Share

Kenangan

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-10-20 16:21:15

"Aku mencintaimu, Ra. Maukah kamu menjadi istriku? Menjadi ibu dari calon anak-anakku?" ucap Mas Hilman sembari mengulurkan seikat bunga mawar merah padaku.

Aku membekap mulut dengan mata berkaca-kaca. Tidak pernah terbayangkan jika Mas Hilman melamarku dengan begitu romantis.

Ah, aku merasa sangat beruntung bisa menjadi calon pendamping hidupnya. Selama menjadi kekasihnya, Mas Hilman selalu bersikap baik padaku, memperlakukanku dengan manis. Dia tidak pernah berlaku buruk padaku selama ini.

"Iya, Mas. Aku bersedia menikah denganmu," sahutku tanpa banyak berpikir lagi, sembari menerima bunga mawar yang Mas Hilman ulurkan.

Hatiku berbunga-bunga menerima lamaran dari Mas Hilman. Aku merasa menjadi wanita paling bahagia sedunia bisa menikah dengan lelaki yang sangat aku cintai.

Mas Hilman tersenyum lebar setelah mendengar jawabanku, nampak raut wajahnya juga terlihat bahagia.

"Terima kasih banyak, Ra. Terima kasih karena mau menerima lamaranku. Aku janji, aku akan membahagiakanmu, aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini," ucap Mas Hilman sembari menggenggam tanganku.

Aku mengangguk cepat, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi, hatiku teramat bahagia mendapat calon suami seperti Mas Hilman. Dapat kubayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku dengan Mas Hilman yang akan sangat bahagia kelak.

Selang satu bulan, kami pun menikah dengan acara yang sederhana. Aku tidak pernah memaksa Mas Hilman untuk mengadakan acara besar-besaran. Aku sangat tahu kondisi keuangan Mas Hilman, jadi aku tidak menuntut apa-apa darinya. Bagiku, Mas Hilman mencintaiku saja sudah cukup, aku tidak meminta apa-apa lagi.

Namun, ternyata semua tidak seindah yang kubayangkan, Mas Hilman mengkhianatiku dengan mudahnya. Hanya karena harta dia tega menduakanku. Hanya karena hidup miskin dia sampai hati menghadirkan wanita lain dalam pernikahan suci kami.

***

Kesadaranku kembali tertarik dari kenangan masa lalu. Kenangan saat Mas Hilman melamarku dulu. Saat dia membuatku merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia karena perlakuan manisnya.

Kini semua kenangan itu semakin membuatku sakit hati, Mas Hilman telah mengingkari janjinya padaku. Dia telah benar-benar melupakan janji yang dia ucapkan saat melamarku. Janji untuk membuatku menjadi wanita paling bahagia. Sekarang janji itu sudah hilang, menguap berganti dengan pengkhianatan.

Aku kembali meringkuk di atas ranjang meratapi nasib pernikahanku akan bagaimana kedepannya. Impian-impian yang telah aku bangun, runtuh seketika mengetahui pengkhianatan Mas Hilman.

Hatiku teramat sakit, aku tidak bisa menerima jika ternyata aku harus berbagi suami dengan wanita lain. Aku tidak bisa seikhlas itu membayangkan suamiku bermesraan dengan wanita lain.

Hati wanita mana yang tidak akan sakit mengetahui ada wanita lain yang telah memiliki suaminya. Tidak ada wanita yang rela berbagi suami dengan wanita lain. Begitu pun diriku, aku tidak sudi diduakan dengan alasan apapun. Apalagi alasannya hanya harta saja. Bukankah harta tidak sebanding dengan kehidupan pernikahan kami yang bahagia selama ini? Atau hanya aku yang berpikir seperti itu? Entahlah, aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Hilman.

"Aku tidak butuh harta, Mas. Aku tidak butuh harta. Yang aku inginkan hanya setiamu saja. Harta bisa kita cari sama-sama. Aku ikhlas hidup miskin denganmu asalkan hanya aku yang menjadi satu-satunya istrimu," rintihku dalam tangis.

Aku kembali menangis tersedu-sedu, menumpahkan segala kecewa dan sakit hatiku pada Mas Hilman.

Biarlah aku menumpahkan segala dukaku malam ini, esok aku akan mencoba untuk tegar. Meminta Mas Hilman mengambil keputusan tentang nasib rumah tangga kami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maduku Putri Konglomerat   Akhir Bahagia

    Kuedarkan pandangan menuju tempat akad, dapat kulihat punggung seorang lelaki yang memakai setelan jas yang senada dengan gaun pernikahanku. Keningku berkerut melihat punggungnya, dalam hati aku bertanya-tanya siapa lelaki tersebut.Ada apa ini? Bukankah hari ini aku akan menikah dengan Mas Atar? Lalu, kenapa bukan dia yang duduk di sana? Kenapa dia malah berdiri seperti tamu undangan yang lainnya?Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di otakku. Ya Allah ... apa lagi yang Engkau tetapkan untuk hamba-Mu ini? Aku menghiba, rasanya sudah tidak kuasa lagi jika harus menanggung penderitaan lebih lagi."Ra ... ayo. Para tamu undangan sudah menunggu mempelai perempuannya turun," ucap Mila membuatku menoleh padanya.Aku menatap Mila dengan pandangan penuh tanya, aku menuntut jawabannya melalui tatapan, karena untuk membuka mulut pun aku seakan tak kuasa lagi.Mila menerbitkan senyumnya dan berkata, "Sudah saatnya kamu bahagia, Ra. Sudah cukup selama ini kamu menderita. Berbahagialah dengan

  • Maduku Putri Konglomerat   Siapa

    "Apa kamu sudah benar-benar yakin, Ra?" tanya Mila di saat aku sedang mengepak baju-bajuku.Mila sekarang sedang berada di rumahku karena besok aku akan menikah dengan Mas Atar. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Besok aku akan benar-benar menikah dengan Mas Atar. Jujur, hatiku masih berat sekali, tapi aku tidak bisa lari begitu saja setelah memupuk harapan semua orang.Aku terdiam, lalu memandang Mila dengan senyum tipis menghiasi bibirku untuk meyakinkan Mila bahwa aku baik-baik saja. Aku tahu jika Mila mengkhawatirkanku, mengingat besok sudah hari pernikahanku dengan Mas Atar. Tapi aku sudah tidak bisa mundur lagi. Tidak mungkin aku membatalkan pernikahan yang sudah di depan mata. Aku akan membuat semua orang malu. Jika hanya aku yang malu tidak mengapa, tapi jangan keluarga Ibu Rani. Beliau adalah orang baik. Tidak sepatutnya aku membuat beliau malu."Kumohon pikirkan sekali lagi, Ra. Pumpung pernikahanmu belum terjadi." Kembali, Mila membujukku untuk memikirkan tentang keputus

  • Maduku Putri Konglomerat   Yakin

    "Ayo kita pergi, Ra." Masih pagi tapi Mas Atar sudah datang ke butik, membuatku tidak bisa fokus pada pekerjaanku. Dia sedang duduk di depan meja kerjaku dengan posisi tangan bertopang dagu. Sementara aku baru saja akan mengerjakan pekerjaanku.Aku meletakkan pena ke atas meja, lalu memandang jengah lelaki yang bergelar calon suamiku itu. Aku sedang sangat sibuk hari ini. Pekerjaanku sedang menumpuk dan harus segera aku selesaikan, mengingat sebentar lagi aku akan disibukkan dengan pernikahanku."Memang mau kemana, Mas? Kamu tahu aku sedang sibuk, bukan?" tanyaku dengan nada datar.Mas Atar terdengar mendecakkan lidahnya. "Aku sudah meminta ijin pada ibu, beliau pun menyetujuinya. Apalagi saat aku mengatakan ingin mencari cincin untuk pernikahan kita, beliau langsung bersemangat untuk menyuruhku menemuimu," jawabnya. "Bahkan beliau yang paling antusias dengan pernikahan kita. Sebegitu bahagianya ibu ketika tahu kita akan segera menikah," imbuhnya dengan senyum melebar.Aku membulatkan

  • Maduku Putri Konglomerat   Mila Marah

    "Jelaskan padaku, Ra. Jelaskan apa yang aku dengar dari Bayu kalau kamu akan menikah dengan Mas Atar itu salah." Suara Mila sedikit meninggi dari balik sambungan telepon.Aku mendesah, aku memang sudah memperkirakan jika Mila akan menuntut penjelasan padaku jika mendengar berita pernikahanku dengan Mas Atar.Tak terasa satu bulan telah berlalu semenjak aku meminta penjelasan pada Mas Atar. Kini, pernikahanku tinggal satu bulan lagi. Ibu Rani meminta kami cepat-cepat menikah. Jadilah bulan depan pernikahan kami akan diadakan.Memang terkesan terburu-buru, tapi aku sudah pasrah. Jalan hidupku akan bagaimana, aku serahkan semuanya pada Yang Kuasa. Entah kebahagiaan ataupun kesengsaraan yang akan menemani sisa hidupku. Aku tidak tahu. Biar takdir yang akan menentukan nasibku kedepannya.Selama ini aku tidak menceritakan tentang pernikahanku dengan Mas Atar pada Mila. Aku tidak mau mengganggu bulan madu Mila. Di pikiranku, nanti saja saat hari pernikahan sudah dekat, agar Mila tidak terlal

  • Maduku Putri Konglomerat   Pengakuan

    Aku melangkah dengan gontai setelah keluar dari ruangan Ibu Rani. Rasanya seluruh kekuatan tubuhku seolah menghilang. Semua yang baru saja terjadi mampu membuatku kehilangan semangat untuk memulai hariku."Kamu kenapa, Ra? Tidak enak badan?" tanya Sarah ketika aku telah sampai di meja kerjaku.Aku hanya menatap Sarah dengan tidak bersemangat. Sarah pun berjalan mendekat ke arahku. Disentuhnya keningku dengan punggung tangannya."Tidak demam. Tapi kenapa wajahmu terlihat pucat," ucapnya sembari mengerutkan kening."Aku tidak apa-apa, Sar. Mungkin aku hanya kecapekan saja," sahutku, tidak mau membuat Sarah semakin khawatir."Iya kali, Ra. Harusnya kamu istirahat saja di rumah."Aku menggelengkan kepala, "Tidak, Sar. Pekerjaanku sudah banyak. Aku tidak mau menunda-nunda pekerjaanku."Sarah tampak menghela napas. "Ya sudah, kalau kamu inginnya begitu, Ra. Aku nggak akan mengganggumu kalau begitu." Sarah pun beranjak menuju meja kerjanya.Aku pun mulai mengerjakan pekerjaanku yang sudah me

  • Maduku Putri Konglomerat   Terjebak

    "Wah ... kamu sudah datang, Ra." Sarah menatapku dengan senyum yang aneh. Sorot matanya seolah sedang memandang takjub padaku.Aku baru saja datang, dan langsung menuju meja kerjaku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak datang ke butik."Ada apa, Sar?" tanyaku penasaran dengan senyum Sarah, biasanya aku juga tidak mau tahu urusan orang lain. Tapi entah kenapa, senyum Sarah terasa aneh bagiku."Kamu jangan pura-pura deh, Ra," sahut Sarah.Aku mengernyitkan keningku, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Sarah. Pura-pura? Pura-pura apa maksudnya? Aku memandang Sarah dengan raut wajah penuh tanya."Ck ... kamu gimana sih, Ra. Masak nggak tahu. Kamu itu jangan pura-pura nggak tahu apa-apa. Mentang-mentang sebentar lagi jadi mantunya Bu Rani, kamu nggak mau berbagi kabar bahagia dengan kami," tutur Sarah mendecakkan lidahnya.Netraku membulat sempurna mendengar penuturan Sarah. Tidak. Dia pasti salah bicara. Aku ... aku tidak mungkin menjadi calon menantu Ibu Rani."Menantu Ibu Rani?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status