Home / Rumah Tangga / Madu dari Mertua dan Ipar / Bab 7. Mundur Beberapa Langkah

Share

Bab 7. Mundur Beberapa Langkah

last update Last Updated: 2023-09-20 03:15:25

"Mas, akhirnya kamu sampai rumah juga, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa. Aku khawatir sama kamu." sapaku lalu meraih tangannya hendak mencium ketika kaki Mas Bendu baru melangkah memasuki rumah.

"Eh Bendu kamu sudah pulang, gimana tadi acaranya? Lancar?" ibu menyerobot datang dari belakang ku, menyenggol tubuh idealku ke tepi dinding hingga tubuhku sedikit terhempas.

Aku mundur beberapa menjaga jarak aman, jangan sampai nanti dia sengaja menyenggolku lagi.

"Lancar, Bu Alhamdulillah." jawabnya sambil menghenyakkan pantat di sofa ruang tamu lalu membuka balutan jaket dari tubuhnya.

Mas Bendu tidak merespon ataupun menjulurkan tangannya padaku. Dia malah melengah seakan sosokku tidak terlihat oleh kedua netranya. Sungguh membuat kesabaran ku habis diperlakukan seperti ini.

Ku hela nafas kesal lalu bertolak menuju kamar. Ku baringkan tubuh ini di peraduan, kepala ku mulai terasa sakit mungkin efek aku kurang makan dan juga lelah pikiran. Ku pijit ringan meredakan rasa sakit.

🌟🌟🌟

Subuh menjelang, kuusap kedua mata sontak kaget ketika melihat Mas Bendu tidak ada di samping ku. Rupanya semalam aku langsung ketiduran.

Aku beranjak dari ranjang, menyisir ruang tamu. Dan, ternyata Mas Bendu juga ketiduran di sana. 

"Mas, bangun. Udah subuh, yuk sholat bareng-bareng." panggilku sambil menggoyangkan sedikit badannya.

Dia langsung menggeliat merespon panggilanku.

"Awas, kamu jangan sentuh-sentuh aku Lio!" hardiknya dengan suara lantang.

Aku terhenyak kaget mendengarnya.

"Mas, kamu kenapa sih. Dari kemarin diemin aku. Emang salah aku apa, Mas." tanyaku heran.

"Masih nanya kamu? Nggak usah pura-pura lugu kamu Lio." nadanya semakin menjulang tinggi.

"Duh, ya ampun kalian subuh-subuh sudah ribut. Malu kalau kedengaran sama tetangga. Pasti kamu biang keroknya, bikin malu keluarga saya saja kamu." ibu meerang keluar dari kamar dengan menuduhku yang tidak-tidak.

"Lho kok jadi aku yang disalahin, Bu." protesku.

"Iya memang kamu yang salah." cecarnya padaku.

"Liat kamu kan Bendu, tingkah aslinya istrimu seperti ini. Dia ngelawan ibu di depan kamu. Ini yang kamu pilih jadi istri, iya? 'Kan ibu sudah bilang dari awal jangan nikah sama janda. Mending nikah sama perawan, apalagi janda cerai kayak Lio."

"Cukup, Bu. Kalau ibu memang tidak sudi punya menantu seperti aku. Ya sudah tidak masalah. Kamu ceraikan aku Mas!" serangku, emosiku tak terkontrol lagi.

Mas Bendu harusnya membela, tetapi malah dia yang membuat suasana semakin runyam.

"Kamu jangan becanda Lio." 

"Siapa yang becanda, Mas. Aku lebih baik menjadi janda daripada diperlakukan dengan cara seperti ini oleh keluargamu." ancamku, aku memang tidak main-main dengan ucapanku, mereka pikir aku perempuan lemah yang seenak jidat diperlakukan aku seperti ini, mereka salah.

Ku ambil langkah seribu masuk ke dalam kamar, mengeluarkan koper lalu ku susun semua maju yang ada di lemari ke dalam koper. Jantung berdebar kencang, tanganku gemetaran menahan emosi dan airmata.

Beberapa menit aku merapikan baju, tiba-tiba Mas Bendu masuk ke dalam kamar.

"Lio, jangan gitu. Mas minta maaf, Mas kebawa emosi saja, Lio. Maafin Mas ya." bujuknya sembari memegang tanganku.

"Sudahlah, Mas. Rumah tangga ini tidak perlu lagi diteruskan. Kamu lebih baik tidak punya istri sama sekali, fokuskan saja abdimu pada ibu dan Nini." suruhku.

"Mas, minta maaf Lio. Masa baru dua bulan berumah tangga kamu sudah minta pisah." 

"Aku capek dengan perlakuan keluarga kamu, Mas. Belum lagi sikap kamu yang kekanak-kanakan."

"Iya, Mas janji tidak akan bertingkah seperti itu lagi. Kamu jangan pergi ya, Dik." bujuknya.

"Oke, baik. Aku tidak akan pergi ninggalin kamu dengan satu syarat." tawarku.

"Apa syaratnya, Dik? Mas, janji akan penuhi."

"Aku mau kita ngontrak rumah, terus seluruh gaji kamu, aku yang pegang. Gimana? Kalau kamu setuju, kita tidak jadi pisah. Tapi jika kamu menolak, aku pun tidak akan main-main dengan ucapanku, Mas."

"Bendu, ibu tidak setuju kamu mengontrak rumah. Apalagi gaji kamu dipegang seutuhnya oleh dia." serangnya mendadak dangdut masuk ke kamarku.

"Tapi, Bu."

"Nggak ada tapi-tapian Bendu. Kamu harus nurut sama perintah ibu." cecarnya lagi.

"Yasudah, Mas. Kalau begitu aku akan urus surat perceraian kita." ucapku berusaha tenang sembari menutup resleting koper beranjak berdiri.

"Enggak Lio, Mas nggak mau pisah sama kamu." Mas Bendu memegang pergelangan tanganku, menahan untuk tidak pergi.

"Bu, maaf. Kali ini Bendu nggak bisa nurutin keinginan ibu. Bagaimanapun juga Bendu tidak mau rumah tangga yang seumur jagung ini kandas."

"Terserah, terserah kamu Bendu." erang ibu lalu pergi meninggalkan aku dan Mas Bendu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 5

    Flashback, Siapa SangkaπŸ’™πŸ’™πŸ’™Tok... Tok... Tok..."Assalamu'alaikum, Pak." sapa Pak Heru sembari mengetuk pintu ruangan GM."Waalaikumsalam, silakan masuk." sahut Pak GM. Pak Heru pun membuka menekan handle pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar."Yuk, mari masuk Bu," ajak Pak Heru. Aku mengikuti langkah pelan dari belakang, ada rasa gugup mungkin sekian bulan off kerja.Ruangan kerja GM lumayan luas, ada meja kerja, ada kursi tamu, dan beberapa lemari berkas. Ku sisir ruangan Pak GM ketika melangkah mendekati meja kerjanya. Berjalan beberapa langkah, kini aku dan Pak Heru tepat berada di depan meja kerja Pak GM, yang berada di dekat kaca jendela, lebih tepatnya kaca jendela berada di sebelah kiri Pak GM."Pak, ini dia karyawan baru yang saya sampaikan di telepon tadi," ujar Pak Heru membuka pembicaraan."Oh, iya, terima kasih. Silakan kembali!" Pak Heru pun meninggalkan ruangan GM tak lupa juga dia menutup pintu."Silakan duduk, saudari Liodra!" suruhnya. Dia tampak membuka berka

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 4

    Flashback, Bertemu dengan AryoπŸ’™πŸ’™πŸ’™"Hallo, Assalamualaikum,""Hallo, Waalaikumsalam, Lio. Apa kabar?" tanya seseorang dibalik sana, hanya nomor saja yang muncul di layar handphoneku ketika panggilan masuk yang berdering."Ini, siapa yah?" tanyaku balik."Aryo, Lio. Ingat nggak?"Tentu saja aku ingat, mood ku yang tadinya netral sekarang berubah seketika setelah tahu siapa lelaki yang meneleponku. Dia juga salah satu lelaki yang tak punya hati. "Ngapain kamu nelfon?!" tanyaku ketus."Lio, kebetulan aku lagi di Padang, bisa kita bertemu?""Buat apa?! Buat nambah beban hidupku lagi? Iya?!" tanpa mengontrol bahasa ku menyelekit menjawab permintaan Aryo."Astagfirullah, tidak Lio. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya yang terjadi.""Apa? Memperbaiki semuanya? Semua sudah jadi bubur Aryo. Nggak penting juga untukku." suaraku semakin meninggi.Untung saja aku bisa sedikit bersuara keras dikarenakan Pak GM, dengan Ningrum dan juga Aruma sedang tidak berada di tempat. Ni

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 3

    Flashback, Perceraian yang RumitRongga dadaku terasa sedikit lapang ketika sudah mengutarakan semuanya pada Mama, Papa, dan adik-adikku. Walau tak mudah bagi mereka menerima perlakuan mantan keluarga suamiku. Dan, untuk keluarga besar biarlah seiring berjalan waktu mereka tahu.Tepat dua minggu bercerai secara agama, setelah melengkapi semua berkas yang diperlukan, aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama tempat mantan suamiku. Siang ini aku akan melakukan pendaftaran gugatan cerai secara online, untung juga ada wabah begini, jadi aku tak perlu banyak meminta izin tidak masuk kantor. 'Kan nggak etis juga anak baru udah izin terus kerjaannya. Ketika sedang meng-upload beberapa berkas persyaratan, selalu saja banyak notif yang muncul di gawaiku, siapa lagi kalau bukan dari lelaki yang tak punya hati. Dia menerorrorku semenjak keributan di akad nikahnya bersama Leria.Tak sedikit chat yang berisi ancaman, terlebih dia tidak senang atas sikapku yang tak mau tahu ketika ibunya te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 2

    Flashback, Pulang Kampung"Assalamu'alaikum, Mama!" panggilku sembari mengetuk pintu rumah. Sabtu kali ini aku memutuskan untuk pulang kampung, sampai saat ini hampir seminggu lamanya Mama dan keluarga ku yang lain belum tahu akan nasib akhir rumah tangga keduaku.Aku sengaja menutupinya, tak etis ku jelaskan lewat sambungan telfon. Pasti juga akan berbeda tanggapan Mama dan keluarga ku yang lainnya. Untung saja hari kerja efektifku hanya dari hari Senin hingga Jumat.Setelah menempuh perjalanan dari kota tempatku bekerja bisa atau kota yang menaruh penuh luka di pernikahan keduaku. Aku menaiki sebuah mobil minibus dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk sampai di kampung halaman."Waalaikumsalam," terdengar sahutan suara Mama dari dalam rumah. Jantungku berirama dengan tempo nggak karuan, ada rasa gundah, rasa takut, takut penyakit Mama kambuh, dan banyak hal lainnya semua bagai benang kusut dibenakku.Krek..."Masya Allah, kamu pulang, Nak." Spontan Mama memeluk tubuhku, pi

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 1

    Turun dari angkot lalu melenggang dengan mengatur nafas memasuki gedung Perusahaan Suka Jaya. Hari ini adalah hari pertama ku bekerja tentunya menjadi hari yang bersejarahh setelah beberapa bulan fakum dengan dunia pekerjaan.Rasaku masih campur aduk. Sedih dan rapuh masih terasa tetapi ada kelegaan setelah mengungkap semua kebusukan Bendu, Nini, dan mantan mertuaku. Nini dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang obat Narkotika jenis sabu yang dia konsumsi dibuktikan dengan beberapa barang bukti yang ditemukan di kamarnya.Doaku buruk, semoga saja dia tidak mendapatkan hak untuk direhabilitasi dan diberikan kurungan jeruji besi seberat-beratnya. Mulutnya yang tidak berbudi membuat pintu maaf ku untuknya tertutup. Sedangkan Bendu secara resmi telah batal menikah dengan Leria, Papanya sangat murka setelah mendengar semua kebusukan calon menantunya itu. Betapa tidak, dengan gamblang aku membongkar hutang piutang Bendu dan juga Papa Leria sudah mendengar dengan je

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 30. Ending

    Aku mendehem, tampak mereka dengan seksama menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku yang selama ini diam membungkam. Untung saja aku masih waras, waras menghadapi orang gila seperti mereka."Sudahlah, tak perlu bermukadimah di sini. Aku hanya butuh talak dari lelaki tak tahu diri seperti kamu yang menjadikan pernikahan sebuah ajang pertaruhan hanya demi uang.""Lio, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu, Dik. Mas minta maaf, tapi semuanya bisa Mas jelasin kok. Kamu jangan ngomong gitu. Kasihan calon anak kita, dia tidak salah apa-apa Lio.""Pak Bendu, mending diselesaikan dulu permasalahannya saya masih ada urusan untuk menikahkan pasangan pengantin yang lain, jadi mohon maaf." Pak Penghulu beserta dua orang temannya pun beranjak lalu meninggalkan rumah neraka ini."Pak, pak pak penghulu tunggu sebentar Pak." Leria berlari kecil untuk menahan kepergian Pak Penghulu, tetapi hasilnya nihil."Lio, maafkan Mas, Dik. Mas janji akan menjadi imam yang baik untuk kamu. Semua yang te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 29. Kok Bertekuk Lutut?

    "Nggak apa-apa Bu," ujarku berbohong, kuambil satu tarikan nafas, "Bu, sampaikan salamku pada Yumna ya. Aku sungguh merasa terbantu.""Sama-sama, Nak Lio. Ibu juga seadanya membantu kamu. Semoga masalah yang sedang kamu hadapi cepat selesai yah. Nanti ibu sampaikan pada Yumna." Ujar Bu Yeye sembari mengelus-elus pelan pundakku.Tak lama kemudian terdengar suara mobil, aku pun menoleh ke belakang dan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna hitam berhenti di depan rumahku, dan membunyikan klaksonnya. "Aku pamit ya Bu." Ucapku sekali lagi."Iya." Jawabnya singkat dengan memberikan senyuman padaku.Aku pun berjalan ke mobil tersebut, belum sempat aku menanyakan untuk memastikan taksi online yang kupesan, lelaki paruh baya itu sudah lebih duluan menyapaku."Dengan Bu Liodra?" tanyanya dari dalam mobil dengan pintu kaca terbuka abis.'Iya, Pak. Saya Liodra. Minta tolong dibantu ambilkan barang-barang di sana Pak."Dengan sigap lelaki berbadan agak kekar itu turun dari mobil dan mengambil semua

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 28. Mengontrol Emosi agar Terlihat Biasa-biasa Saja

    Siapa lagi yang menguatkan diriku kalau tidak aku sendiri. Ini hanya soal waktu, aku yakin aku pasti kuat. Bukankah perceraian hampir enam tahun lalu sudah memberi penguatan untukku. Aku tidak akan menyerah bahkan kalah dengan perpegangan yang menurutku sangat murahan ini.🌟🌟🌟Flashback Awal Perkenalan"Ma, kemarin kok nggak bilang kalau Bendu datang ke sini waktu itu sama Aryo." ujarku kesal sama Mama ketika Bendu dan Aryo sudah pulang."Mama lupa Nak. Ya maklum lah kemarin Mama fokusnya pada maksud kedatangan Bendu saja." Jawab Mama mengelak.Ku rapikan gelas bekas pakai Bendu dan Aryo lalu meletakkannya ke dapur."Lio, gimana soal keseriusan Bendu? Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" Tanya Mama lekat-lekat menatapku yang mengisyaratkan penuh harap.Aku pun menatap Mama balik, kami yang ketika itu sedang duduk di meja makan, "Ma, bukan aku menutup diri. Tapi sekarang pikiranku belum terfokus untuk menikah." "Iya Lio, tapi sampai kapan Nak.""Sampai aku benar-benar siap, Ma."M

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 27. Laki-laki Pecundang!

    Ku tutup notebook karena tidak ada info terbaru yang kudapatkan dan memutuskan untuk tidur. Tetapi, sudah satu jam aku membaringkan badan. Mengubah posisi tidur, mungkin dalam waktu 5 menit ada 4-6 kali aku merubah posisi tidur. Tetapi sama sekali menemukan posisi yang pas.Mata ini masih enggan terpejam. Pikiranku mengarahkan pada tutur Leria dua hari yang lalu. Soal pertaruhan yang dilakukan oleh lelaki itu. Aku merasakan apa yang diutarakan Leria seperti nyata.Menatap langit-langit kamar, seakan semua ini terasa mimpi bagiku. Pernikahan yang ku arungi seumur jagung ternyata penuh dengan noda dusta. Dan aku mesti sebatang kara menghadapi mereka yang saling bergandengan tangan satu sama lain.Ku tarik kembali semua kejadian yang terekam di memori, mencerna setiap kejadian mulai dari awal bertemu. Rasanya memang ada yang ganjal dari pertemuanku dengan Bendu. Alasan yang pernah dia utarakan sewaktu itu memang aneh, tapi kala itu aku mencoba menepisnya mengingat tak mau terlalu su'udzo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status