Hampir saja Devi melonjak saat melihat seseorang yang tidak terduga muncul dari balik semak-semak itu. Dahinya berkerut keheranan."Meme?" Nafasnya sedikit tersengal karena takut, "Kamu kok bisa sampai ke sini?"Yang ditanya hanya terdiam. Dia menunduk sambil memainkan jemarinya. Ada sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata. Seperti ada yang disembunyikan oleh Agni.Agni hanya terdiam. Bibirnya kelu untuk berbicara. Dia berusaha membuka mulut tapi hatinya menolak keras. Tak ingin berbicara omong kosong terhadap anaknya sendiri yang sebentar lagi akan terjerumus oleh perangkap. Sungguh, dia sama sekali tidak menginginkan hal ini terjadi."Kenapa Meme diam? Ada apa Me?" panggil Devi lirih yang serasa seperti mengiris hati Agni. Sekilas terdengar pergerakan di sekitar seperti langkah kaki. Namun, Devi tidak menggubrisnya sama sekali. Perhatiannya hanya tertuju kepada Agni yang terpaku persis pesakitan.“Agni?”Aku menggeliat bangun. Dibuat terkejut dengan kehadiran Agni di tengah huta
“Devi!”Agni berteriak. Devi ditembak tepat di kepalanya. Kondisinya langsung mati mengenaskan.“Ayo Agni kita segera pergi dari sini!”Aku meraih tangan Agni. Awalnya Agni tidak mau meninggalkan jasad Devi. Namun, karena aku menarik tangannya paksa. Aku pun akhirnya mengikutiku.Preman itu masih mengejar kami. Aku harus mencari cara bagaimana supaya Agni selamat terlebih dahulu. Mengingat Aku jauh lebih berharga dari apapun. Tak apa aku terluka, asal bukan Aku. Maka aku membiarkannya berlari dulu baru kemuAkun aku mengalihkan perhatian para preman itu untuk mengikutiku.“Aku di sini brengsek!” Aku terteriak. Sengaja supaya mereka beralih mengejarku. Namun prakiraanku meleset tatkala para preman itu malah mengejar Agni!Aku pun mengejar mereka. Berusaha supaya para preman itu mau teralih. Namun kenyataannya, mereka malah mengejar Agni. Bernafsu sekali membunuh wanita itu.Sampai akhirnya mereka terhenti mengejar Agni tepat di pinggir jurang. Tidak ada jalan lagi untuk kabur. Terliha
"Dani!" teriakan panjang menggema memenuhi ruangan. Sinta yang sedari tadi bergerak aktif sampai akhirnya ledakan klimaks tidak terbendung lagi.Sinta adalah Janda yang ditinggal mati suaminya yang kaya raya. Begitu suaminya meninggal. Akulah pewaris dari semua kekayaan itu. Aku juga yang telah berhasil membuat perusahaan ayahku bangkrut. Meninggalkan banyak hutang. Dan sekarang keberadaanku di sini adalah sebagai pengganti hutang tersebut. Sinta menjadikanku sebagai pemuas gairahnya.Aku jatuh tengkurap di atasku. Aku bisa merasakan tubuh sintal itu mengejang. Pertanda Aku merasakan kepuasan maksimal, meski Aku belum menggunakan tenaga yang maksimal."Kamu hebat, Dani! kamu hebat! Tak salah jika aku menjadikanku gigoloku!" ceracaunya. Aku hanya tersenyum samar. Segitu rendahkan harga diriku sekarang. Karena hutang yang begitu banyak dari menAkung ayahku, terpaksa aku menjadi budak dari janda binal.Sudah seminggu lamanya, Aku terperangkap di dalam mansion itu. Terkurung di dalam satu
Keesokan harinya,Aku memeluk Sinta dengan posisi saling berhadapan sampai wanita itu menggeliat di pagi hari. Begitu membuka mata, Aku langsung menyambutnya dengan senyuman."Selamat pagi Tuan Putri, bagaimana tidurmu tadi semalam?Mata Sinta melebar. Dia berusaha mendorong dadaku."Kamu kok masih di sini? bukannya aku sudah bilang kalau sudah selesai bersenggama, kamu kembali ke kamarmu?" protes Sinta yang semakin mengeratkan pelukanku."Aku hanya ingin menemanimu sampai pagi, apa itu salah?" Aku balik bertanya,"Lagian aku tidak tega melihat wanita secantik itu tidur sendirian."Rayuan ala buaya yang nyatanya cukup membuat hati Sinta melayang-layang. Mungkin dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Namun, Dia tidak mau memperlihatkannya di hadapanku."Lepaskan aku. keluar dari ruangan ku sekarang." Sinta mengusirku tapi dengan gestur yang sebaliknya. Dia membalikkan badannya, membelakangiku."Enggak! aku masih mau di sini," sahutku sambil menyusupkan kedua tangannya k
“Apa-apaan ini?” desahku tertahan karena tenggorokanku yang dicekik. Terlihat pria muda berkumis tebal tersungut-sungut.“Stop bersikap sok manis dengan Sinta,”“Memangnya kenapa?”Martin membisu. Aku menaikkan sebelah alis, pelik dengan sikap dari bodyguard itu.“Pokoknya hentikan sikapmu yang sok manis dengannya?”“Kamu cemburu?” sambarku yang membuat Martin gelagapan. Pria yang selalu menunjukan sikap dinginnya itu tergagap mendapatkan pertanyaan seperti itu.“Kamu suka dengan Sinta?” sambarku lagi. Martin seolah kehabisan kata untuk menjawabnya. Aku bisa membaca gesture tubuh dari Martin. Sekuat apapun dia berusaha untuk menyembunyikannya, gerak-gerik tubuhnya tidak bisa bohong. Wira mengetahuinya karena sesama lelaki yang juga merasakan hal yang sama ketika menyukai seorang wanita.“Jaga mulutmu! Sebagai bodyguard, aku hanya ingin menjauhkan Nyonya Sinta dari penyakit seperti kamu!” elaknya.“Kalau kenyataannya Sinta sendiri yang menginginkanku gimana?” sahutku yang semakin membu
POV AuthorLima tahun berlalu,Dani sedang berada di ruang pribadinya. Polemik berbagai perusahaan yang dia pegang mulai dari kegiatan operasional sampai keuangan menjadi pantauannya dalam beberapa tahun belakangan ini. Menjadi terkendali dan stabil.Karena keasyikan bergelut dengan peran barunya sebagai Owner merangkap Ceo, membuat waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa tahun-tahun terlewatkan begitu sia-sia dengan hanya mengelola perusahaan. Mengabaikan kehidupan pribadinya. Tanpa makna. Lama-lama hatinya menjadi hampa.Dani menghempaskan punggungnya di kursi putarnya. Memijat-mijat kepalanya yang terasa pening. Permasalahan tidak ada habisnya. Sementara dia dituntut untuk tangkas dalam mencari jalan keluar. Dia bukan robot, tentu memiliki titik jenuh juga.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, Dani langsung menegakan badannya. Kembali berkutat dengan laptopnya. Menjaga wibawanya dengan tidak terlihat lesu di hadapan siapapun, apalagi para pekerjanya.“Masuk!”Seorang bertub
Dani masih belum habis pikir dengan apa yang dilihatnya barusan. Di meja kerjanya, bayangan wajah penjual jajanan itu masih terpampang nyata di benaknya. Bagaimana wajahnya bisa sangat mirip dengan mendiang Agni? masih terperangah dengan kejadian beberapa waktu yang lalu."Agni," ucap Dani spontan. wanita yang seolah reinkarnasi dari Agni itu hanya menatapnya aneh. Tidak ada yang berubah. Hanya bentuk badannya yang sedikit melebar, Namun tetap Sexy ."Maaf Pak? maksudnya?" tanyanya pada akhirnya setelah membiarkan Pria Tampan di hadapannya itu terbengong sesaat."Kamu Agniku?" Dani tersadar dari lamunannya. Memastikan bahwa dia adalah mendiang janda yang menjadi pujaan hatinya yang sudah lama tenggelam dan belum ditemukan."Bukan Pak, Saya Melati. Saya baru saja datang dari desa untuk bekerja di sini," sahut Melati santai. Dia mengalihkan pandangannya dengan jajanan yang baru saja dia tata.Tubuh Dani menyondong. Mencengkeram pundak Melati sampai wanita itu terkaget dan menengadah.
"Ok, pulanglah sendirian. besok akan kupastikan kamu dan semua teman-temanmu tidak akan bisa berjualan di sekitar mall."Melati mematung. Pandangannya terlempar sepenuhnya kepada Dani yang menyunggingkan senyum kemenangan.Tadi pagi, dia dikecam oleh teman sesama pedagang karena berani menghardik Dani. CEO yang memberikan ruang kepada mereka untuk mengais rezeki. Melati, pedagang baru dinilai sangat arogan."Bagaimana?" Dani menaikkan alis tebalnya. Senyum yang terkesan mesum membuat imej CEO itu tidak baik baginya, Yang harus dihindari jauh-jauh. Namun dia malah terjebak."Masuklah," Dani menggeser duduknya untuk membuka pintu samping. Wanita itu berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya. Detik kemudian, dia sudah duduk di samping pria itu."Tutup pintunya Melati," titah Dani dengan suara lembut. Melati yang gendang telinganya terusik lantas membanting pintunya."Antarkan aku di jalan panglima Sudirman depan Club malam," ucap Melati tanpa menoleh. Dia masih mendengus kesal."Teman