Tersenyum malu-malu dan menunjukan sedikit keanggunan di depan crush. Ilene itu cantik, tapi saat ingin berhadapan dengan Kayvan ia merasa seperti seekor siput kecebur closet.
Ilene mendapat ilmu dari ibu-ibu anak satu yang menjadi kakak iparnya sekarang. Kata Azyan, cara memikat laki-laki itu dengan berbuat anggun di hadapan mereka. Karena Ilene bisa melihat bagaimana abanganya begitu bucin pada ibu-ibu anak satu. Jadi, Ilene rasa Azyan punya resep khusus dan begitu jawaban ibu muda yang berbahagia tersebut, jadi Ilene menurut saja.
Hari ini, ia memakai potongan dress sederhana yang sedikit pendek di atas lutut menunjukan kaki jenjangnya dengan memakai sneakers warna putih. Jika bunda dan kakaknya suka memakai heels, maka sneakers adalah alas kaki paling nyaman bagi Ilene.
Ilene mengurai rambutnya, ia tersenyum anggun. Wajahnya memang lebih lembut, mirip Dennis versi cewek. Gadis itu memakai bedak tipis untuk menyamarkan wajahnyaa dan juga sedikit pemerah bibir, agar Kayvan melihat dirinya tak pusat-pucat bangat. Karena Ilene bisa menganggap ini adalah ajakan kencan dari Kayvan.
Bahkan, Ilene melupakan banyak tugas yang ia dapatkan dari editor rese dan juga dari dosen pembimbing. Tapi malam ini saja, mari kita sisihkan dual hal itu, terutama editor Moon. Jangan bahas itu, kepala Ilene bisa pecah atau moodnya mendadak terjun bebas karena ia memikirkan mulut tajam dan juga bagaimana kejamnya editor Moon dan juga kerja paksa yang diberikan Moon pada dirinya.
Ilene cukup berpuas dengan menambah jam tangan agar ia terlihat manis. Kulitnya yang putih bersih hampir sama dengan dress yang ia pilih kali ini. Sederhana, tapi ia yakin tak ada yang bisa mengalihkan perhatiannya padanya. Ilene semakin tersenyum.
Semangat mengejar cintamu. Karena setelah ini, banyak scene yang harus ia tulis. Kayvan bisa dibilang kelinci percobaan untuk semua scene romantis yang disukai oleh pembaca, padahal menulis scene romantis itu lumayan susah apalagi jika di real life ia jomblo. Tapi Ilene tak mau menyerah, ia ingin menunjukan jika ia adalah penulis yang serba bisa, bahkan bisa menulis sisi erotis suatu cerita.
Bahkan Ilene sudah bisa menulis, bagaimana Luna begitu panas—baiklah mari kita lupakan bagian ini. Sekarang Ilene ingin berkencan.
🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
Padahal Kayvan hanya memakai jaket berwarna coklat, celana jeans dan sepatu Converse berwarna merah, tapi bisa-bisanya membuat Ilene menahan napas. Dia begitu tampan dan panas, otak Ilene langsung memikirkan adegan seperti novel yang akan ia tulis, saat melihat Kayvan serapi itu. Berarti Kayvan ada niat untuk mengajaknya kencan, apa Ilene bisa merayakan ini sekarang?
"Biasanya kalau malam minggu gini, kalau nggak nonton ya makan."
"Hooh. Kayaknya buat sesuatu yang lain pasti lebih seru."
Kayvan memiringkan wajahnya, dan memandang wajah cantik Ilene yang terlihat anggun sekaligus dewasa dengan penampilannya sekarang.
"Punyda ide lain?" Otak cerdas Ilene langsung berkerja cepat. Jangan sampai kencan pertama gagal, ia juga harus terlihat pintar di hadapan gebetan.
"Belanja." Ilene menjawab asal. Sekarang mereka berada di mall, jadi hal yang mereka lakukan selain makan, atau nonton adalah berbelanja.
"Belanja makanan. Makanan mentah, nanti buat di rumah, kayaknya itu lebih seru. Buat makanan yang beda dari yang lain. Misalnya, mie campur susu coklat. Atau bubur ayam campur meses, ice cream campur kecap." Kayvan menggeleng, cerdas tapi juga gila. Ini namanya memperkosa makanan, memaksa yang tidak semestinya dan merusak estetik dari makanan sendiri.
"Yaudah boleh." Ilene tersenyum. Semenjak menulis, otak gila yang di luar nalar juga harus berjalan, karena ia tak bisa mengerjai Moon jika otaknya tak berjalan. Moon mengajarkan menjadi orang yang licik dan juga cerdas.
Ilene langsung tersenyum lebar, saat melihat tangannya berada dalam genggaman Kayvan. Jika boleh ia ingin memeluk Kayvan dari belakang sekarant. Ilene membayangkan bagaimana keduanya bermesraan saat ia menyandar di bahu Kayvan yang nyaman dan laki-laki itu mengelus-elus rambutnya sambil sesekali mengecup.
"Ayok." Ilene baru sadar saat tangannya ditarik oleh Kayvan. Kebanyakan melamun. Kayvan menarik troli, keduanya berjalan berdampingan. Kayvan begitu rapi, Ilene suka melihat Kayvan dalam bentuk apa saja, bahkan Kayvan yang sedang kepedasan bon cabe level 15.
"Ini benar-benar mau coba mie campur susu krim coklat? Enek nggak sih?" Ilene hanya tertawa. Ia sering makan mie campur mayonaise dan itu sangat enak. Ilene suka mencoba hal baru. Dulu, ia tidak tahu jika makan segala mie dicampurkan perasan jeruk nipis itu adalah surga. Tapi, karena bundanya sering mengomel karena jeruk nipis di rumah sering mubazir, makanya Ilene pindah haluan makan mie dicampur mayoniase, membuat kuah mie jadi kental. Dan rasanya memang surga.
"Ayo coba." Ilene lebih dulu menyambar susu coklat 3 kotak dan meletakan dalam troli dan mencari bahan yang lain untuk eksperimen.
Biarkan Ilene berbuat hal gila, sebelum ia kembali pada rutinitasnya yang terasa seperti berada dalam neraka. Bertemu editor Moon rasanya Ilene sedang stimulasi berada dalam neraka.
Kayvan menurut, dan mereka juga mengambil beberapa makanan ringan. Sepertinya kegiatan malam minggu seperti ini lebih menarik.
"Hey bro." Ilene berbalik dan menganga, bisa-bisanya ada cowok tampan semua di sekelilingnya. Editor Moon pasti senang karena banyak adegan yang bisa ia tulis nanti. Ilene mengatupkan lagi bibirnya, huh kenapa bawa-bawa si rese itu?
"Ai kenalin ini teman kerja aku." Ilene memandangi Kayvan yang tersenyum manis. Pesona Kayvan pudar, ada dua cowok tampan di depannya yang lebih menarik.
"Ini Bang Jared, dan ini Aftar. Aftar kan satu kampus sama kita. Dan kita kerja di percetakan. Cuman freelance."
"Percetakan?" pekik Ilene. Waoh, apa ini ada hubungannya dengan penerbit Suka-Suka?
"Wait, di penerbitan Suka-Suka?" Kayvan dengan semangat mengangguk. Pikiran Ilene langsung tertuju pada editor Moon, tapi ia tahu pasti si Moon pakai nama samaran dan bisa saja si Moon rese itu hanya pakai khusus untuk dirinya dan menyiksa dirinya.
"Tahu penerbit itu?" Ilene hanya nyegir. Tak ada yang boleh tahu, rahasia dirinya dan editor Moon. Karena ia gadis baik yang terlihat polos, dari penampilan bukan seorang penulis dengan menggambarkan adegan erotis dalam adegan.
"Kan itu penerbit besar. Buku cetakan itu, pasti masuk best seller semua." Alibi Ilene sambil otaknya sudah traveling jauh. Membayangkan, editor Moon, menemani dirinya bedah buku di setiap kota karena bukunya laris manis dan banyak yang menggilai sosok Luna karakter dalam novel Ilene. Membayangkan saja, Ilene sudah ngiler duluan. Bahkan ada kemungkinan, bukunya di-filmkan. Itu adalah impian semua penulis.
Ilene langsung tersadar kembali, saat Aftar menyodorkan tangannya.
"Ilene. Tapi bukan Irene Red Velvet." gurau Ilene sambil cengengesan seperti orang bodoh. Aduh, hilang sudah sifat anggun yang harus ia tunjukan di depan crush. Tapi melihat tiga cowok tampan tersebut, bolehkah Ilene borong semua? Ke tiga cowok ini, sosok pacar-able yang bisa ia gunakan sebagai bahan imajinasi dalam menulis novel.
"Aku Aftar. Jurusan Perikanan."
"Waoh keren. Kembaran aku jurusan Oceanografi."
"Berarti satu fakultas."
"Jared." Suara yang terdengar sangat tenang, membuat Ilene seperti segan untuk berkenalan. Kenapa Kayvan bisa menyodorkan semua cowok tampan di sini? Apa Ilene bisa mempunyai suami tiga?
"Aku Ilene. Tapi biasa dipanggil Ai. Biar nggak ribet. Soalnya ada yang nggak biasa manggil Ailin. Malah pada manggil Ilene. Padahal Ilene." Jared hanya terkekeh. Gurauannya garing dan kesan pertama seperti gadis ini berusaha menampakan dirinya agar diterima orang lain.
"Kita ikut mereka aja." Ilene langsung mengangguk. Sudah banyak adegan yang ia atur dalam otaknya. Bagaiamana adegan bersama Kayvan, bersama Aftar atau Jared.
"Ngikut aja." Kayvan tetap membeli makanan yang sudah mereka isi di troli. Dia berpikir lain kali bisa mengajak Ilene lebih private untuk berduaan saja.
"Ini kalian lagi kencan?" tanya Aftar. Ilene bingung harus menjawab apa, jadi ia hanya pura-pura tidak mendengar, tapi melihat tatapan Jared yang seperti menunggu jawaban darinya.
"Nggak bro. Belanja makanan aja." Kayvan sebelas-dua belas seperti Editor Moon. Membuat mood Ilene terjun bebas. Enteng sekali berbicara seperti itu? Apa editor Moon adalah Kayvan? Oh shit! Orang pembawa sial dalam hidupnya adalah orang yang juga membuat moodnya naik.
Ilene berusaha menahan hatinya. Jangan jadi gadis cengeng, kamu kuat. Kamu sudah terbiasa menghadapi si rese jadi omongan Kayvan itu seperti kapas saja. Anggap seperti permen kapas yang manis.
Ke empat muda-mudi itu langsung menuju cafe yang berada di supermarket depan mereka yang menjual kopi dan juga roti. Wanginya membuat perut semua orang bergejolak ingin makan.
"Mau pesan apa Ai?" tanya Kayvan. Ilene menarik napas panjang, harusnya ia tak mengambil hati karena nyatanya ia cinta sendiri. Kayvan tak pernah tahu perasaannya dan mungkin dari sini tanda agar ia tak terlalu berharap.
"Yang dingin aja deh." Walau menu utama kopi, cafe tersebut juga menyediakan minuman segar seperti jus buah.
"Mungkin jus apel atau strawberry. Butuh yang segar-segar." Sebentar Ilene sedikit menyindir Kayvan. Tapi laki-laki itu memgangguk. Hufh... Kayvan tidak peka pada perasaannya.
Para laki-laki memesan kopi di cangkir kecil. Ilene yakin, cangkir kecil tapi membutuhkan waktu berjam-jam sampai habis, bukan seperti miliknya yang habis dalam satu tegukan. Ingatkan Ilene untuk menjadi wanita anggun seperti ibu-ibu anak satu. Sebenarnya Azyan penasaran siapa laki-laki itu, karena selama ini Ilene seperti tertutup dan tak terlihat tertarik pada siapapun. Apa mungkin sudah saatnya? Karena dirinya sudah punya anak, dan Ilene masih jomblo. Tapi bukankah takdir setiap orang berbeda?
Para laki-laki mulai membahas percetakan tempat kerja. Ilene ingin sekali bertanya editor Moon, tapi entah kenapa ia yakin nama itu memang khusus untuk dirinya, agar si rese itu bebas menyiksa dirinya tanpa ada yang tahu identitas aslinya.
"Nanti udah tamat kerja apa?"
"Sastra Inggris biasanya ngapain?" tanya Ilene kembali. Ia tak punya pekerjaan impian kecuali menjadi penulis. Yang ia yakini akan ditentang keluarganya. Tapi Ilene yakin, jika orang tuanya tahu pekerjaan menjadi penulis itu menjajikan, maka mereka akan mendukung. Sekarang Ilene menurut seperti sapi dicocok hidung sebelum ia bisa berkuasa dan ia bisa menyuruh editor Moon seperti yang si rese itu lakukan padanya. Ilene ingin memastikan, ia harus membalas bagaimanapun caranya.
"Kalian kerja apa?"
"Awalnya freelance. Tapi udah kerasan di sana. Temannya enak-enak semua. Atasan yang kooperatif."
"Oh iya?" Ilene iri sekali mendengarnya. Ia ingin ikut bergabung, tapi editor Moon akan memgenali dirinya dan memangnya ia memginginkan posisi apa? Cita-cita Ilene hobby yang dibayar. Hobby yang dibayar itu adalah sesuatu yang langka yang tak semua orang mendapatkan kesempatan. Saat Ilene suka menulis, suka mengkhayal dan semua hasil jerih payahnya serta makian dari editor Moon menjadikan pundi-pundi rupiah. Tapi untuk sekarang Ilene belum merasakan sedikitpun.
Ilene mengaduk-aduk jus apel yang hanya berisi ampas. Mendegar pembicaraan seriusu para lelaki. Huh, semua orang punya pengelaman hanya dirinya yang berkutat dalam kamar. Tak pernah berpacaran, atau mungkin pernah tapi Ilene tak pernah menganggap mereka pacar. Ilene hanya akan menjalin hubungan yang serius saat ia sudah dewasa nanti. Seperti sekarang, ia sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap atau menjadi penulis best seller. Tak perlu bekerja dan uang mengalir setiap bulan, dari royalty penjualan buku miliknya. Walau harus dipotong pajak yang tak kalah makan hati, tapi Ilene yakin jerih payahnya nanti cukup menjanjikan semoga memang tulisannya best seller. Semoga semua caci-maki dari editor Moon menjadikan Ilene sebagai best selling author.
"Mungkin bisa dipikir kalau. Jadi penerjamah di sana. Karena memang permintaan untuk novel luar juga laris manis." Ilene hanya tersenyum. Ia suka jadi tranlsator. Tapi impiannya, ia dikenal karena dunia yang ia ciptakan. Jika jadi translator namanya, hanya akan tercetak di balik cover dan tak ada orang yang mengenalnya. Ilene tak mau, Ilene ingin namanya yang terkenal di sana.
Ilene sudah menargetkan satu atau dua tahun mendatang, ia akan jadi best selling author dengan label buku mega best seller dan segera di-filmkan. Membiat bundanya bangga dan tak meremehkan orang menulis, walau Ilene masih sembunyi-sembunyi. Terkadang Ilene membohongi bundanya ingin mengerjakan skiripsi dan ujungnya ia kerjakan novel. Karena nyatanya mengkhayal lebih seru daripada menulis data yang valid. Karena mengkhayal bebas membawa pikiran Ilene, dan apa yang hatinya mau menulis. Bukan banyak data yang konkrit yang harus sesuai dengan perkataan para ahli bukan perkataan dirinya. Ilene adalah manusia pecinta fiksi, bukan manusia pecinta fakta.
Dunia khayalan lebih menjajikan daripada dunia nyata yang tak pernah adilnya. Dalam dunia menulis, Ilene bebas menentukan tokoh siapa yang ingin ia habisi nyawanya, tokoh siapa yang ingin ia siksa atau beri penyakit keras. Seorang penulis iti ibarat Tuhan. Kapan lagi jadi Tuhan untuk bisa menyiksa orang lain?
Dengan dunia tulisan, Ilene bebas mengkahyal menjadi kekasih Kayvan, kencan dengan Kayvan, berciuaman dengan Kyavan. Ngomong ciuman, padahal Ilene sudah membayangkan adegan ciuman pertamanya akan hilang hari ini, tapi sepertinya akan gagal. Kayvan tidak akan mencium dirinya.
"Ai ngantuk?" Ilene tak sadar, ia melamun dari tadi. Karena ia lebih sibuk dengan dunia khayalan miliknya. Ilene dan khayalan seperti dua hal yang sulit dipisahkan. Dua sisi yang berlawanan tapi tak bisa dipisahkan seperti dua sisi mata uang.
"Iya nih." Ilene terpaksa berbohong dan juga sekarang sudah pukul 10. Ia harus begadang lagi malam ini, atau melanjutkan besok tugas yang diberi editor Moon.
Kayvan mengantarkan Ilene pulang. Dan benar seperti dugaannya tak ada adegan ciuman dalam bayangan dirinya yang sudah ia khayalkan sebelumnya. Mungkin memiliki Kayvan hanya ada dalam bayangan liar Ilene.
Apa Ilene akan jadi jomblo seumur hidup?
Ilene membaringkan tubuhnya di atas kasur, mencoba mengumpulkan kembali kekutannya sebelum ia kembali berkutat dengan naskah yang tidak pernah selesai. Sepertinya memang editor rese itu sengaja agar ia menyerah dengan cita-citanya.
Ilene membuka ponselnya, takut si rese itu tahu ia pergi kencan.
Tentang : 🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
Dear Gigi Kelinci,
Saya adalah salah satu di antara tiga orang tadi.
Tertanda,
Moon.
Ilene langsung menegakan tubuhnya. Feelingnya mengatakan kalau Moon itu Kayvan. Tapi bagaimana membuktikannya?
_________________________Aku suka tebakan, ayo tebak. Siapa editor Moon kita yg sexy😆😆😆.
Masih awal jadi main-main dulu. Sebelum kita tebak-tebakan beneran. Tapi nanti, Ilene harus memilih di antara 3 cowok ganteng itu🍯🍯🍯😋😋😋. The real editor Moon kita yg sexy😋😋😋.
See you💋💋💋💋💋💋
"Hari ini ujian? Sebelum ujian berdoa dan minum susu. Baca soal baik-baik dan jawab dengan benar." peringat Ilene pada kedua putrinya. Usia mereka sudah 10 tahun.Candy dan Crystal akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Ilene tersenyum dan tak berhenti bersyukur dengan semua anugerah yang ia dapatkan dalam hidupnya. Penyakit Crystal masih kambuh. Kabar baiknya mereka akan melaksanakan transplantasi jantung. Setelah pencarian dan penantian selama 10 tahun, semua kesabaran Ilene dan Jared akan berbuah manis.Jared sedang membuat sarapan untuk kedua putri kembarnya. Laki-laki itu menjalani perannya sebagai kepala rumah tangga yang luar biasa. Candy dan Crystal ingin makan nasi goreng dengan banyak hiasan lucu-lucu yang membuat mereka semangat dan sayang untuk makan.Jadi, Jared akan membentuk nasi goreng tersebut berbentuk karakter lucu. Kali ini dia akan membentuk karakter Rilakuma memakai selimut."Ayah, udah?" Candy langsung berla
"Buna, Kis kenapa?" tanya Candy sambil mendongak melihat ibunya.Ilene mengendong Candy menahan tangisnya, penyakit jantung Crystal kambuh membuat dia harus dilarikan ke rumah sakit. Ilene dan Jared sedang berusaha untuk mencari transplatasi jantung untuk Crystal namun saat ini belum juga dapat.Ilene menoleh ke belakang, tak kuat akhirnya menangis juga. Membayangkan Crystal yang kecil harus menderita seperti itu. Ilene tak ingin menangis di depan Candy membuat bocah itu terus bertanya dan mungkin tahu kesedihan apa yang tengah menimpa keluarga ini.Crystal bisa bermain tapi terkadang penyakit itu datang tanpa diundang. Sudah beberapa tahun mereka mencari transplatasi jantung yang cocok tapi tak kunjung berjodoh.Jared sedang berbicara dengan dokter pribadi Crystal. Dokter yang sudah dianggap keluarga dan menganggap Crystal anal sendiri karena ke sini.Ilene mencium-cium kepala Candy dengan sayang.Candy m
She's become a Momma. A proud Momma for her twins.Ini adalah hari terbahagia Ilene, bukan hari-hari yang ia jalani kini hanya terisi dengan kebahagiaan. Kilas balik tahun sebelumnya saat dia menderita sebuah penyakit aneh yang membuatnya hampir menyerah dan sangat percaya diri. Tapi lihatlah kini, dia mengendong dua putri kembarannya ke rumah Nenek mereka.Candy dan Crystal memakai dress mini lucu berwarna putih dengan rambut kucir dua diikat ke atas. Setiap melihat kedua putrinya dia selalu menumpahkan air mata kebahagiaan. Dia terlalu bangga dengan anak-anaknya.Kedua bocah itu berlari menuju ke dalam rumah neneknya. Mereka sudah tahu, jadi paling semangat jika berangkat ke rumah Nenek, Nenek baik, Nenek sangat memanjakan mereka."Nenek!" teriak Candy dan Crystal kompak. Lihat? Ilene hanya bisa geleng-geleng sambil membawa kantung berwarna putih yang barusan ia beli buah untuk Bundanya. Setiap minggu Ilene ajak anak-anaknya ke r
Ilene tersenyum malu-malu pada suaminya. Masih diliputi oleh rasa bersalah, takut, dan gagal, walau Bundanya telah meyakinkan jika semuanya baik-baik saja. Ilene bisa normal asal dia melawan ketakutannya sendiri dan dibantu terapi."Sini." Ilene tersenyum dan mendekati laki-laki itu. Bagaimana mungkin kamu merasa aneh dan asing dengan suami sendiri, apalagi merasa risih jika dia memegang kamu. Dengan perlahan Ilene mendekati Jared dan dengan rasa sayang yang penuh dia memeluk laki-laki itu. Ilene menutup matanya bersandar di dada laki-laki ini. Dia luar biasa, dia begitu sabar menghadapi sifat Ilene yang kekanakan. Ilene tahu, jika dia mendapatkan laki-laki lain dia sudah dipukul atau lebih parahnya lagi dicampakkan."Terima kasih." Ilene mengelus-elus dada Jared membentuk pola abstrak, walau gadis itu tak tahu jika laki-laki itu menahan dengan sekuat tenaga untuk tidak menerkam gadis itu. Jared begitu sabar, Jared bertahan dan sepertinya dia layak mendapat
"Bunda, Ai nggak bisa. Ai mau sama Bunda aja." Ilene merengek pada Bundanya seperti anak kecil, dan menangis.Pulang dari bulan madu Ilene langsung kabur ke rumahnya karena merasa gagal, merasa takut, dia sudah berusaha untuk mengalahkan rasa takut itu tapi berkali-kali gagal."Enakan jadi anak Bunda aja. Ai nggak siap jadi istri orang." Ilene jujur. Dia ingin menceritakan ketakutan yang terus menggerogoti dirinya, membuat dia tak bisa tidur dengan nyenyak. Ilene seperti dihantui mimpi buruk setiap waktu."Mana ada orang udah punya suami, ngadu-ngadu nangis kayak orang pacaran." Ilene berbalik melihat Darris yang menegurnya. Dulu dia bangga dan songong mengatakan ingin menikah, saat sudah terjadi dia menyesali hal itu."Huwaaaaaa, aku lebih baik kelahi sama kau daripada harus jadi istri orang." Ilene bangkit dan ingin memeluk Darris saat Darris sudah membentengi dirinya agar dipeluk Ilene."No. No! Haram pegang-pegang.
"Hi, Darris, aku akan berjumpa dengan salah satu saudaramu di sini. Mau nitip salam apa sama mereka?" tanya Ilene dengan suara cempreng di ujung telpon sambil menaikkan kaca mata hitam ke atas kepalanya. Gadis itu sedang berada di sebuah bukit dan melihat banyak pemandangan indah di sekelilingnya. Jared membawanya bulan madu ke Pulau Komodo."Siapa?""Komodo. Kamu hidup di jaman T-rex, jadi mau nitip salam-salam apa sama mereka?""Kau kan kembaran aku, jadi kamu juga komodo." sanggah Darris tak mau kalah."Sialan! Benar juga."Ilene mengubah panggilan jadi video chat. Dan terlihat wajah kusut Darris di layar, laki-laki itu hanya memakai kaos lusuh berwarna abu-abu. Ilene moodnya sangat baik sekarang bahkan memakai baju berwarna cerah, berwarna kuning."Kasian kembaran aku. Nikah sana. Biar bisa bulan madu kayak aku." perintah Ilene dengan songong. Mereka baru saja tiba di Labuan Bajo dan Ilene langsu