Share

Bab 3

Author: Ajeng padmi
last update Huling Na-update: 2024-08-23 18:53:27

“Beraninya kamu menyakiti kekasihku.” Pandu menatap Alisya dengan dingin.

Laki-laki itu langsung meraih Sekar dalam pelukannya dan memeriksa pipi dan juga semua bagian tubuh dengan sangat khawatir, membuat Alisya hanya bisa menggigit bibirnya getir. Ada rasa takut dalam hatinya karena tak pernah melihat Pandu semarah itu.

Alisya memang dibesarkan dengan kesederhanaan oleh kedua orang tuanya bahkan setelah ayahnya meninggal mereka bisa dikatakan kekurangan  tapi tak pernah ada perlakukan kasar dan bentakan  meski mereka mendidknya dengan sangat keras tapi saat dia menikah kata-kata kasar penuh hinaan itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Bukan hanya dari Pandu suaminya tapi juga dari keluarga laki-laki itu bahkan para pelayan yang bekerja di rumah ini. 

Biasanya Alisya hanya diam saja dan hanya menunduk kemudian pergi dari sana, menganggap itu adalah bagian dari resiko. Akan tetapi kali ini dia tak bisa terima Sekar telah menghina ibunya. 

Dia tidak pernah memiliki hutang budi pada Sekar jadi tidak sepantasnya wanita itu menjadi bagian dari orang-orang yang memberikan luka padanya. 

Wanita itu menangis sesenggukan seolah dia adalah orang yang teraniayaya di dunia.

Alisya menatap kedua orang itu dengan dada sesak, tanpa mempedulikan mereka lagi, dia langsung memutar kursi rodanya kembali ke rumah.   

Alisya bahkan masih bisa merasakan pandangan marah Pandu di belakangnya tapi wanita itu sama sekali tak peduli. Sekar sudah keterlaluan dengan mengusik ibunya. 

***

Ketukan pintu membuat Alisya yang sedari tadi hanya duduk melamun di depan jendela menoleh, dia sedang tak ingin diganggu siapapun, dia tahu siapapun yang datang tak akan bisa membuat hatinya lebih baik justru sebaliknya orang-orang di rumah ini lebih banyak mendatangkan kesakitan untuknya, tapi ketukan itu tak mau berhenti juga membuatnya lama-lama terusik juga.

“Siapa?” 

“Saya Mua yang diminta mendandani nyonya.” 

Alisya menipiskan bibirnya, malam memang sebentar lagi akan tiba dan pesta ulang tahunnya pasti akan segera dimulai. Saat Pandu mengatakan kalau hari akan mengadakan pesta ulang tahun Alisya, dia merasa ada yang aneh dua tahun dia berada di rumah ini jangankan sebuah pesta untuknya, dia bahkan tidak pernah dianggap ada. 

Alisya memang seorang istri yang sah dimata agama dan negara, tapi dia hanya mahluk tak kasat mata di depan suaminya, dan alasan kenapa pesta ini diadakan yang tentu saja bukan untuk dirinya tapi untuk Sekar, kekasih suaminya.  Alisya bisa menduga hal itu.

Selama ini dia terlalu percaya diri bisa meraih hati Pandu tapi nyatanya...

“Masuklah.” 

Seorang wanita masuk ke kamar Alisya dan dengan senyum ramah mereka langsung membantu Alisya bersiap. 

Alisya menatap wajah cantik dari cermin itu, mereka sudah bekerja sangat baik, riasan wajahnya sangat halus seperti sudah melakukan perawatan salon seumur hidupnya.

“Anda tidak kalah cantik dengan Nyonya Sekar,” kata salah satu wanita yang mendandaninya, Alisya tidak mengenal kedua wanita ini, mereka bukan salah satu pelayan yang  bekerja di rumah ini atau mertuanya, kenapa mereka memanggil Sekar dengan kata Nyonya?

“Kamu mengenal Sekar?” tanya Alisya dengan wajah polos seolah itu bukan hal yang penting. 

Wanita itu mengangguk. “Tuan Pandu sering mengajak Nyonya Sekar ke salon kami.”  Jadi mereka sering menghabiskan waktu bersama.

“Salon kalian pasti salah satu yang terbaik,” kata Alisya yang membuat wanita itu tersenyum bangga. “Wajah Sekar juga terlihat sangat terawat, pasti dia rutin melakukan perawatan ditempat kalian.” 

“Sudah sejak lima tahun yang lalu, tapi sudah lama Nyonya tidak datang katanya pergi ke luar negeri tapi tiga bulan lalu mereka datang lagi.” 

Alisya berusaha menampilkan wajah baik-baik saja meski hatinya terasa sakit luar biasa. Jika waktu itu Pandu sudah memiki Sekar kenapa menikahinya?

“Mereka putus?” tanyanya seolah tak peduli. 

“Sepertinya begitu karena itu kami kaget tuan Pandu datang lagi dengan Nyonya Sekar yang sedang hamil sedangkan yang kami tahu Tuan menikah dengan orang lain.” Wanita itu menutup mulutnya sepertinya dia baru saja menyadari kesalahannya sedangkan Alisya membeku ditempatnya. 

“Maafkan saya,” lanjut wanita itu sambil menunduk tak enak hati. 

Saat berenang bersama teman-temannya Alisya pernah hampir tenggelam karena ulah salah satu temannya, napasnya begitu sesak mau meledak rasanya, dia merasa akan mati, tapi ternyata mendengar Pandu menghamili pacarnya lebih menyakitkan dari itu, andai saja dia tak teringat ibunya mungkin dia akan memilih pergi.

“Aku tidak tahu Sekar hamil,” katanya dengan pandangan mata kosong.

“Nyonya, sa-saya...” 

“Terima kasih, mbak apa sudah selesai?” tanya Alisya seolah pembicaraan mereka tak pernah terjadi. 

Alisya menatap pintu yang baru saja tertutup saat tiba-tiba saja pintu itu terbuka lagi, dan bukan si Mua yang datang tapi Pandu, suaminya. 

“Aku ingin bicara,” kata laki-laki itu yang tanpa permisi langsung menarik kursi di samping meja rias Alisya. 

Ada sedikit rasa tak nyaman dalam hati Alisya saat melihat suaminya, apalagi setelah dia ingat dengan perkataan mbak-mbak Mua tadi. 

Alisya menunggu beberapa saat tapi tak ada suara yang dikeluarkan oleh laki-laki yang masih sah berstatus suaminya itu, dia menatap laki-laki itu dengan bingung. “Jadi?” 

“Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun,” kata laki-laki itu. 

“Terima kasih,” jawab Alisya masih dengan kening berkerut, dia tahu bukan ini maksud Pandu menemuinya dan dia mulai merasakan firasat buruk.

“Aku akan menikahi Sekar.” 

Alisya terdiam, Pandu sudah mengatakannya tadi tapi sekali lagi rasa sakit itu menghantam telak dirinya membuatnya kewalahan untuk menghadapi rasa itu. 

“Alisya kenapa kamu diam?” tanya Pandu dengan nada tak suka. 

Alisya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan, rasa sesak dalam hatinya tak juga sirna. “Apa karena dia hamil?” tanyanya dengan suara bergetar. 

“Jadi, kamu sudah tahu? Tanya Pandu dengan wajah datarnya. 

Alisya menatap suaminya dengan air mata yang sudang menggenang. “Baguslah jadi aku tak perlu repot-repot memberitahumu lagi.” 

Alisya hanya mampu menggigit bibirnya melihat respon sang suami.

 “Apa mas pernah punya sedikit saja rasa untukku?” tanya Alisya nekad. 

“Pernah,” jawab Pandu seolah tanpa berpikir, membuat Alisya mengangkat kepalanya. “Aku pernah menganggumi kamu yang cerdas dan pekerja keras, tapi rasa itu sudah lenyap saat aku tahu kenyataannya.” 

Alisya menggeleng dan tersenyum pahit, dia tidak pernah ingin kecelakaan itu terjadi. Sungguh. Tapi percuma saja mengatakan pada Pandu. 

“Ada yang halal untukmu kenapa kamu memilih berbuat zina dengannya?” 

Pertanyaan itu seperti bensin yang menyulut kemarahan Pandu. “Bukankah itu salahmu, kamu sudah mengancurkan duniaku kamu juga yang menghancurkan akiratku,” katanya dingin tanpa sadar Alisya memundurkan kursi rodanya. 

“A... aku minta maaf tapi aku tidak pernah meminta mas nikahi.” 

“Munafik, semua orang juga tahu apa tujuanmu,” jawab Pandu sinis. 

Alisya menarik napasnya mencoba peruntungannya kali ini. “Mas bisa menceraikanku dan berbahagia dengan Sekar, aku hanya minta uang untuk pengobatan ibuku.” 

Pandu tersenyum sinis. “Dan membuat Sekar dihujat banyak orang, begitu maksudmu.” 

Alisya menggeleng dengan air mata yang kini membasahi pipinya, hatinya sungguh sakit. “A...aku akan menjelaskan pada semua orang,” katanya dengan terbata. 

“Kamu pikir aku percaya itu? Sekar tidak masalah jika hanya berstatus sebagai istri kedua. Malam ini aku akan mengumumkan pertunangan kami, aku harap kamu bisa bekerja sama.” Sudah Alisya duga pesta ini memang bukan untuknya. 

“Baiklah aku  akan tetap di sini.” 

“Lakukan itu jika kamu ingin semuanya sia-sia,” kata Pandu dan tanpa mau menoleh lagi dia langsung keluar tak lupa membanting pintu kamar Alisya. 

Meninggalkan Alisya yang sedang tertawa dalam tangisnya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Fiko mudja Ficko
jadi wanita hebat
goodnovel comment avatar
allvaro Putra
pergi aja alisya
goodnovel comment avatar
Omah Arysa
entah lah kirang menarik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 356

    “Kamu yakin akan ikut? Apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja aku khawatir,” kata Pram untuk kesekian kalinya. Sejak tahu sang istri hamil Pram jadi overprotektif padahal sejak dua minggu yang lalu dokter sudah mengatakan kalau Laras dan bayi dalam kandungannya baik-baik saja, tapi tetap saja tak membuat kekhawatiran Pram surut. “Aku ingin melihat perempuan jahat itu dihukum.” Hari ini memang akan dilakukan sidang kasus pembunuhan ayah Pram yang dilakukan oleh istrinya. Sedangkan untuk Arvin kekasih gelap Clara sudah dijatuhi hukuman seumur dua puluh tahun penjara dengan berbagai tuduhan yang memberatkannya, Pram memang tidak main-main untuk mencari sekecil apapun kesalahan laki-laki itu, apalagi jika ingat hampir saja dia kehilangan istri dan anaknya. Sedangkan keluarga Clara juga tidak luput dari hukuman, meski tak ikut merencanakan tapi mereka tahu dan mendukung rencana Clara melenyapkan suaminya. “Dia tak pantas mendapat perhatianmu sebesar itu, bahkan kalau kita datan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 355

    “Jangan bangun dulu.” Laras mengerjapkan matanya, bau desifektan langsung memenuhi penciumannya. “Aku dimana?” tanyanya lemah. “Ini di rumah sakit, kamu mau sesuatu biar aku ambilkan?” Laras menoleh dan menatap laki-laki yang sejak tadi menggenggam erat tangannya, keningnya mengernyit saat melihat sang suami tak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini berubah mendung, matanya memerah dan rambut serta bajunya acak-acakan. “Apa yang terjadi?” tanyanya pelan. “Arvin dan Clara sudah ditangkap, dan bukti-bukti sudah diamankan polisi,” kata Pram sambil menunduk dalam membuat Laras salah paham. “Kamu menyesal Clara pelakunya?” Pram langsung mengangkat wajahnya dan menatap Laras dengan pandangan tak terima. “Mana mungkin aku berpikir begitu, aku sudah berusaha keras membongkar kejahatannya sampai...”“Sampai?” “Sampai aku harus membuatmu dan dia dalam bahaya, aku sangat menyesal. Maafkan aku.” Pram menunduk mencium tangan Laras dengan penuh kasih, sampai Laras meny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 354

    Otak Laras langsung berputar dengan cepat. Apa laki-laki ini tahu semuanya sejak awal atau baru saja? Tapi tentu saja hal itu tak ada bedanya untuk saat ini, dia tidak sudi tubuhnya disentuh laki-laki menjijikan ini. Sekuat tenaga Laras memberontak tanganya menggapai apa saja yang bisa dia jadikan untuk pertahanan, tapi sialnya ranjang ini hanya diisi bantal dan guling. "Aku makin suka kalau aku agresif seperti ini," kata laki-laki itu terkekeh memuakkan. Laras makin panik, berteriak minta tolong pun tak akan ada gunanya, dia hanya berharap Pram cepat datang sebelum semuanya terlambat. "Aghh!" Laras berhasil menggigit tangan laki-laki itu, mulutnya bahkan bisa merasakan amis darah tapi Laras tak peduli. "Perempuan sialan!" Jambakan dan di rambutnya dan juga tamparan keras itu membuat Laras merasa kepalanya hampir copot tapi dia sama sekali tidak melepas gigitannya, saat itulah kakinya bergerak cepat menendang di antar kedua laki-laki itu dengan keras. Raungan dan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 353

    “Memangnya kamu tidak punya rumah atau apartemen?” tanya Laras memancing Arvin saat mereka makan di restoran hotel. “Tentu saja punya, tapi bukankah lebih baik kita ke hotel.” “Aku tidak terlalu suka di hotel, menurutku banyak mata yang akan melihat kita. Apartemen atau rumah lebih privat menurutku.” “Apa suamimu memberikan apartemen untukmu?” Laras tersenyum dalam hati mendengar pertanyaan laki-laki itu. “Tentu saja,” kata Laras lalu dia berbisik penuh konspirasi. “Mertuaku memberikan rumah dan villa atas namaku tapi aku enggan untuk menerimanya.” Mata laki-laki itu langsung terbelalak. “Kenapa? Apa kurang banyak?” “Bukan tapi aku tidak membutuhkannya, aku lebih suka hidup tenang dengan orang yang benar-benar tulus padaku, dari pada bergelimang harta tapi tukang selingkuh.” Laki-laki itu menggeleng. “Kamu hanya belum beruntung menemukan laki-laki yang cocok untukmu.” “Mungkin saja, aku setelah ini aku akan lebih berhati-hati dalam memilih laki-laki,” kata Laras sam

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 352

    "Hah kenapa kamu bilang begini?" tanya Laras terkejut menatap chat yang dilakukan Pram dan kekasih Clara. Dalam hal rayu merayu Pram memang jagonya, dia bahkan bisa menyesuaikan diri dan dari chat yang terkirim seperti dari Laras sendiri. Laras yang sebelum ini bahkan menyatakan dirinya tak ingin jatuh cinta tentu saja menjadi bingung saat dia harus berpura-pura menerima pendekatan kekasih Clara. "Aku juga mual jawabnya," jawab Pram kesal. Laras menatap chat di ponselnya lalu menatap Pram lagi. "Kamu nggak belok kan gara-gara kecewa pada Clara?" tanyanya asal bunyi. Pram berdecak kesal tapi dia tak menjawab, dia malah berdiri dan berjalan mendekati istrinya dan mencium wanita itu kuat-kuat. Hubungan mereka memang sudah lebih hangat setelah Pram mengatakan semua rencananya dan tentu saja karena mereka jauh dari Clara jadi mereka tak perlu pura-pura. "Pram kamu merasa nggak sih kalau bukan aku yang deketin dia tapi dia memang sengaja dekati aku?" tanya Laras setelah deng

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 351

    "Tuan saya berhasil menemukan jejak racun yang sana seperti yang ditemukan dalam tubuh ayah anda." Pram menggenggam erat ponselnya hingga buku-buku jari tangannya memutih, hampir saja dia tak sanggup mengendalikan dirinya andai tidak melihat kalau sekarang ada di keramaian. Rasa bersalah seolah mencekiknya, hampir saja dia tidak bisa bernapas karena rasa itu. Seharusnya dia yang mati, seharusnya dia yang menerima hukuman ini, mungkin ini karma karena banyak mempermainkan gadis-gadis di luar sana, hingga dia buta menganggap mereka semua gadis sebodoh dan senaif mantannya, hingga tak sadar kalau ada ular yang bersiap menggigitnya. Ayahnyalah yang menyelamatkannya, ayahnya yang dia benci selama ini karena lebih memilih kesenangan sendiri dari pada keluarganya, dari pada dia putra satu-satunya. Pram terjebak dalam permainan yang dibuatnya sendiri hingga dia harus kehilangan satu-satunya orang tua yang dia miliki. Saat bertemu dengan Clara untuk pertama kalinya Pram langsung ter

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status