

Kini Milly tidak bisa menahan rasa nyeri pada engkelnya, sepertinya benar kalau dia memang terkilir.

"Kenapa?" tanya Julian yang melihat Milly sedikit meringis kesakitan. Dan dia juga tak bisa menapakan sebelah kakinya.

"Gak apa-apa," sahutnya pelan.

"Mungkin kakimu terkilir!"

"Heum ... mungkin ...."

"Ayo, duduklah! Biar saya bantu redakan rasa sakitnya." Julian memapah Milly sampai duduk di kursi di depan meja kerjanya.

Lalu Julian membuka sepatu Milly, Milly jadi malu membiarkan Julian berjongkok di depannya. Dengan teliti Julian mencoba memeriksa keadaan kaki Milly, memang belum terlihat jelas tapi saat Julian memegang pergelangan kaki kirinya, Milly meringis lagi kesakitan.

"Aw!" pekiknya.

"Sakit?" tanya Julian, Milly hanya mengangguk dan dia mencoba menahannya.

"Kayaknya memang benar terkilir, ini gak boleh digerakan dulu, kamu harus istirahat total minimal setengah hari," kata Julian bertindak seperti seorang dokter.

"Oh ...."

"Saya bantu kamu kedapur kantor ya buat istirahat," tawarkan Julian sembari mencuri-curi kesempatan.

"Gak usah pak, saya masih bisa jalan sendiri kok," Milly mencoba menolak karena tak ingin merepotkan.

"Kamu gak bisa paksakan kaki kamu ini buat berjalan biarpun cuma beberapa langkah."

"Heum ... tapi ...."

"Jangan salah faham ya, saya cuma mau bantu kamu!"

Secara mengejutkan Julian mengangkat tubuh Milly, Milly benar-benar salah tingkah dan canggung.

Apalagi saat keluar dari ruangan Julian, sontak tindakannya itu memancing perhatian dan reaksi para staf, ada yang heboh, ada yang baper ada juga yang iri setengah mati.

"Oh my God, Lihat itu!" kata salah seorang staf yang melihat adegan manis julian terhadap Milly, Alia semakin meradang, benar-benar meradang.

"Kenapa dia?" tanya yang lainnya.

"Hey Fer, tuh lihat! Saingan lo berat tuh," goda seorang staf lainnya, Feri cuma diam dan hanya bisa menelan ludahnya sendiri.

Julian sudah sampai di dapur dan segera mendudukan Milly di sofa kecil disana, Arini sampai tercengang melihat itu.

"Milly ... kenapa kamu?" tanya Arini panik.

"Tadi dia jatuh di ruangan saya, kakinya terkilir," jawab Julian.

"Oh ... makasih banyak, Pak! Sudah antarkan Milly kesini," kata Arini lagi.

"Tolong rawat kakinya, dia gak boleh memaksakan diri untuk berjalan untuk sementara waktu," pesan Julian benar-benar penuh perhatian.

"Oh iya iya tentu, Pak! Terima kasih banyak sekali lagi, Pak!"

"Tolong kompres juga kakinya dengan es batu biar cepat reda rasa sakitnya."

"Iya, siap Pak!" Arini segera mengambil es batu untuk Milly, sejujurnya Milly sangat baper dengan perlakuan Julian, dia pun jadi makin salah tingkah.

"Te-terima kasih banyak pak," kata Milly pelan.

"Ya ... istirahatlah!" kata Julian terakhir lalu dia keluar dari sana, dan saat keluar dari dapur betapa herannya Julian karena disana ada beberapa staf yang sengaja menguping. Mereka jadi malu saat ketahuan.

"Ngapain kalian disini?" tanya Julian agak ketus.

"Maaf pak, cuma penasaran aja ... ada apa sama anak baru itu?" jawab salah satunya.

"Huh, kepo!" cibir Julian lalu dia pergi, kembali ke ruangannya.

"Gimana gak kepo coba? Siapa pula yang gak kaget lihat perlakuan manis seorang manager tampan macam pak Julian? Apalagi terhadap pegawai baru, office girl pulaaa, huh ...." gerutu salah satunya lagi.

"Udah udah, ayo kerja lagi!"

Arini membantu Milly , Milly memang kesakitan, diam-diam dia juga ikut terbawa perasaan melihat perhatian Julian pada Milly.

"So sweet," goda Arini, Milly tersipu.

"Dia baik ya," ucapnya pelan.

"Dia memang baik, tapi kalau sampai berbuat manis seperti tadi, baru kali ini saya melihatnya, bertahun-tahun kerja disini cuma kamu yang mendapat perhatian seperti itu!" kata Arini semakin membuat Milly tersanjung.

Budi datang dan dia juga panik melihat keadaan Milly.

"Kamu kenapa Mill?" tanya Budi dengan panik.

"Kakiku sedikit terkilir," sahutnya.

"Ya ampun, hati-hati dong!" kata Budi masih panik.

Milly senang, walaupun ada yang julid padanya ternyata masih banyak juga yang peduli dan sayang padanya.

Saat jam kantor sudah selesai. Arini membantu Milly untuk naik sepeda motor Budi, Budi akan mengantar Milly pulang ke rumah kontrakannya.

Tiba-tiba Richie melihat itu, dia tidak tahu kejadian tadi siang karena ada meeting di luar Kantor. Dia cukup kaget dan bertanya-tanya melihat kondisi Kaki Milly yang dibebat kain perban.

"Kamu kenapa?" tanya Richie yang baru turun dari mobilnya, hari ini dia memang ada rapat external dengan beberapa pemegang saham.

"Kakinya terkilir pak," jawab Arini.

"Oh, masuk ke mobil saya! Biar saya yang antar dia pulang!" kata Richie, perhatian demi perhatian para petinggi -petinggi muda itu semakin membuat Milly merasa istimewa.

"Gak usah pak, terima kasih! Biar Budi saja yang mengantar saya pulang," tolak Milly secara halus, dia tidak mau terus-terusan membuat orang iri dengannya.

"Iya, biar saya aja pak!" kata Budi.

"Ya sudah, hati-hati!" kata Richie pasrah.

Budi mulai menarik gasnya dan pergi.

"Semua orang sudah pulang?" tanya Richie pada Arini yang tersisa disana.

"Sudah pak."

"Saya dengar kemarin ada keributan di kantor, ada apa?" tanya Richie lagi, dia kemarin memang pulang lebih awal, dia tidak tahu apa yang Milly alami kemarin.

"Oh ... itu, Bu Alia marah besar pada Milly, padahal hanya kesalahan kecil," cerita Arini.

"Kenapa?"

"Katanya, Milly terlalu banyak menaruh gula di teh-nya, Bu Alia memang berlebihan, bahkan ... dia menghempaskan teh yang masih panas itu ke muka Milly, kasihan Milly, Pak." cerita Arini lebih detail, Richie lumayan marah mendengar itu.

"Benar begitu?"

"Iya, beruntung ada pak Julian yang menengahi kejadian kemarin, Bu Alia terus memarahi Milly padahal Milly sudah meminta maaf padanya." Arini merasa puas sudah mengadukan perbuatan Alia pada Richie, sejak pertama bertemu, Arini sudah merasa simpati dan sayang dengan Milly, dia tak rela Milly diperlakukan seperti kemarin.

Richie juga terlihat sangat tidak senang mendengar cerita Arini itu. Apakah Richie akan menghukum Alia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status