Share

Maduku Putri Konglomerat
Maduku Putri Konglomerat
Author: Uci ekaputra

Tiga Tahun

"Apa maksudnya ini, Mas?" tanyaku dengan tangan gemetar ketika menyodorkan ponsel kepada Mas Hilman.

Netraku mulai memanas merasakan pedih sakitnya menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Mas Hilman langsung buru-buru merebut ponselnya yang berada di tanganku.

"Kenapa kamu buka-buka ponselku?" bentak Mas Hilman membuat hatiku semakin teriris.

Tak terasa air mataku luruh seketika setelah mendengar bentakkan dari Mas Hilman. Padahal selama ini dia tidak pernah sekalipun membentakku atau meninggikan suara selama kami berumah tangga.

Sebenarnya aku juga tidak berniat membuka ponsel Mas Hilman, hanya saja dari tadi ponsel Mas Hilman berdering terus, akhirnya aku pun melihatnya. Tapi saat aku melihat siapa yang memanggil, betapa terkejutnya aku ketika melihat foto dari sang pemanggil adalah foto sepasang pengantin, dengan Mas Hilman sebagai pengantin lelakinya.

Betapa hancurnya hatiku ketika kuperhatikan dengan seksama bahwa foto tersebut benar foto Mas Hilman. Foto suamiku sendiri dengan wanita yang tidak aku kenal.

"Jelaskan padaku, Mas! Jelaskan padaku apa maksud dari foto tadi," desakku pada Mas Hilman dengan suara serak.

Mas Hilman bergeming, dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia juga mengalihkan pandangannya, tidak menatapku sama sekali.

Aku sangat hafal betul tingkah Mas Hilman jika sudah terbukti bersalah. Dia tidak akan mau menatap mataku jika berbicara. Kebiasaan Mas Hilman ketika dia menyembunyikan sesuatu dariku.

Meski masih dua tahun berumah tangga dengan Mas Hilman, tapi aku sudah sangat hafal dengan sikap-sikap Mas Hilman. Dia tidak akan bisa berbohong padaku.

"Katakan sesuatu jangan diam saja, Mas! Katakan kalau yang ada di foto itu bukan kamu. Katakan kalau aku hanya salah lihat saja. Katakan sesuatu padaku!" Aku mencengkram lengan Mas Hilman dan mengguncang tubuhnya dengan keras. Aku sudah tidak sabar mendengar penjelasan Mas Hilman tentang foto tersebut.

"Ma-af ...."

Hanya satu kata yang keluar dari mulut Mas Hilman, tapi langsung membuat duniaku seakan runtuh. Tanganku seketika melepas lengan Mas Hilman, kakiku lemas tak bertenaga, aku jatuh terduduk bersimpuh di lantai. Tatapanku kosong, pandanganku memburam karena air mata yang semakin merebak. Aku tidak percaya lelaki yang selalu memperlakukanku bak ratu malah mengkhianatiku. Diam-diam menikah di belakangku.

"Maaf, kamu bilang Mas? Maaf untuk apa?" gumamku lirih. Aku tidak mau percaya dengan apa yang terjadi.

"Maafkan aku, Ra. Aku tak bermaksud menyakitimu," ucap Mas Hilman menunduk, mencoba memegang tanganku.

Seketika aku langsung menepis tangan Mas Hilman. Aku marah, kecewa, merasa terkhianati olehnya.

"Lalu apa maksudmu, Mas? Kamu ingin membuatku senang, begitu?"

"Iya, Ra. Aku ingin membahagiakan kamu—."

"Membahagiakanku dengan menikahi wanita lain, Mas? Kamu pikir aku akan bahagia melihat suamiku sendiri menikahi wanita lain?" tanyaku lagi memotong ucapan Mas Hilman.

"Maafkan aku, Ra. Maafkan aku. Aku tidak bisa terus hidup miskin seperti ini. Aku juga ingin membuatmu bahagia, memberikan apa yang kamu mau. Tapi aku tidak bisa, aku tidak sanggup memberikannya karena kemiskinan ini. Maka dari itu aku menikahi Linda. Aku hanya ingin merubah nasib kita, Ra," jelas Mas Hilman membuatku tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu, membahagiakanku dengan menikahi wanita lain. Apa Mas Hilman waras?

"Hahahaha ... lucu kamu Mas. Menikahi wanita lain untuk membuatku bahagia? Di mana pikiranmu, Mas? Katakan padaku, istri mana yang akan bahagia mengetahui suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa sepengetahuannya? Istri mana Mas?" Air mataku terus berjatuhan, aku tidak sanggup lagi untuk menahan semua rasa yang bergejolak dalam hatiku.

"Maafkan aku, Ra. Aku janji, aku akan membahagiakanmu. Aku hanya butuh waktu tiga tahun, Ra. Setelah tiga tahun aku akan menceraikan Linda. Kita akan kembali hidup bahagia dengan harta yang aku kumpulkan selama menikahi Linda. Kamu harus percaya padaku, hanya kamu wanita yang sangat aku cintai. Berikan aku waktu tiga tahun saja, lalu kita akan hidup bahagia seterusnya," ucap Mas Hilman membuat hatiku merasa teriris.

Gila! Mas Hilman pasti sudah gila, tega-teganya dia memintaku berbagi suami dengan wanita lain dengan alasan harta. Dia memang sudah tidak waras, siapa yang sudi menunggunya hingga tiga tahun, bahkan sedetik saja aku tidak mau, aku tidak pernah membayangkan akan dimadu seperti ini.

Aku segera bangkit dari lantai, perlahan kulangkahkan kaki meninggalkan Mas Hilman yang terus memanggil namaku, tapi telingaku seolah telah tuli. Aku tidak mau mendengarkan apa-apa lagi dari mulut Mas Hilman. Sudah cukup, aku bisa ikut gila seperti Mas Hilman jika tetap bertahan dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status