Terima kasih karena mengikuti cerita ini. Yuk klik tanda vote ya kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (Tamat.)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (57)"Hai, lagi mikir apa?"Alea naik ke tempat tidur setelah meletakkan gelas bekas air minum suaminya, pria itu baru saja menelan obat yang masih harus dia konsumsi entah sampai kapan."Tidak ada, kemarilah tidur di dekatku."Wisnu menepuk lengannya, agar sang istri meletakkan kepalanya di sana. Alea tersenyum lalu bergeser mendekat ke tubuh Wisnu.Wanita itu merasa nyaman ketika berada di pelukan sang suami. Dia bisa tidur pulas meski perut besarnya kadang terasa tak nyaman, karena Wisnu akan membelai perut itu hingga membuat Alea tenang."Aku minta maaf, Al. Sampai sekarang tak bisa membuatmu bahagia, hanya airmata yang terus aku berikan selama kita menikah."Alea membuka matanya untuk kesekian kalinya. Wisnu meminta maaf, sepertinya ini menjadi ritual mereka setiap malam sebelum tidur."Mas, aku bahagia selama menikah denganmu. Lupakan semua yang terjadi, kita sudah bahagia jadi jangan terus minta maaf."Alea mendekatkan wajahnya dan mencium bibir sang sua
Maaf, Aku Pantang Cerai! (58)Alea bergegas berjalan menuju ke kamar. Dia mengambil obat dan juga air minum untuk suaminya, saat kembali dia terkejut melihat mertuanya datang bersama seorang wanita muda."Sepertinya bakal ada drama baru," desis Alea."Namanya Dena, dia gadis yang banyak membantu ibu selama ini. Kau tak tau kan? Kalau selama ini ibu sangat menderita, tak ada yang perduli kecuali dia."Wisnu segera mengambil tangan sang istri ketika melihat lirikan sinis ibunya pada Alea. Dia belum tau apa tujuan sang ibu datang, lalu memperkenalkan gadis yang dia bawa. Dia hanya bisa menunggu ibunya mengatakan tujuannya datang ke rumah mereka."Kalau begitu aku ucapkan terima kasih. Semoga kau akan tetap berbuat baik pada ibu dan juga adikku, sepertinya ibu sangat menyukaimu."Wisnu tersenyum namun matanya menatap sang istri. Seolah senyum itu hanya untuk Alea, membuat ibunya mendengus kesal begitu juga dengan gadis bernama Dena itu."Dena memang baik, Nu. Karena itu ibu sangat ingin di
Maaf, Aku Pantang Cerai!(59)Alea terdiam menatap Wisnu yang tertidur lelap. Tadi dia sempat takut melihat suaminya terkulai lemas di sofa, untunglah tak lama suaminya terlihat tenang dan memintanya membawa ke kamar."Mas."Alea merasa iba saat melihat wajah Wisnu. Perlahan dia mengusap airmata yang jatuh mengalir di wajah suaminya, dia tak tau lagi harus bagaimana menghadapi ibu dan adik suaminya."Maaf, aku tak tau harus berbuat apa lagi. Ibu terlalu keras untuk di sadarkan begitu juga dengan Citra."Alea meraih tangan Wisnu dia ingin memberi pria itu kekuatan untuk terus bersabar. Setelah kejadian pernikahan yang gagal itu, ujian hidup Wisnu semakin berat, kini penyakit dalam tubuhnya juga membuatnya tersiksa."Hai ...jangan menangis lagi, Al. Aku baik-baik saja, kemarilah berbaring di sampingku."Alea segera naik ke tempat tidur dan memeluk perut suaminya. Mencoba menghirup aroma tubuh Wisnu yang terasa menenangkan, Wisnu membelai bahu sang istri yang mulai terguncang ada rasa taku
Maaf, Aku Pantang Cerai! (60)"Apa yang terjadi, Lang? Tadi waktu aku tinggal dia baik-baik saja."Alea menghampiri Erlangga yang berdiri di depan pintu IGD. Dia hanya pergi sebentar ke rumah pak RT untuk membayar iuran keamanan, tapi begitu pulang dia terkejut karena Erlangga sudah membawa Wisnu ke rumah sakit. Pria itu terlalu panik sehingga tak menunggu Alea pulang, untung ada warga yang membantunya mengabari Alea."Tenang dulu Al, duduklah di sini kita tunggu Dokter keluar."Dengan gemetar Alea menuruti Erlangga dan duduk dengan resah di kursi depan IGD. Berkali-kali dia berharap agar pintu di depannya segera terbuka, jantungnya berdebar kencang karena menunggu."Lang?"Alea menatap Erlangga dia penasaran apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa tiba-tiba Wisnu kembali masuk ICU, dia benar-benar tak habis pikir karena setahunya sang suami sudah membaik keadaannya."Tenangkan dirimu, Al. Kita tunggu Dokter keluar, aku juga tak bisa bicara apa-apa. Tiba-tiba saja Wisnu tak sadarkan diri."
Maaf, Aku Pantang Cerai! (61)"Mas, ayo bangun. Aku takut kalau kau terus tidur begini, lihat anak kita terus berputar di perutku. Sepertinya dia tak sabar untuk mengajakmu bermain."Alea meraih tangan Wisnu dan mengarahkan ke perutnya. Dia terisak karena tangan itu diam dan tak bergerak, perlahan dia meletakkan kembali tangan Wisnu agar tak menyakiti suaminya, karena tangan itu yang di tusuk jarum infus."Apakah ini sudah saatnya, Mas?" Lirih Alea di telinga sang suami. "Al."Lirih Wisnu menyebut nama sang istri, tapi cukup membuat Alea tersentak kaget. Wanita itu menangis memeluk suaminya, ada rasa lega karena Wisnu berhasil bangun."Mas, tunggu sebentar aku panggil Dokter."Alea bersiap untuk pergi tapi Wisnu mengengam tangannya dengan erat. seolah tak ingin dia pergi meski untuk memanggil Dokter agar memeriksanya."Tolong panggilkan Erlangga."Alea terdiam dia seolah memilki perasaan yang tak enak. Entah kenapa suaminya ingin bertemu dengan Erlangga, meski berat dia tetap menurut
Maaf, Aku Pantang Cerai! (62)Alea tertunduk di sisi makam Wisnu. Pria yang menghembuskan napas terakhirnya dalam keadaan sangat baik, memejamkan mata setelah melakukan sholat subuh di hari Jum'at pula.Meski sudah ikhlas tapi airmata tetap saja mengalir di pipi Alea. Wanita itu masih setia duduk di makam sang suami di payungi Erlangga, di kejauhan Sela bersama kekasih dan teman-temannya menunggu."Kau pasti sudah sangat puas sekarang, Al. Pada akhirnya kau berhasil menyingkirkan Wisnu, anakku akhirnya menyerah dan menghembuskan napas terakhirnya."Mendengar ucapan Bu Wastika membuat Erlangga murka. Namun gengaman tangan Alea segera menenangkan amarah itu, perlahan Alea berdiri di bantu Erlangga, lalu berbalik dan menghadap ibu mertuanya."Apa ibu tau alasan aku mencintai mas Wisnu? Lalu menerima lamarannya untuk menjadi menantumu, Bu. Meski aku tau ibu tak menerima pernikahan kami sama sekali."Alea menatap Bu Wastika sepertinya sudah saatnya dia membuka semua yang tak di ketahui oleh
Maaf, Aku Pantang Cerai! (63)"Belum menikah sudah merasakan paniknya, Lang. Aku sampai merasa keram di perut karena melihat Alea mengejan, untunglah kita sampai tepat waktu. Tak tau apa yang terjadi kalau Alea melahirkan di mobil, aku bisa mati karena takut."Sela terlihat menarik napas panjang. Wajahnya baru terlihat pucat, mungkin tadi tak terlihat karena semua sedang panik."Apa pendarahan, Dok!" Erlangga dan Sela berteriak bersamaan."Iya, kita perlu melakukan tindakan operasi demi menyelamatkan ibu dan bayinya. Meski masih satu bulan lagi usia kandungan Bu Alea, kita akan melakukan yang terbaik untuk mereka."Mendengar ucapan Dokter itu membuat Erlangga menarik napas panjang. Dia tak mau terjadi sesuatu pada Alea dan anaknya jadi dia setuju tindakan operasi yang akan dilakukan."Kalau begitu silakan ikuti perawat, untuk menandatangani surat persetujuan operasi. Setelah itu kita bisa langsung melakukan operasi."Erlangga segera pergi mengikuti seorang perawat. Sedangkan Sela dan J
Maaf, Aku Pantang Cerai! (64)"Apa! Ibu di tangkap polisi?" Pekik Citra sembari berlari menuju ke rumahnya.Gadis itu baru saja turun dari ojek online, ketika seorang wanita menghampirinya lalu memberi kabar tentang penangkapan ibunya. Dia tak habis pikir apalagi masalah yang di buat oleh sang ibu."Aku heran pada kalian berdua Cit. Tak bisakah bertingkah sebagai manusia normal, hidup kalian penuh masalah yang sialnya membuat nama kampung ini tercemar. Kasihan Wisnu, seharusnya kalian membuat tahlil dan mendoakannya bukan membuat masalah terus-terusan."Citra mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia geram mendengar ucapan Bu Neneng yang terkenal pedas dan tajam. Entah untuk apa dia mengurusi masalah setiap orang di kampung itu."Sebaiknya Bu Neneng tidak perlu terlalu mengurusi masalah kami. Bukankah masalah ibu juga tak kalah banyaknya."Citra meninggalkan Bu Neneng yang mulutnya komat-kamit. Dia kesal mendengar ucapan telak dari Citra, gadis kurangajar yang sangat dia benci."Dasar gad