Share

Bab 4

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-08-23 18:54:14

Wajah pucat dan mata sembab.

Itulah yang dilihat Alisya dari sosok dalam pantulan cermin. 

Dia ingin tetap di dalam kamar dan tidak usah menghadiri pesta itu, tapi dia tidak bisa mengabaikan ancaman Pandu. 

Alisya tak menyangka bahwa banyak orang yang hadir untuk menghadiri pesta ulang tahunnya, tapi dia  bahkan tak tahu siapa saja yang diundang. Dia memang pemeran utama dalam pesta ini tapi dia merasa seperti tamu yang tak diundang, begitu menyedihkan.

Tentu saja ini pesta untuk Sekar, wanita yang dicintai Pandu.

Alisya mengedarkan pandangannya tak terlihat Pandu atau keluarganya dimanapun. Bahkan Sekar juga tak ada diantara tamu yang tak semua Alisya kenal. 

“Aku tidak tahu apa yang membuatmu betah duduk di kursi menyedihkan itu?” 

Alisya yang semula sibuk mengedarkan pandangan mencari keberadaan Pandu langsung menoleh dan menemukan laki-laki yang menatap sinis padanya. 

Pramudya Setiaji, sahabat Alisya, mereka sudah mengenal sejak SMA, ayah Pram adalah salah satu rekan bisnis ayah Pandu, mungkin alasan itu yang membuat laki-laki ini diundang hari ini. 

 Pram adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan pernikahan Alisya dan Pandu dulu.

Alisya yang waktu itu sempat marah pada Pram dan membuat mereka saling menjauh, bahkan dia sama sekali tidak tahu jika hari ini Pram juga diundang. Setelah dua tahun inilah pertemuan pertama mereka. 

“Pram! Kamu di sini!” Alisya menekan tombol pada kursi rodanya dan benda itu mendekati laki-laki yang berdiri dengan wajah permusuhan itu, dia seperti tak menyadari keengganan laki-laki itu untuk dia dekati. 

“Oh ayolah apa kamu tak merindukanku,” kata Alisya dengan wajah memelas. 

Laki-laki itu berdecak kesal tapi tak urung juga menundukkan tubuhnya dan memeluk Alisya. 

“Aku senang kamu ada di sini, apa kamu sudah tidak marah lagi?” 

“Inginku sih tidak, tapi melihatmu seperti ini aku benar-benar marah,” jawab laki-laki itu cuek. “Dan dimana suami yang kamu puja itu?” tanyanya sinis

Alisya mencoba tersenyum, mana mungkin Pandu mau menemaninya. “Dia sedang bersiap-siap, sebentar lagi dia pasti turun.”

“Benarkah? Mengesankan sekali,” kata Pram penuh sarkas. 

“Pram.” 

Alisya tahu Pram tidak pernah menyukai Pandu, bahkan sejak dulu sebelum laki-laki itu menyebabkan kecelakaan yang membuat kakinya tak bisa berjalan lagi.  Pramlah yang menentang keras pernikahan Alisya dan Pandu, dan menjauh setelah Alisya mengambil keputusan tetap menikahi Pandu.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku kenapa kamu masih betah di kursi sialan itu, bukankah dokter bilang kamu bisa segera berjalan.” 

Alisya menatap kedua kakinya dengan miris. “Mungkin dokter salah diagnosa, kakiku sama sekali belum bisa digerakkan,” katanya dengan nada sedih dan itu membuat laki-laki di depannya menatap tak percaya padanya. 

“Kukira kamu sengaja tidak berobat supaya terus mendapat simpati laki-laki itu,” komentarnya sinis. 

Mata Alisya langsung membelalak. “Untuk apa aku melakukannya, aku tidak suka jadi orang invalid yang menyedihkan,” balasnya tak terima. 

“Baguslah kalau masih seperti itu.”

Dan laki-laki itu pergi begitu saja membuat Alisya luar biasa sedih. Apa dia telah kehilangan sahabatnya. 

Apakah memang dia selalu ditakdirkan untuk ditinggalkan? 

Alisya menatap sedih pada Pram yang berlalu dari hadapannya, tapi deheman seseorang yang sedang menuju ke arahnya membuatnya merasa bersalah.

Dia tahu seharusnya dia tidak lagi berdekatan dengan laki-laki lain setelah pernikahannya, tapi bukannya Pram hanya sahabat baiknya dan mereka sudah seperti saudara. 

Dia tahu dia memang salah dengan menikahi Pandu karena kejadian itu, tapi hatinya tidak bisa berbohong kalau dia memang sangat menginginkan laki-laki itu. 

Sekarang dia harus menerima konsekuensi keputusannya. 

Pandu yang membencinya karena menganggap Alisya menjebaknya dengan kecelakaan itu dan bahkan sekarang laki-laki itu menghadirkan wanita lain dan lebih mengabaikannya. 

Semenjak ayahnya meninggal dan ibunya sakit Alisya harus berjuang keras di atas kakinya sendiri untuk kelangsungan hidupnya juga ibunya tapi... 

Sekarang kakinya bahkan tidak sanggup menompang berat tubuhnya. 

“Selamat ulang tahun, Nak. Kenapa kamu tidak menyapa tamu-tamumu.” 

Tamu-tamumu? Bahkan Alisya saja tidak mengenal sebagian besar dari mereka. “Saya bahkan tidak mengenal mereka,” jawabnya jujur.

Ayah mertuanya selalu memperlakukannya dengan baik, berbeda sekali dengan ibu mertuanya yang sering menghinanya dengan kata-kata kasar. 

“Kalau begitu ayah akan perkenalkan mereka padamu.” 

Laki-laki tua itu sudah siap mendorong kursi roda Alisya tapi wanita itu menggeleng. “Tidak perlu yah, mungkin mereka teman-teman mas Pandu, biar nanti saya minta Mas Pandu saja untuk membawa saja berkenalan,” tolak Alisya dengan sopan. 

Terdengar helaan napas yang membuat Alisya menoleh ke belakang, lalu laki-laki tua itu berjalan ke depan Alisya. “Mereka rekan bisnis kami,  apa Pandu belum pernah memperkenalkanmu pada mereka.” 

Alisya menggeleng sambil tersenyum, berusaha menampilkan kalau dia baik-baik saja. “Saya selama ini fokus pada pengobatan kaki saya.” 

“Ada dokter yang bertugas memastikan kesehatanmu, jadi jangan khawatir lagi kamu pasti bisa segera berjalan lagi, apa kamu meminum obat yang diberikan dokter dengan rutin?” 

Ada yang menggelitik hati Alisya saat ayah mertuanya menanyakan hal itu tapi dia memilih menganggukkan kepala. 

“Tentu saja, ayah saya ingin sembuh.” 

“Baguslah.” 

Alisya kembali hanya sendirian saat ayah mertuanya menyambut seorang tamu yang terlihat penting dan lagi-lagi Alisya sama sekali tidak mengenalnya, padahal semua orang bilang ini pesta untuknya. 

Pandangan Alisya mengedar ke semua tempat, dia mencari Pandu yang tak terlihat dimanapun juga Sekar. 

Apa mereka menghabiskan waktu bersama? 

Kenapa rasanya sakit sekali hatinya apalagi mengetahui kalau Sekar tengah hamil, apa sebenarnya dibelakangnya mereka berdua sudah menikah? 

Alisya menatap dekorasi ruangan yang begitu indah itu lalu tersenyum pahit, dekorasi ini bukan untuknya bahkan bunga-bunga yang tarpasang di setiap sudat ruangan bukan yang dia suka. Ini pesta untuk Sekar. 

“Tuan meminta Nyonya untuk naik ke atas panggung, acara akan segera dimulai,” kata seorang wanita yang Alisya tahu salah satu pelayan di rumah ini, meski dia tidak tahu siapa namanya. 

Alisya mengarahkan pandangan pada panggung yang dimaksud wanita itu dan benar saja, sudah ada Pandu yang berdiri di sana dengan senyum lebar, tapi tatapannya bukan tertuju padanya tapi pada wanita yang sedang duduk bersama kedua orang tua laki-laki itu. 

Memangnya apa yang kamu harapkan Alisya, batin Alisya menjerit perih. 

Andai dia dulu tahu Pandu adalah milik Sekar dia pasti akan menolak pernikahan ini, meski dia mencintai laki-laki itu. 

Lima tahun. Sekarang dialah perusak hubungan mereka, ada rasa bersalah dalam hati Alisya yang dengan semena-mena masuk dalam hubungan dua orang itu, tapi sisi batinnya yang lain juga mengingatkan kalau dia sama sekali tidak tahu, dan perbuatan dua orang itu tetap saja perselingkuhan. 

“Setelah memotong kue aku ingin kamu sendiri yang melamar Sekar untukku,” gumaman pelan di belakangnya itu membuat Alisya membeku. 

Sekejam itukah Pandu memperlakukannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ahmad Sungadi
tes...... ......... .
goodnovel comment avatar
Merlin Martondang
wanita penuh dengan kerendahan hati
goodnovel comment avatar
husky mind
kan bisa therapy,klo memang dokter terbaik obat" an terbaik,yg paling utama berdoa pada Sang Maha Penyembuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 356

    “Kamu yakin akan ikut? Apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja aku khawatir,” kata Pram untuk kesekian kalinya. Sejak tahu sang istri hamil Pram jadi overprotektif padahal sejak dua minggu yang lalu dokter sudah mengatakan kalau Laras dan bayi dalam kandungannya baik-baik saja, tapi tetap saja tak membuat kekhawatiran Pram surut. “Aku ingin melihat perempuan jahat itu dihukum.” Hari ini memang akan dilakukan sidang kasus pembunuhan ayah Pram yang dilakukan oleh istrinya. Sedangkan untuk Arvin kekasih gelap Clara sudah dijatuhi hukuman seumur dua puluh tahun penjara dengan berbagai tuduhan yang memberatkannya, Pram memang tidak main-main untuk mencari sekecil apapun kesalahan laki-laki itu, apalagi jika ingat hampir saja dia kehilangan istri dan anaknya. Sedangkan keluarga Clara juga tidak luput dari hukuman, meski tak ikut merencanakan tapi mereka tahu dan mendukung rencana Clara melenyapkan suaminya. “Dia tak pantas mendapat perhatianmu sebesar itu, bahkan kalau kita datan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 355

    “Jangan bangun dulu.” Laras mengerjapkan matanya, bau desifektan langsung memenuhi penciumannya. “Aku dimana?” tanyanya lemah. “Ini di rumah sakit, kamu mau sesuatu biar aku ambilkan?” Laras menoleh dan menatap laki-laki yang sejak tadi menggenggam erat tangannya, keningnya mengernyit saat melihat sang suami tak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini berubah mendung, matanya memerah dan rambut serta bajunya acak-acakan. “Apa yang terjadi?” tanyanya pelan. “Arvin dan Clara sudah ditangkap, dan bukti-bukti sudah diamankan polisi,” kata Pram sambil menunduk dalam membuat Laras salah paham. “Kamu menyesal Clara pelakunya?” Pram langsung mengangkat wajahnya dan menatap Laras dengan pandangan tak terima. “Mana mungkin aku berpikir begitu, aku sudah berusaha keras membongkar kejahatannya sampai...”“Sampai?” “Sampai aku harus membuatmu dan dia dalam bahaya, aku sangat menyesal. Maafkan aku.” Pram menunduk mencium tangan Laras dengan penuh kasih, sampai Laras meny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 354

    Otak Laras langsung berputar dengan cepat. Apa laki-laki ini tahu semuanya sejak awal atau baru saja? Tapi tentu saja hal itu tak ada bedanya untuk saat ini, dia tidak sudi tubuhnya disentuh laki-laki menjijikan ini. Sekuat tenaga Laras memberontak tanganya menggapai apa saja yang bisa dia jadikan untuk pertahanan, tapi sialnya ranjang ini hanya diisi bantal dan guling. "Aku makin suka kalau aku agresif seperti ini," kata laki-laki itu terkekeh memuakkan. Laras makin panik, berteriak minta tolong pun tak akan ada gunanya, dia hanya berharap Pram cepat datang sebelum semuanya terlambat. "Aghh!" Laras berhasil menggigit tangan laki-laki itu, mulutnya bahkan bisa merasakan amis darah tapi Laras tak peduli. "Perempuan sialan!" Jambakan dan di rambutnya dan juga tamparan keras itu membuat Laras merasa kepalanya hampir copot tapi dia sama sekali tidak melepas gigitannya, saat itulah kakinya bergerak cepat menendang di antar kedua laki-laki itu dengan keras. Raungan dan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 353

    “Memangnya kamu tidak punya rumah atau apartemen?” tanya Laras memancing Arvin saat mereka makan di restoran hotel. “Tentu saja punya, tapi bukankah lebih baik kita ke hotel.” “Aku tidak terlalu suka di hotel, menurutku banyak mata yang akan melihat kita. Apartemen atau rumah lebih privat menurutku.” “Apa suamimu memberikan apartemen untukmu?” Laras tersenyum dalam hati mendengar pertanyaan laki-laki itu. “Tentu saja,” kata Laras lalu dia berbisik penuh konspirasi. “Mertuaku memberikan rumah dan villa atas namaku tapi aku enggan untuk menerimanya.” Mata laki-laki itu langsung terbelalak. “Kenapa? Apa kurang banyak?” “Bukan tapi aku tidak membutuhkannya, aku lebih suka hidup tenang dengan orang yang benar-benar tulus padaku, dari pada bergelimang harta tapi tukang selingkuh.” Laki-laki itu menggeleng. “Kamu hanya belum beruntung menemukan laki-laki yang cocok untukmu.” “Mungkin saja, aku setelah ini aku akan lebih berhati-hati dalam memilih laki-laki,” kata Laras sam

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 352

    "Hah kenapa kamu bilang begini?" tanya Laras terkejut menatap chat yang dilakukan Pram dan kekasih Clara. Dalam hal rayu merayu Pram memang jagonya, dia bahkan bisa menyesuaikan diri dan dari chat yang terkirim seperti dari Laras sendiri. Laras yang sebelum ini bahkan menyatakan dirinya tak ingin jatuh cinta tentu saja menjadi bingung saat dia harus berpura-pura menerima pendekatan kekasih Clara. "Aku juga mual jawabnya," jawab Pram kesal. Laras menatap chat di ponselnya lalu menatap Pram lagi. "Kamu nggak belok kan gara-gara kecewa pada Clara?" tanyanya asal bunyi. Pram berdecak kesal tapi dia tak menjawab, dia malah berdiri dan berjalan mendekati istrinya dan mencium wanita itu kuat-kuat. Hubungan mereka memang sudah lebih hangat setelah Pram mengatakan semua rencananya dan tentu saja karena mereka jauh dari Clara jadi mereka tak perlu pura-pura. "Pram kamu merasa nggak sih kalau bukan aku yang deketin dia tapi dia memang sengaja dekati aku?" tanya Laras setelah deng

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 351

    "Tuan saya berhasil menemukan jejak racun yang sana seperti yang ditemukan dalam tubuh ayah anda." Pram menggenggam erat ponselnya hingga buku-buku jari tangannya memutih, hampir saja dia tak sanggup mengendalikan dirinya andai tidak melihat kalau sekarang ada di keramaian. Rasa bersalah seolah mencekiknya, hampir saja dia tidak bisa bernapas karena rasa itu. Seharusnya dia yang mati, seharusnya dia yang menerima hukuman ini, mungkin ini karma karena banyak mempermainkan gadis-gadis di luar sana, hingga dia buta menganggap mereka semua gadis sebodoh dan senaif mantannya, hingga tak sadar kalau ada ular yang bersiap menggigitnya. Ayahnyalah yang menyelamatkannya, ayahnya yang dia benci selama ini karena lebih memilih kesenangan sendiri dari pada keluarganya, dari pada dia putra satu-satunya. Pram terjebak dalam permainan yang dibuatnya sendiri hingga dia harus kehilangan satu-satunya orang tua yang dia miliki. Saat bertemu dengan Clara untuk pertama kalinya Pram langsung ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status