Share

Diajak Dinner Pak Randi

"Tapi Saya kan Mahasiswi teladan Pak, Kalau saya gagal di hari pertama magang nanti Saya malu dong Pak!"

"Saya suruh Anda keluar dari ruangan Saya!"

"Saya janji nggak akan terlambat lagi Pak, jangan pecat Saya magang ya Pak,"

"Siapa bilang Kamu dipecat?"

"Kan barusan Bapak yang nyuruh Saya keluar ruangan,"

"Keluar ruangan Saya, dan pergi ke bagian Informasi, nanti disana ada daftar tugas yang harus Kamu kerjakan selama magang disini,"

"Terima kasih Pak,"

"Tapi jangan terlambat lagi, ingat itu!"

"Baik Pak, Saya permisi dulu,"

Aku berjalan menuju ruang Informasi, disana Aku bertemu Pak Irwan, orang yang tadi membukakan pintu untukku di ruangan Pak Randi. Beliau membimbing dan banyak membantuku selama magang disini. Hingga Aku dapat menyelesaikan magang dengan nilai yang baik.

Di hari terakhir magang, Pak Randi mengatakan bahwa hasil kerjaku selama magang sangat membantu perusahaan, sehingga Beliau akan menerima jika Aku ingin bekerja di sana. Tanpa pikir panjang, Aku pun menerima tawaran Pak Randi.

_________

Setelah Wisudah Aku pun datang kembali untuk menemui Pak Randi dengan membawa berkas lamaran kerja sebagai formalitas. Di hari itu juga Pak Randi menyuruhku untuk langsung bekerja.

Tak ada kesulitan berarti bagiku di hari pertama bekerja, karena Aku pun sudah mengenal banyak karyawan di sini. Sebenarnya selama magang, Aku sering melihat Pak Randi memperhatikanku, baik itu ketika Aku sedang bekerja ataupun sedang makan siang di kantin.

Tiba-tiba Saat sedang bersiap-siap pulang dari kantor, Pak Randi masuk ke Ruanganku. Mata dinginnya menatapku lekat dan bibir merahnya nyaris tanpa senyum, entah ingin memakanku atau ingin mengatakan cinta…, Ehhhh Widya ayo sadarlaaahh!

"Apakah kehadiran saya disini mengganggu?" Suara khasnya mengagetkanku yang sedang merapihkan meja kerja..

"Oh tidak Pak, silahkan duduk," jawabku singkat

"Apakah nanti malam Kamu ada janji dengan seseorang?" Ia bertanya setelah duduk di kursi, tepat di hadapanku.

"Oh eh anu, tidak ada pak." Wajah tampannya membuatku tidak bisa fokus, hatiku dag dig dug tak karuan dibuatnya.

"Kalau begitu, nanti malam saya jemput Kamu, kita dinner!" tegasnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Memang Bapak tau rumah Saya?" tanyaku refleks.

"Bukan hanya rumah, bahkan tanggal lahir Kamu pun Saya tau,"

"Kok bisa?" tanyaku bego.

"Berkas lamaran Kamu masih ada di meja Saya, makanya saya bisa tau tentang Kamu,"

"Oh iya juga ya Pak." Aku menggaruk kepala yang tak gatal

"Baiklah, kamu siap-siap ya, nanti malam jam 8 tepat Saya jemput,"

"Baik Pak,"

Lelaki bertubuh kurus tinggi itu kemudian pergi, akan tetapi baru beberapa langkah Ia kembali menoleh. "Jangan panggil Saya Pak, karena umur Saya baru 27 tahun," ucapnya dingin.

"Jadi panggilnya apa?" tanyaku, yang mulai salah tingkah, karena tatapannya langsung menembus khayalanku yang melayang-layang. Waduuhhh jantungku hampir melompat ini, jangan-jangan disuruh panggil sayang cieee.

"Panggil aja Mas!" Perintahnya sambil tersenyum manis.

"Duhhh gantengnya," ucapku keceplosan.

"Apa?" tanya-nya kaget, lalu melangkah maju dan mendekatkan telinganya padaku.

"Oh maaf Pak, eehh Mas," Aku refleks mundur beberapa langkah.

"Nggak usah minta maaf, Aku tau kok kalau diriku memang ganteng sejak lahir."

"Bisa aja mas." Aku tertawa garing, mencoba mencairkan suasana.

"Tapi kalau sedang di depan karyawan yang lain, tetap panggil Pak ya!"

"Ashiaap Mas," jawabku sambil mengangkat tangan ke kepala, memberikan tanda hormat.

"Baiklah Saya permisi dulu, sampai jumpa nanti malam."

"Baik Pak," Aku tersenyum semanis madu, ehhh lebih manis lagi daripada madu, duuhhh mudah-mudahan Pak Randi nggak diabetes karena senyumku.

Pak Randi lalu keluar dari ruanganku, meninggalkanku yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja Aku dengar. Seketika otakku berpikir keras tentang gaun yang harus Aku pakai malam ini, apakah Aku pakai saja gaun pemberian Ilham dulu?

Lebih baik Aku cepat pulang saja, agar lebih banyak waktu untuk bersiap. Aku pun mengendarai motor dengan cepat, tak sabar ingin pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Kubuka lemari dan melihat gaun hitam pemberian Ilham dulu, masih terlihat cantik sekali walaupun telah lama tak dipakai.

Ku ambil gaun tersebut, hingga seketika pikiranku teringat masa disaat masih bersama Ilham di masa putih abu-abu dulu. Entah bagaimana kabarnya dia sekarang….

"Kamu sudah pulang wid?" Ujar Mama, yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu kamarku.

"Iya Ma, hmm gaun ini bagus nggak Ma?" tanyaku, sambil meperlihatkan gaun yang sedang kupegang.

"Lho, bukannya itu gaun pemberian Ilham?" Mama kemudian duduk di samping tempat tidurku.

"Iya, rencananya mau dipakai buat dinner nanti malam, bagus nggak Ma?"

"Memang Ilham sudah pulang ke Indonesia?" Mama menatapku heran.

"Bukan sama Ilham, tapi sama Pak Randi, Ma!"

"Ohhh, jadi anak Mama sudah move on nih ceritanya." Mama tertawa meledekku.

"Ihhh mama apaan sih, udah Widya mau mandi dulu ahhh." Aku lantas keluar kamar menuju kamar mandi.

"Mandi yang bersih, biar nggak bau keringet!" teriak Mama dari arah kamarku. Aku tersenyum mendengar teriakan Mama.

Selesai mandi aku mencoba memakai kembali gaun pemberian Ilham, gaun berwarna hitam dengan panjang selutut dan sedikit terbuka di bagian bahu ini membuatku terlihat cantik. Tubuhku memang langsing, lebih tepatnya tinggi semampai sehingga semua pakaianku sejak SMA hingga sekarang tidak ada yang sempit.

Hidung yang mancung, bibir tipis, dan mata bulat yang dibingkai oleh alis yang indah alami membuatku tak kesulitan dalam memoles wajah, cukup memakai make up tipis agar terlihat lebih natural, dan membiarkan rambutku yang panjang terurai hingga menutupi bahu.

Aku melihat ponsel, jam menunjukan pukul delapan lewat lima belas menit. Aku mulai gelisah menunggu Pak Randi, atau jangan-jangan Pak Randi tak jadi datang?

Tak lama Aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, diikuti suara ketukan pintu dan salam. "Ya Tuhan, itu suara Pak Randi," gumamku pelan di dalam kamar.

"Walaikumsalam," jawab Papa, lalu terdengar suara pintu dibuka.

"Perkenalkan Om, Saya Randi temannya Widya." Ucap Pak Randi.

"Oh iya, silahkan masuk," jawab Papa ramah.

Aku sengaja tidak membukakan pintu walaupun Aku tahu Pak Randi yang datang, Aku hanya ingin Mama dan Papa tahu siapapun yang menjadi teman dekatku. Terdengar olehku Papa dan Pak Randi bercakap-cakap, dan biasanya Papa memang selalu mewawancarai secara detail teman dekatku, sebelum memberikan izin untuk keluar berdua.

"Wid, ini temannya nunggu nak." Terdengar suara Papa memanggil, ini menunjukan berarti Aku boleh pergi dinner bersama Pak Randi.

"Iya Pa." Aku pun segera membuka pintu kamar, terlihat Mama tersenyum menyambutku di depan pintu kamar.

"Duhhh anak Mama cantik banget, hati-hati dan jangan pulang terlalu malam ya nak," ujar Mama menasehatiku, Aku pun membalasnya dengan senyum.

Pak Randi sudah menungguku di ruang tamu bersama Papa, dan Kami pun permisi untuk pergi bersama. Mama dan Papa mengantar hingga ke depan pintu dan menunggu hingga mobil Kami pergi meninggalkan perkarangan.

Sepanjang perjalanan Pak Randi tidak bicara sepatah kata pun, sebenarnya Aku pun tidak tahu Pak Randi akan mengajakku dinner dimana, Ahhh sudahlah lebih baik Aku ikut saja.

Mobil Kami memasuki sebuah komplek perumahan elit, di kiri kanan jalan terlihat deretan rumah mewah berjajar rapih. Aku bingung kerena rasanya tidak mungkin ada restoran di sekitar sini, Mau bertanya pun Aku malu karena takut dikira kampungan, akhirnya Aku hanya diam saja.

Sampai akhirnya mobil berhenti di depan gerbang salah satu rumah yang tak kalah mewah di banding rumah lainnya, bahkan pintu gerbangnya pun terbuka sendiri setelah Pak Randi membunyikan Klakson. Saat mobil telah terparkir di depan rumah, Pak Randi lalu turun dan membukakan pintu mobil untukku.

Pak Randi menggandeng tanganku saat memasuki rumah, dan mengajakku ke ruang makan. Di meja makan sudah duduk seorang perempuan dan seorang laki-laki yang sepetinya berusia setengah baya, menyambut kehadiraku dengan senyum hangat. Apakah mereka orang tua Pak Randi?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status