Share

Karma

Aku mengacak rambutku kasar ketika teringat tingkahku tadi malam. Bisa-bisanya aku memegang tangan Pak Alif tanpa sadar. Wajahku seketika memerah, menahan malu saat menyadari telah memegang tangan Pak Alif.

"Bodoh kamu, Ra. Bagaimana kamu bisa melakukannya? Mau ditaruh di mana mukamu jika bertemu dengan Pak Alif nanti?" Aku berguman sendiri, merasa telah bertindak bodoh.

Gara-gara Mas Hilman aku sampai tidak sadar telah memegang tangan Pak Alif. Aku kembali mengacak rambutku frustasi.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Mbak Nuri sembari memegang pundakku.

Aku menoleh, menatap kakak iparku itu dengan malu. Lalu berkata, "tidak kenapa-napa, Mbak."

Mbak Nuri sudah tiba sedari subuh, kali ini dia datang bersama dengan suami dan juga putranya. Kata Mbak Nuri, suaminya sedang mengambil cuti untuk menemaninya merawat ibu. Aku pun tentu senang dengan kehadiran Mbak Nuri sekeluarga di sini.

"Kamu tidak berniat untuk kembali bekerja, Ra?" tanya Mbak Nuri sembari duduk di sampingku.

Aku terdiam mendengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status