Bibir Tristan terus menciumi Bibir Raline...
Melumatnya...
Dinikmati nya...
Raline terlena,ia membalas ciuman suaminya Dengan penuh Gairah...
Ciuman ini terus berlanjut..
Tristan melingkar kan tangannya ke pinggang istrinya ini..
Ia lanjutkan aktivitas penuh kehangatan ini..
Dibawa nya tubuh Raline menuju ke ranjang besar kamar ini...
Perlahan...
Perlahan...
Dijatuhkan tubuh ramping istrinya dengan lembut di kasur yang empuk ini.
Tubuh Gagah Tristan berada diatas tubuh Ramping Raline sekarang.
Dicumbui terus menerus Bibir lembut ini...
Lalu menjalar ke tekuk leher..
Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Raline,ia merasakan kenikmat yang tidak pernah ia Rasakan.
Nafasnya tersengal..
Matanya terpejam..
Diciuminya tekuk leher Kanan dan kiri Raline,yang membuat Raline semakin merasakan merinding disekujur tubuhnya.
Tristan kembali mencumbu bibir
TING...Pintu Lift terbuka..Raline bersama dengan Tristan kembali ke lantai 20 untuk beistirahat.Kaki Raline melangkah terlebih dahulu untuk sampai ke kamar yang berada di ujung lantai ini,tubuhnya tampak sudah lelah. ditambah kondisi kesehatannya yang masih belum pulih seutuhnya."Sayang,tunggu"panggil Tristan yang masih berada dibelakang.Raline terus saja berjalan dan berpura-pura tidak mendengar panggilan dari suaminya itu. perkataan Tristan masih melekat dalam ingatannya,dan itu membuat sekujur tubuhnya bergidik malu. ia tidak menyangka hanya dalam waktu singkat rasa suka nya terhadap cinta pertamanya itu muncul kembali,padahal tujuan ia menikahi suaminya tidak lain adalah untuk melindungi Ayah.Tubuh Raline terdiam di depan pintu,ia ingat ia tidak membawa kunci kamar. kunci itu berada di suaminya yang terdengar kakinya melangkah perlahan mendekatinya yang sedang berdiri diam.Tangan Tristan Melingkar di pinggang istrinya dari
Tristan terus mengelus dan mengusap perut istrinya ini, ia sesekali menghela nafas panjang karena terus merasa khawatir akan keadaan Raline yang masih terlihat pucat pasi.Melihat Istrinya yang sudah tertidur pulas,Tristan menyudahi usapannya. ia menarik selimut agar menutupi tubuh Raline,Tatapannya nanar melihat istrinya yang tidak merasakan sakit lagi setelah tertidur. dielusnya Kepala ,kemudian mengusap lembut Pipi Raline.Tubuhnya beranjak saat Cahaya matahari tampak menyentuh wajah teduh istrinya yang tengah tertidur.Ditutupnya perlahan gorden berwarna abu-abu itu..Hingga tidak dapat membuat Matahari menyentuh wanita berharganya kembali.Ia yang sejak bangun tidak sempat membersihkan diri,melangkah menuju Kamar mandi untuk mandi.Tubuhnya ia rebahkan di dalam Bathub yang cukup untuk dua orang masuk di dalamnya ini. Pandanganya tampak kosong,kemudian ia ambil gelas yang sudah berisi Wine yang ia pesan tadi malam.Ia
Hari ke-3 Honeymoon...Hujan terus saja mengguyur sejak tadi pagi..Raline termangu menatap televisi yang sedang menyala,ia merasakan kebosanan karena harus duduk seharian di dalam kamar hotel. Sedangkan,Tristan sedang mandi.Derrrt...derrrt..derttt..Suara getaran Ponsel Raline terdengar. ia segera beranjak dari sofa depan televisi,kemudian mengambil ponsel nya yang terletak diatas kasur."Ya,Nit" Jawab Raline.Nita baru saja menghubunginya memberitahu semua dokumen sudah ia kirim melalui surel."Oke,Baiklah.Bagaimana dengan TC Corpooration?" Tanya Raline kepada sekretarisnya itu."Semua jadwal di Reschedule bu" Jawab Anita."Baiklah,dua hari lagi saya pulang. jadi pertemuannya bisa diadakan setelah kepulangan saya"Ucap Raline sebelum memutuskan panggilan telpon ini.Ia kembali duduk di sofa depan televisi,di utak atiknya Remote untuk mencari Program acara yang menarik untuk ia tonton."Kenapa Drama itu ti
Raline tampak masih tertegun..dipandangi tekuk lehernya yang sudah penuh oleh tanda merah dari suaminya itu.Dirabahnya beberapa Tanda merah di permukaan kulitnya yang halus ini."kalau seperti ini,terpaksa harus ditutupi sampai leher" Gerutunya sebelum mengambil pakaian di lemari.Tristan yang sedang menunggu Raline, tengah sibuk dengan gadgetnya. ia harus menyelesaikan beberapa dokumen mengenai project yang harus ia periksa sebelum ditandatangani oleh direktur utama yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Dengan teliti Tristan memeriksa Beberapa isi dokumen di tablet nya.Tidak lama kemudian Raline menemui Tristan yang sedang berada di ruang kerja."Kamu sudah siap?' Tanya Tristan yang masih melhat layar Tabletnya.Tristan kemudian menutup Layar Tabletnya dan melihat Raline yang sudah berada di depan meja kerja." Kenapa memakai pakaian ini?" tanya Tristan sembari beranjak.Raline mengenakan baju dengan turtlen
Wanita ini dengan santai nya duduk disebelah Tristan. Tristan pun tidak melarang atau menolaknya.Seperti Ada api terbakar di relung hati Raline,sekali lagi ingin ia jadikan sate wanita yang bernama Jessica ini."Hai,aku belum berkenalan secara resmi denganmu" Ucap Jessica sembari menyodorkan Tangan kanannya untuk bersalaman dengan Raline yang duduk di depannya."Jessica wailey" Jawabnya dengan logat agak kebule-bule an.Raline mendengar cara berbicara wanita ini tersenyum sinis. Selama 4 tahun dia tinggal di Amerika,ia tidak pernah bertemu dengan bule dengan gaya kebule-bulean seperti ini.Raline membalas dengan senyum kecut,sembari terus mengutak atik ponselnya untuk mengalihkan pandangannya.Tristan tampak memperhatikan gerak gerik Raline yang terlihat tidak nyaman. ia sudahi aksi bisunya,kemudian ia beranjak untuk duduk disebelah istrinya itu. Jessica melihat pergerakan Tristan yang berubah Haluan duduk didepannya nya sekarang. Seperti a
Lala tampak sudah menunggu di depan Villa mewah nya yang berada tidak jauh dari hotel dan resort milik keluarga nya.Ia menunggu dengan cemas, setelah setengah jam lalu Raline menghubungi nya dengan terisak-isak.Dilihatnya Jam yang ada di pergelangan tangannya, Jam merk mewah itu sudah menunjukkan pukul 6 sore.Mobil sport mewah, memasuki halaman luas Villa dua lantai ini.Villa yang tepat berada diatas Bukit yang ada lautan di bawahnya ini terlihat sangat asri dengan berbagai tanaman yang tumbuh disekelilingnya. Orang tua Lala adalah pemilik Villa bergaya Khas Bali ini. Raline yang sudah beberapa kali ke Bali sering menginap di Villa yang baru saja di renovasi satu tahun lalu ini.Mobil sport merah ini berhenti tepat di depan pintu masuk Villa,dimana Lala sudah menunggu.Roy turun lalu membukakan pintu untuk Raline."Line" Lala langsung memeluk sahabatnya ini."Roy , Thank u" Ucap Lala yang masih memeluk Raline.
Matahari mulai menyingsing..Wajah pulas wanita ini terganggu oleh suara deringan ponselnya yang sedaritadi terus saja berbunyi.Tangan Raline meraba diatas Nakas samping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya di pagi buta ini. Raline menjawab dengan suara enggan."Halo..." Ia sembari memejamkan matanya karena masih sangat mengantuk."Selamat pagi sayang?" Ucap suara lembut lelaki di telinga Raline.Ia mengenali suara ini,bahkan nafas lelaki ini saja ia hafal.Tubuhnya beranjak dan muali duduk di ranjang ukuran besar ini.Ditatapnya Layar ponsel "MY ENEMY?" Gumam Raline sedikit menyesal.Suara lembut yang menyapa paginya berasal dari suaminya.Raline ingin menutup panggilan ini,tetapi hati kecilnya tidak mengizinkan untuk memencet tombol merah dilayar ponsel ini. alasan satu-satunya hanyalah ia merasakan ada yang aneh saat didapati ranjang yang ia tiduri tidak terdapat tubuh atletis suaminya.
"Tristan!" Celetuk Raline kemudian beranjak dari kursi penumpang yang baru saja akan ia duduki."Kenapa kamu disini?" Ucap Raline dengan sinis.Tristan menarik Tangan Raline, untuk kembali duduk di sampingnya."Sebentar lagi akan lepas landas" Ucap Tristan sembari memasangkan sabuk pengaman di tubuh Raline. Setelah itu ia memasang sabuk pengaman untuk dirinya sendiri."KENAPA KA-MU DISINI?!" Tanya Raline seraya menekan suaranya."Kan mau pulang ke jakarta" Jawab Tristan dengan santai."Ya,kenapa bisa waktu dan penerbangan kita sama,duduk bersebelahan lagi?" tanya Raline terlihat curiga."Mungkin memang kita sudah ditakdirkan bersama,alias jodoh" Jawab Tristan dengan bercanda. kemudian ia tersenyum simpul,sembari memberikan selimut di tubuh bagian bawah istrinya ini.Raline merasa curiga ,ia tidak percaya ini suatu kebetulan. ingin di aktifkannya ponselnya untuk menghubungi Lala ,tetapi karena dalam mode pesawat ia terpaksa mena