Mayleen pun mengikuti langkah si kepala pelayan. Dua pelayan wanita tengah menunggu di dalam. "Nyonya silakan ikuti kami dulu!" imbuh mereka. Mayleen lagi-lagi hanya bisa patuh, Kedua pelayan itu membawanya ke kamar yang lain terlebih dulu. "Kami akan membantu nyonya untuk mandi!" imbuh salah satu pelayan wanita. "Membantuku mandi, aku bisa mandi sendiri!" imbuh Mayleen. "Nyonya, kami mohon jangan mempersulit pekerjaan kami. Ini adalah perintah dari Tuan!" imbuh si pelayan wanita itu lagi. Mayleen bergeming, pada akhirnya, patuh pada pengaturan dari suaminya itu. Sementara itu, di kamar utama. Nampak William sedang menyesap anggur putih. Dia berdiri di depan jendela kamar utama yang tinggi besar, memandang keluar tapi ingatannya jatuh pada rupa Mayleen ketika memakai gaun peri bumi. William beberapa kali menelan salivanya dan mengambil napas panjang. Di kamar yang lainnya, Mayleen baru saja selesai mandi. "Nyonya, Tuan meminta ini dipakai!" imbuh pelayan yang tadi baru sa
Gu Hansen mengambil sepatu yang sedang Mayleen jinjing. "Tidak ada yang rusak!" ujarnya sembari memperhatikan sepatu Mayleen. "Memang tidak ada yang rusak!” jawab Mayleen sembari mengambil sepatunya dari tangan Gu Hansen”Lalu, memgapa tidak kau pakai saja?” imbuh Gu Hansen lagi. “A-aku hanya sedang ingin berolahraga saja, olah raga lari!” jawab Mayleen. “Kau sudah langsing!” imbuh Gu Hansen sambil mengiringi Mayleen berjalan menuju ke lift. “Aku ingin tetap sehat!” imbuh Mayleen sambil tersenyum. Gu Hansen melihat tanda merah di tengkuk Mayleen. "Ini kenapa?" ujarnya sembari mengulurkan tangan untuk mengangkat kuncir kuda Mayleen. Merasa jika yang Gu Hansen lihat adalah hasil prakarya suaminya semalam. Mayleen pun langsung menoleh lagi. "Ah, itu pasti merah karena digigit nyamuk!" Mayleen tersenyum sembari memegangi tengkuk lehenya. Gu Hansen berkata lagi, "Aku tidak bilang itu berwarna merah!" Gu Hansen masih merasa penasaran. "Apa kalian berdua baru saja....!" ujar Gu
Mayleen tidak mengira jika suaminya itu akan memberikan gerakan yang mengejutkan. William langsung menarik pinggul ramping istrinya itu, menundukan kepalanya lalu langsung melumat bibir ranum merah wanitanya itu. Mayleen pun terbelalak, merasa yakin jika suaminya ini sudah benar-benar menjadi gila. Dia pun mendorong tubuh pria yang sedang melumat, menciumnya dalam-dalam. Merasa jika Istrinya itu sedikit kehabisan napas, William pun baru melepaskan ciumannya. Mayleen mundur beberapa langkah. "A-apa kau sudah gila, apa tidak ingat kita ini sedang di mana?" William sedikit mengusap bibirnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Mayleen dalam ketidakjelasan dan dengan tubuh yang meremang. "Apa dia baru saja kerasukan, mengapa hari ini dia bertingkah aneh sekali!" Bukan hanya Mayleen saja yang merasa aneh, bahkan William pun merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Dia pun langsung pergi dari Grup Gu dan melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke makam Lisa. Sore ini, sedikit mendun
“Aku sarankan, kau jangan berurusan dengan dia, jika ingin selamat!” imbuh Tuan York. “Perjelas lagi!” imbuh William. “Yang aku tahu, orang yang ada dibelakang pria itu memiliki pengaruh yang cukup kuat!” jawab Tuan York lagi. “Hanya ini yang bisa aku katakan. Selebihnya aku tidak tahu!” imbuh Tuan York lagi. Williiam menaikan satu alisnya, lalu mengeluarkan selembar cek lagi. “Sebutkan namanya!” Tuan York perlahan mengulurkan tangannya untuk mengambil cek yang William letakan di atas meja. Saliva pun tertelan, ketika pria itu melihat angka yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan tersenyum Pria itu pun pada akhirnya mau menyebutkan satu nama. “Bamboo!” “Aku tidak bisa memberi tahu tentang hal yang lainnya, aku benar-benar tidak bisa! Ada bisnis yang masih harus terus aku jalankan!” imbuh Tuan York lagi. Telah mendapatkan satu nama, maka William pun merasa cukup. Dia bangkit berdiri dan meninggalkan Tuan York tanpa berkata apa-apa lagi. Asisten He tengah menunggu diluar,
Aku memiliki penilaian tersendiri!” Imbuh William. “Anggap saja aku dan Tuan Han adalah teman lama, jika dia pria sejati maka tidak perlu takut untuk menemuiku!” imbuh William. “Aku harap Tuan Edmarch tidak berkeberatan untuk menyampaikan salam pesanku ini!” ujar William lagilalu berlalu pergi ketika melihat sang konselor Bamboo tidak membantah perkataannya. Kedatangannya hari ini bertemu dengan Tuan Edmarch, karena William ingin memastikan prasangka curigabya. Wajah pria itu terlihat seperti sedang tertutup awan hitam. Melihat wajah Tuannya, Asisten He juga langsung bisa memahami situasinya. “Atur pertemuan dengan Ketua Bamboo!” perintah William. Asisten He mengernyitkan kedua alisnya, Bagaimanapun juga ketua gangster bukanlah orang yang mudah untuk ditemui. Tapi, akan jadi tidak mudah baginya jika dia tidak memenuhi permintaan Direkturnya itu. Pada saat ini, Gu Hansen dan Mayleen sedang meninjau Ballroom yang ada di Gedung Grup Gu. Gedung ini berada di Kawasan komersial. Me
Satu jam perjalanan pun telah berhasil ditempuh. Mayleen bertemu dengan salah satu pelayan di Villa Beining. “Apa Tuan sudah sampai?” “Tuan sudah menunggu di kamar?” jawab pelayan itu. Mayleen pun langsung pergi ke kamar utama. Mengetuk pintu tiga kali. Setelah ada jawaban dari William dia pun mengulurkan tangannya, membuka pintu dan masuk. Baru saja masuk ke kamar, William langsung berkata. “Pakai itu!” imbuhnya kepada Mayleen. Firasat hati Mayleen langsung saja berubah jadi tidak enak. Dia pun mengambil tas belanja yang terbuat dari kertas yang terletak di atas nakas. Mayleen mengambil sebuah kotak lalu membukanya. “Ini baju tidur?” “Pakailah!” imbuh William tanpa berbasa-basi. Melihat model lingerie yang harus dia pakai, Mayleen pun langsung menolak. “Kau memanggilku segeara datang ke sini, hanya agar aku memakai ini di depanmu!” “Wah, sepertinya Direktur Gu kita ini semakin mesum saja!” imbuh sarkas Mayleen. William yang sedari tadi duduk di sofa, lalu dia pun berdiri mende
Mayleen tidak menyentuh makanannya, diperlalukan seperti tadi, sudah tentu selera makan pun seketika menghilang. Dia hanya menyesap air putih saja. Lalu pergi berbaring di sofa. Di rumah ini bahkan tidak ada baju yang dia bisa pakai. Tadi dia membuka lemari dan hanya melihat kemeja putih yang berjejer dengan rapi. Mayleen pun mengambil satu dan memakainya. Pada saat ini William masuk ke kamar Mayleen. Melihat Suaminya masuk, Mayleen langsung saja berdiri. William menatap istrinya itu untuk beberapa saat. Dalam hati, di saat ini dia sangat menyukai apa yang sedang dia lihat. Namun, lamunannya terbuyarkan ketika Mayleen berkata. “Aku memakai baju ini, karena kau telah merusak bajuku dan tidak ada baju yang lain yang bisa aku pakai. Jangan terlu pelit!” William pun tersenyum menyeringai lalu dia melangkah mendekati Mayleen. Dia pun menguluirkan dua tangannya ke pinggang ramping istrinya itu. “Dilarang memakai pakaian seperti ini… jika di depan orang lain!” bisik pria itu di daun teling
Semua anggota grup menunggu jawab dari anggota baru mereka. Mayleen mengigit kuku jari kelingkingnya. Dalam hati berharap agar ia bersedia. Beberapa menit berlalu, jawab pun akhirnya di dapat. “Bersedia!” tulis pesan dari Ice Cold, si anggota baru. Amplop merah pun bertebaran. “Ini hadiah selamat datang dari kami!” imbuh salah satu anggota melemparkan amplop digital yang jika dibuka maka ada berisi uang yang bisa ditarik ke rekening. Satu, dua, tiga amplop lain pun memenuhi grup percakapan.Mayleen pun tersenyum senang, sudah sangat lama sekali dia tidak merasakan rasa seperti ini. Dulu ketika sakit, dia hanya bisa berdiam diri di kamar dan rumah. Bermain game dengan orang lain dari dunia luar, dari jarak jauh. Adalah salah satu hal yang paling dia sukai. Tubuhnya tertahan di rumah, tapi jiwanya pergi melayang terbang melalui permainan virtual. “Peri, tiga tahun kami terbengkalai, sepertinya jika ingin kembali ke Dinasti abadi, kita harus bekerja keras dari awal lagi!” tul