Home / Thriller / MY WAY / TERPESONA

Share

TERPESONA

last update Huling Na-update: 2022-12-07 19:20:19

( POV 3 )

Selama beberapa hari Tim Johnson, bermalam di villa miliknya. Tak seperti biasanya karena memang inilah pertama kali Tim Johnson tidur di villa miliknya itu bahkan sampai beberapa hari.

Belakangan ini dia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sehingga ia tak sempat datang berkunjung ke villa dan menemui Michelle Scullys. Entah kenapa selama itu pun, ia tak berhenti untuk memikirkan wanita yang ditolongnya itu.

Apakah hanya perasaan kasihan atau simpatik ia sendiri tak mengerti, yang jelas setelah pandangan pertama di rumah sakit itu hati dan pikirannya tak bisa berhenti untuk memikirkan wanita malang itu.

Seperti di malam itu, saat Tim Johnson pulang dari urusan pekerjaannya, ia kembali berkunjung ke villa lagi. Saat ia melangkahkan kaki di pintu masuk, ia mendengar suara piano dari ruang tengah villa, dekat perapian yang memang ada sebuah piano di sana.

"Siapa yang memainkan piano itu?" batinnya penasaran.

Permainan piano itu membuat Tim Johnson terpesona karena begitu indah, hingga tanpa di sadari ia melangkahkan kakinya seolah mengikuti alunan yang dimainkan piano itu.

Matanya tak berkedip melihat sosok wanita dari samping yang sedang memainkan piano itu dengan penuh penghayatan.

Hingga sampai sang wanita tak menyadari kalau ada seseorang yang datang dan memperhatikannya sedari tadi.

Di mata, Tim Johnson wanita itu begitu cantik dan membuatnya terpesona.

Entah kenapa jantungnya tak berhenti berdetak dengan kencang saat melihat sosok di depannya sekarang.

Dan permainan piano itu, sungguh membuatnya hanyut dalam gelombang musik yang diciptakan sang pemain, begitu indah terdengar namun menyayat hati.

Apakah itu adalah ungkapan isi hati sang wanita?

( POV 1 )

Prok...prok...prok...prok

Suara tepukan mengejutkanku saat itu.

"Siapa?" tanyaku seraya berpaling dan kulihat Tim Johnson berdiri di luar ruangan yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempatku duduk.

Senyuman manis mengembang di wajahnya yang tampan dan itu membuatku pipiku merona. Sejak kapan ia berdiri di situ dan mendengarkan permainan piano yang baru saja aku mainkan tadi?

"Sungguh indah, Michelle!

Sejak kapan kau belajar bermain piano?" tanyanya mendekat ke arahku yang masih terduduk malu melihat senyum tampannya yang memikat.

"Ah, aku belajar saat usiaku 15 tahun dulu bersama dengan anak-anak panti," sahutku agak gugup.

Kulihat Tim Johnson menatap sendu padaku kini.

"Kau pernah di panti asuhan?" tanyanya kemudian.

"Tidak lama, hanya 2 tahun dan kemudian aku diadopsi oleh seorang pendeta yang baik hati" jawabku lirih seraya tersenyum simpul.

"Ah, iya" Tim Johnson menjadi teringat akan segala hal tentang informasi kehidupan Michelle yang ia dapatkan dari asisten pribadinya, Hendrix Brown.

"Maafkan aku telah lancang karena menggunakan piano ini tanpa seizinmu karena kupikir tadi aku begitu bosan dan ingin berbuat sesuatu," tuturku tiba-tiba merasa menyesal.

"Astaga, tidak sama sekali Michelle. Justru aku senang, kau boleh menggunakannya sampai kapanpun selama kau mau di sini," sahut Tim.

"Ta-pi penampilanmu sangat indah tadi, Michelle, hingga membuatku terpesona.

Rasanya villa ini jadi lebih hidup sejak adanya dirimu di dalamnya, dan itu membuatku senang," puji Tim Johnson mencoba mengalihkan perhatian.

"Terima kasih, tapi itu rasanya terlalu berlebihan Mr. Johnson, ah... maksudku Tim," sahutku kikuk.

"Ehhmm, maksudku aku harus pulang ke rumahku sendiri, karena aku tidak mungkin selamanya akan tinggal di sini dan bergantung apalagi merepotkanmu," tambahku menjelaskan, kuharap Tim tidak tersinggung mendengarnya.

"Kau jangan terlalu sungkan Michelle, aku tidak akan pernah memaksamu karena memang kau juga punya kehidupan sendiri di luar sana.

Hanya saja selama keadaanmu belum pulih benar sekarang kau masih menjadi tanggung jawabku di sini.

Dan kapanpun kau mau, kau boleh berkunjung kapan saja di villa ini," Tim Johnson menjawab tulus dan kurasa ia serius dengan ucapannya.

"Terima kasih, kau sangat baik hati.

Sungguh beruntung aku mengenalmu Tim Johnson...," ucapku sungguh-sungguh kemudian aku mencoba untuk bangkit dari tempat duduk namun entah kenapa aku merasa oleng dan kehilangan keseimbangan.

Tim Johnson yang melihatku pun dengan gerakan cepat langsung berlari dan menangkapku ke pelukannya saat itu juga agar tidak jatuh.

"Hati - hati, Michelle!" serunya saat tubuhku berhasil ia tangkap dan kini aku bertumpu di dadanya yang bidang dan hangat.

"Aahhh, terima kasih. Maaf aku ceroboh tadi," sahutku gugup.

"Lukamu belum pulih benar sekarang, karena mungkin kau tadi memaksakan diri jadi otot tangan dan kakimu menjadi tegang," ucapnya lirih seraya menatapku lemah.

Tatapan kami bertemu sesaat di waktu itu.

Dengan jarak yang begitu dekat hingga aku bisa merasakan embusan nafasnya yang hangat dan wajahnya yang luar biasa tampan dengan jarak yang begitu dekat saat ini, membuat jantungku berdebar seketika dan itu membuatku sangat gugup.

Menyadari hal itu kami berdua pun menjadi merasa kikuk satu sama lain.

"Akan kubantu kau ke kamarmu ya," tawar Tim kemudian mencoba mengalihkan perhatian.

"Terima kasih Tim, maaf selalu membuatmu repot," sahutku sungkan.

"Tak masalah, ayo pelan-pelan saja ya," titahnya lembut dan aku pun menurut dengan ucapannya.

Susah payah aku mengontrol diriku agar tak merasa gugup karena entah kenapa jantung ini tidak bisa diajak berkompromi karena selalu berdebar kencang saat Tim Jhonson mendekatkan tubuhnya padaku.

"Aku harap kau tidak merasa sungkan ya, Michelle karena beberapa hari ini aku bermalam di villa ini karena kebetulan aku ada beberapa proyek yang letaknya tak jauh di villa ini," tutur Tim Johnson memecahkan keheningan.

"Tentu tidak Tim, justru aku merasa senang karena tak lagi merasakan kesepian di rumah ini yang bagiku cukup besar," sahutku.

"Benarkah? Ahh, syukurlah.

Aku pikir pasti kau merasa bosan karena harus tinggal di rumah ini hanya ditemani Katherine dan Morgan saja," ujar Tim dengan wajah teduhnya.

"Sebenarnya aku sudah terbiasa hidup sendiri, Tim jadi kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu karena itu bukanlah masalah yang besar bagiku," sahutku mencoba tersenyum di depannya sekarang agar ia tak merasa bersalah.

"Maaf ya, Michelle. Tapi jika kau berkenan aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi dan menjadi temanmu itu kalau kau tak merasa sungkan padaku" tutur Tim dan ucapannya kini cukup mengejutkanku sekarang.

Entah kenapa aku hanya diam dan tak bisa menjawabnya, tatapan kami bertemu lagi, satu sama lain dalam diam seakan hanyut dalam pikiran masing-masing.

"A- pa kau sungguh-sungguh Tim?

Kita sangat berbeda jauh dari segi sosial.

Aku rasa dengan mengenalku kau tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa," ucapku lirih dan aku harap alasan itu terdengar logis untuk Tim Johnson karena aku tak mau menyakiti hatinya dengan penolakanku.

"Tidak, tidak sama sekali, Michelle," Tim menggeleng mantap saat itu juga.

"Aku harap kau jangan mempermasalahkan tentang status sosial karena bagiku itu bukanlah masalah untuk mencari seorang teman," ucapnya kemudian.

"Jadi aku mohon mulai hari ini, kita berteman ya, dan aku harap kau tidak menolak tawaranku ini," ucapnya lagi seraya tersenyum lebar membuatku merasa nyaman saat itu juga saat bersama dengannya seperti sekarang ini.

******

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MY WAY   PENGAKUAN

    ( POV 1 )Kulihat Gillian menangis terisak di depan parkiran restoran, kedua matanya menatap sendu mobil milik Michael yang melaju begitu saja tanpa memperdulikannya. Melihatnya seperti itu aku semakin yakin jika Gillian begitu mencintai Michael Rouis, hal itu membuatku semakin puas karena berhasil membuatnya merasa menyesal. Rasa cintanya begitu besar pada pria sebaik Michael Rouis namun sifat picik dan serakahnya tetap tak berubah.Ya, pria bernama Alex Miles adalah orang suruhanku yang kuperintahkan untuk menggodanya. Jika ia wanita yang setia, ia tidak mungkin menerima ajakan pria yang baru dikenalnya bukan? Namun, seperti yang aku tahu, sifat Gillian yang serakah itulah yang telah menghancurkan dirinya sendiri. Dengan kata lain ia gagal menjadi wanita yang setia hanya dengan iming-iming pria tampan dan kaya, sungguh ironis."Apa sekarang kau merasa menyesal Gillian Moore? Akan aku pastikan Michael Rouis tak akan mau kembali dengan wanita serakah dan picik sepertimu," sindirku saa

  • MY WAY   SEBUAH HUKUMAN

    Siang itu di butik milik Gillian Moore kedatangan seorang pria tampan dengan penampilan perlente yang luar biasa. Gillian dapat menebak jika pria itu mungkin seorang CEO di sebuah perusahaan besar, karena mobil yang pria itu kendarai adalah mobil sports edisi terbatas berharga fantastis. Tahu mendapatkan calon pelanggan dan mangsa empuk yang rupawan, Gillian Moore pun melayani pria itu dengan memasang penampilan sebaik mungkin di depannya sekarang."Selamat siang, Tuan. Selamat datang di butik saya, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa Gillian dengan senyuman ramah dan paling cantiknya.Pria itu melepas kacamata hitam yang dipakainya dan itu membuat Gillian semakin terpesona dengan mata biru pria di depannya sekarang."Carikan aku jas dan kemeja yang terbaik untukku, Miss," sahut sang pria."Oh, tentu. Silakan, Tuan. Di sebelah sini! Banyak pilihan yang cocok untuk anda pilih dan bisa anda coba," tawar Gillian penuh semangat.Gillian pun sibuk mempromosikan koleksi jas dan kemeja terba

  • MY WAY   HATI YANG MULAI RAGU

    ( POV 3 )Sepulangnya dari apartemen Judith Hills, Michael Rouis tak bisa berhenti berpikir dengan semua cerita yang wanita cantik berambut merah itu ceritakan. Tentang kisah pilu sebuah pengkhianatan hingga berujung kehilangan. Dan yang paling membuatnya terkejut adalah nama kekasih tercintanya disebut dalam cerita Judith Hills. Apakah Judith berbohong dengan ceritanya? Dan apakah Judith hanya mengarang cerita saja agar ia bersimpati padanya?Namun mungkinkah itu? Lalu jika iya apa motifnya? Hati kecil Michael menyangkal itu semua, jika Judith Hills tak mungkin berbohong dengan semua yang baru saja ia ungkapan padanya. Wanita itu berkata jujur, karena sebodoh apa pun dirinya, Michael tahu orang yang berkata jujur atau tidak. Semua terlihat di mata Judith Hills, jika wanita itu memang memiliki trauma atas masa lalu buruk yang pernah ia alami. Jika semua yang Judith Hills ungkapan adalah benar, lalu berarti benar jika Gillian Moore adalah sahabat sekaligus pengkhianat yang ada dalam ce

  • MY WAY   PRASANGKA

    ( POV 3 )Michael Rouis melajukan mobilnya cukup kencang, ia menuju ke alamat yang dikirim Kelly. Sebuah apartemen di pusat kota Dallas. Entah kenapa ia merasa cemas pada Judith Hills, wanita yang belum lama ia kenal dan pastinya tak ada hubungan apapun antara dirinya dengan wanita cantik berambut merah itu. Apa penyebabnya Michael sendiri tak tahu pasti, kenapa Judith Hills begitu istimewa di matanya? Dan keluarganya pun seperti merasakan hal yang sama seperti dirinya. Sungguh berbanding terbalik dengan Gillian sang kekasih, Michael sendiri tak tahu apa penyebab adiknya Kelly dan putrinya, Lizzy kurang menyukai dan tidak bersimpati pada sang kekasih? Apakah ada yang salah dengan pilihannya? Namun, untuk saat ini Michael tak ingin peduli, ia akan memperjuangkan Gillian agar putri semata wayang dan adiknya mau menerima pilihan hatinya.Ia sendiri tak menyangka tindakan impulsif dirinya pada Judith Hills, hingga ia sampai meninggalkan sang kekasih dan lebih memilih untuk menemui wanita

  • MY WAY   GILLIAN MOORE

    ( POV 3 )Di sebuah apartemen, tampak sepasang kekasih sedang memadu cinta bersama. Mereka berdua saling memagut dan bermain bibir dengan panas. Sang wanita berambut blonde yang duduk di atas pangkuan sang pria tampak agresif dan mendominasi. Suara deru nafas yang saling beradu pun terdengar jelas di dalam apartemen itu. Sang wanita kini tampak dengan tak sabaran melepas kancing kemeja yang dikenakan sang pria sedangkan sang pria hanya pasrah di bawah kendali wanitanya yang kini telah berhasil melepas kemeja kekasihnya dan melemparkannya ke sembarang tempat, sang pria kini hanya mengenakan celana panjang saja, dadanya yang bidang terekspos dengan jelas membuat suasana malam itu menjadi panas karena dilingkupi gairah dari sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara itu.Mereka melepaskan ciumannya dan kini kedua netra mereka saling bertemu satu sama lain dalam diam. kedua bibir mereka merekah dan berkilau karena saling bertukar saliva sejak tadi dengan panas. Tatapan mereka bertemu, t

  • MY WAY   PENDEKATAN

    ( POV 1 )Pagi itu aku sengaja bangun lebih pagi dari biasanya, setelah mandi dan berganti baju dengan pakaian yang aku bawa dan kupersiapkan sebelum aku sampai di sini, di rumah Michael Rouis, aku pun turun ke lantai bawah dan menuju ke dapur. Di sana kulihat Kelly sedang sibuk memasak di dapur seorang diri, dan karena itu aku berinisiatif untuk mendekatinya."Ada yang bisa dibantu, Kelly?" tawarku padanya saat kulihat wanita berambut pirang itu tengah sibuk meracik sayuran."Ah, Judith. Anda sudah bangun? Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" Kelly bertanya perhatian."Nyenyak, bahkan sangat nyenyak. Mana mungkin aku tidak tidur nyenyak di rumah keluarga Rouis yang hangat dan menyenangkan seperti ini?" sahutku dengan tersenyum tulus."Terima kasih, syukurlah kalau begitu," Kelly menjawab dengan tersenyum lebar."Biar saya bantu menyiapkan sarapannya ya?" tawarku sekali lagi."Ah, tidak perlu Judith. Anda adalah tamu, tidak perlu repot membantu di dapur seperti ini." Tolak Kell

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status