Home / Romansa / Maduku Sahabatku / BAB 5 - Nasehat ibu yang tidak di dengarkan

Share

BAB 5 - Nasehat ibu yang tidak di dengarkan

Author: Dita Sintiya
last update Last Updated: 2023-07-20 16:23:09

Setelah selesei makan, Aku segera mandi dan menidurkan Rangga kembali. Setelah Rangga tidur Aku langsung menelepon suamiku untuk menanyakan kabar Sinta.

"Assalamualaikum, Mas. Gimana Sinta, sudah sadar belum ,Mas?"

"Waalaikumsalam, belum Dek. Ini tadi dokter sudah kunjungan, katanya masih pengaruh obat bius, jadi belum sadar." 

"Aku kesana lagi ya Mas, pasti Mas belum makan, soalnya Mas Rendra tidak pernah selera untuk makan masakan luar."

"Mas sudah makan tadi beli di kantin, kamu nanti sore saja Dek kesininya, kamu istirahat dulu saja di rumah, jangan kecapekan nanti kamu malah yang sakit."

"Oh ya sudah, Mas, kalau begitu. Aku tutup dulu telponnya."

"Oke sayang," panggilanpun berakhir.

Ibu yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dan Mas Rendra, kemudian menghampiriku.

"Nak, Sinta itu teman kecilmu yang pernah kamu ceritakan itu?" Tanya Ibu mengingat tentang Sinta yang pernah Aku ceritakan dahulu.

"Iya Bu, loh ibu masih inget? Aku kan ceritanya sudah lama sekali."

"Ibu masih inget semua detailnya, saran ibu kamu jangan terlalu sering untuk membantunya, menurut ceritamu, dia sama sekali tidak mau mendengarkanmu, saat kamu mencoba menghalanginya menikahi suaminya."

"Iya betul Bu, tapi manusia bisa berubah kan Bu? Mungkin waktu itu Sinta salah paham dengan maksudku mengahalanginya menikah."

"Tari, kalau dia sahabatmu yang baik dia pasti akan mencaritahu dulu maksudmu melarangnya menikahi pria itu, bukan malah menuduhmu ingin merebut calon suaminya."

"Bu, sudahlah, mungkin Sinta saat itu tidak dapat berpikir jernih, karena baru ditinggal meninggal ibunya, dan dia sendirian, jadi dia pikir suaminya yang akan menjadi keluarganya nanti."

"Tetap saja Nak, wataknya itu sudah buruk, ibu mau kamu jangan terlalu dekat dengannya, cukup kamu membantunya sampai ia keluar dari rumah sakit."

"Buu.." Aku memeluk mertuaku agar bisa tenang. 

"Tari tahu maksud ibu, ibu sangat menyayangi Tari hingga ibu tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada hidup Tari dan Mas Rendra. Tapi Tari bisa menjaga rumah tangga Tari dengan baik, tentunya dengan doa dari ibu juga," ucapku kepada ibu mertuaku dengan lembut.

"Baiklah nak, kamu memang berhati baik, ibu beruntung memiliki menantu sepertimu."

"Justru aku yang sangat beruntung Bu, memiliki ibu mertua yang super baik dan penyayang seperti ibu," ucapku sambil bergelayut manja pada ibu mertuaku itu.

Aku dan Bu Retno memang tidak terlihat seperti menantu dan mertua tapi seperti anak dan ibu kandung, Bu Retno sama sekali tidak pernah menggosipkan menantunya, Bu Retno hanya selalu memuji menantunya ini di depan para tetangga.

-------------------------------------------------------------

Di rumah sakit Mas Rendra menunggu Sinta siuman, sambil mengecek pekerjaannya lewat laptop yang telah Gilang bawa tadi setelah mengantarkanku pulang. Mas Rendrapun telah menganggap Sinta sebagai saudaranya Tari.

Jika Sinta sudah siuman, Kami berencana untuk melaporkan kasus ini ke polisi agar Ferdi mendapatkan hukuman atas semua perbuatannya kepada Sinta, Aku seperti garda terdepan untuk Sinta, karena Sinta sudah tidak memiliki siapapun kecuali Aku temannya.

Sinta dengan lemah menggerakkan jarinya, dia mengaduh sakit, tampak masih begitu lemah.

Saat siuman nama Tari yang di sebut pertama kali oleh Sinta.

"Tari.." ucap Sinta lemah.

"Sinta, kamu mencari Tari?"

Rendra segera menyadari bahwa Sinta telah siuman dan bergegas menghampirinya.

"Tari sudah pulang, sebentar lagi dia kesini, kamu butuh apa, Sinta?" tanya Rendra.

Bukannya menjawab pertanyaan Rendra, Sinta malah memangis, badannya terasa sakit semua, dia memegang perutnya mendadak tangisnya berhenti, Sinta mengingat tentang kandungannya.

"Gi.. gimana kandunganku, Mas?" tanya Sinta dengan wajah penuh harap jika kandungannya selamat.

"Hmm.. itu nanti dokter saja yang akan  menjelaskannya, kamu tenang dulu biar aku panggil dokter,"Rendra bergegas ke ruangan dokter setelah menenangkan Sinta.

Beberapa menit kemudian Rendra datang bersama dokter, Rendra tidak tega memberitahukan semua kepada Sinta.

"Dokter.. bagaimana kandunganku? Apa baik -baik saja?" tanya Sinta penuh harap.

"Begini bu, kondisi ibu saat ke rumah sakit sangat memprihatinkan sekali, mungkin suami ibu melakukan pemukulan yang cukup keras di area perut, hingga janin meninggal, dan harus segera di kuretase untuk menyelamatkan nyawa ibu." 

Seperti di sambar petir mendengar penjelasan dokter, Sinta hanya mematung dan menangis tanpa suara. Anak yang selama ini dia harapkan nyatanya telah meninggalkan dirinya bahkan sebelum anaknya terlahir di dunia.

"Dengan berat hati juga saya sampaikan kepada ibu, karena penganiayaan ini ibu kedepannya akan sulit untuk hamil lagi, kondisi rahim ibu menjadi sangat lemah, jika nanti ibu memaksa untuk hamil lagi maka nyawa ibu yang menjadi taruhannya." jelas dokter kembali.

Aku yang sudah beberapa waktu berada di ruangan itu, merasa prihatin dengan kondisi sahabatnya, Aku segera memeluk Sinta, Aku  memahami sekali betapa terpuruknya sahabatku kini.

Di pelukanku, Sinta mencurahkan semua sedih hatinya, Sinta menangis sejadi-jadinya.

"Yang kuat Sinta, aku ada disini untuk kamu, kamu tidak sendirian," ucapku sembari menenangkan Sinta.

Sinta hanya menangis, dia tak sanggup berkata apa-apa lagi,  dirinya merasa begitu hancur tahu bahwa kini dia akan sulit untuk mengandung.

Setelah beberapa waktu menangis kini Sinta terlihat cukup tenang walau belum mau berbicara apapun.

Mas Rendra dan Aku hanya saling pandang, mereka pun bingung bagaimana menghibur Sinta, Kami pun tahu betapa hancurnya hati Sinta saat ini.

"Sinta, ayo makan dulu, aku bawakan makanan dari rumah, ini masakan ibuku, masakannya enak sekali," ujarku sembari menyodorkan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut Sinta.

"Aku tidak ingin makan ,Tar." 

"Tidak boleh begitu, ayo makan dulu, nanti kita beli eskrim stroberi kesukaanmu," celotehku membujuk Sinta.

"Kamu ini, memangnya aku anak kecil pakai di suap eskrim segala," jawab Sinta sembari menggelitik pinggangku.

"Memang kamu masih seperti anak kecil, ini buktinya disuruh makan saja tidak mau, ayo kalau mau makan aku belikan Eskrim, kalau gak mau makan eskrimnya untuk aku dan Mas Rendra saja."

Kini senyum merekah di bibir Sinta, Sinta sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik Tari, walau di masalalu dirinya pernah membuat Tari kecewa, tetapi kini Tari malah merawatnya. 

"Baiklah, aku makan sedikit, tetapi janji yah , eskrimnya jangan kalian habiskan" jawab Sinta dengan senyum meledek.

"Oke, nanti aku belikan Eskrim yang banyak buat kita bertiga, ayo buka mulut aaaa,"  sembari menyuapkan nasi pada Sinta. 

Kami bertiga menjadi tertawa bersama, Mas Redra yang melihat istrinya ini pintar sekali membujuk Sinta dengan cara uniknya pun ikut tertawa.

Betapa beruntungnya dia memiliki istri yang baik hati.

Setelah selesei makan, Mas Rendra benar membelikan eskrim untuk Kami bertiga, tentunya dengan diam-diam tanpa sepengetahuan dari dokter.

Sambil santai, Mas Rendra dan Aku berusaha untuk membicarakan tentang Ferdi, karena perbuatannya Ferdi pantas untuk di jebloskan ke penjara.

"Hmm.. Sinta, kami berniat untuk melaporkan Ferdi ke polisi, kamu keberatan tidak?" 

Sinta yang sedang menikmati eskrimnya lalu berhenti, dan menghela nafas panjang. Aku yang melihat ekspresi Sinta pun khawatir jika Sinta menolak saranku lagi seperti dulu 

"Aku setuju jika kalian akan melaporkan Ferdi ke polisi, dia telah membunuh anakku, aku tidak bisa memaafkan itu, hiks." Sinta kembali menangis mengingat anaknya yang telah gugur.

Aku egera memeluk Sinta, dan mencoba untuk menenangkannya kembali. Ada rasa lega di hatiku, kini Sinta tidak menolak sarannya.

"Ferdi pasti akan mendapat balasan untuk semua perbuatannya kepadamu dan anakmu, Sin."  

Setelah Sinta tertidur, Aku dan Mas Rendra membuat rencana untuk kehidupan Sinta ke depannya. Kami telah membuat laporan kepada polisi dengan bantuan Gilang. Gilang yang mengurus semuanya, polisi tinggal mencari keberadaan Ferdi dan menjebloskannya ke penjara.

"Mas, setelah ini Sinta tidak ada tempat untuk pulang, bagaimana jika Sinta tinggal di rumah kita dulu," ucapku memberi pendapat kepada Mas Rendra.

"Jika memang itu yang terbaik silahkan ,Dek. Dia juga akan merasa nyaman jika dekat dengan sahabatnya sendiri."

"Terima kasih ya, Mas. Selalu mendukungku, kamu memang support systemku yang terbaik," ucapku dengan begitu bahagia dan memeluk Rendra.

------------------------------------------

Tari yang begitu baik hati dan polos, tanpa sengaja membawa petaka yang akan merusak rumah tangganya sendiri, tanpa dia sadari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maduku Sahabatku    BAB 96 - Meminta untuk menjadi Istri Kedua

    Setelah puas menikmati malam yang panas, Rindu dan Yash saling menatap langit-langit hotel."Yash, apakah yang kita lakukan ini benar?" "Tentu saja benar, sayang. Aku mencintaimu." "Seharusnya kamu menghabiskan malam pertama dengan Azura. Hiks." Rindu menangis meratapi kenyataan bahwa Yash sudah beristri tapi malah menghabiskan malam bersamanya. "Hai.. hai dengarkan Aku. Aku punya tujuan lain menikahi Azura. Aku sama sekali tidak mencintainya." "Kenapa kamu seperti ini Mas?""Itu karena ornagtua Azura yang sudah mengahancurlan masa kecilku, Rin." "Apa? Tante Tari dan Om Mozhaf memang mereka melakukan apa." Akhirnya Mozhaf menceritakan semuanya kepada Rindu. Rindu sangat terkejut ternyata meraka masih memiliki hubungan di masa lalu. "Yash.. apa kamu sudah gila?" Rindu mendorong Yash setelah mendengar ceritanya."Biarlah aku melakukan urusan balas dendamku, Rin. Cintaku tetaplah kamu, tolong jangan campuri rencanaku dan tetap bahagia bersamaku." "Tapi.. Azura tidak bersalah."

  • Maduku Sahabatku    BAB 95 - Gairah Malam Pertama (21+)

    Satu jam sebelum ijab qobul Yash dan Azura.Setelah semalam berkabar dengan penuh penyesalan kepada Azura bahwa Rindu tidak bisa datang di acara pernikahannya, Rindu sudah berada di bandara untuk menunggu pesawat yang akan dia naiki menuju Bali."Kenapa begitu mendadak acara bedah buku ini ya? Pas sekali di acara pernikahan Adikku." Cicit Rindu ketika sudah menunggu jadwal keberangkatannya. Tapi karena sedang ada masalah di pesawat yang akan Rindu naiki, maka penerbangan akan delay selama enam jam untuk proses perbaikan. Rindu begitu senang, dengan delaynya pesawat, jadi dirinya bisa menghadiri pernikahan Azura dan ikut berbahagia bersama adiknya itu."Zura, Kaka datang, Kaka ingin ikut hadir dalam acara bahagiamu." Rindu segera mengendarai mobilnya ke rumah Tari dan Mozhaf dimana acara pernikahan Azura berlangsung. Sekitar dua puluh menit Rindu mengendarai akhirnya Rindu sampai di rumah Tari dan Mozhaf.Tari yang melihat Rindu datang begitu bahagia, menyambut Rindu dengan hangat b

  • Maduku Sahabatku    BAB 94 - Hari Pernikahan

    Azura dan keluarganya sibuk mengurus pernikahannya yang akan dilaksanakan besok, hanya beberapa tamu undangan yang akan menghadiri acara pernikahan Azura dan Yash.Sesuai permintaan Yash, acara di laksanakan di rumah Azura dan tidak mengadakan acara besar-besaran. Tari dan Mozhaf mengikuti semua permintaan Yash asal nanti Azura bisa berbahagia.Namun tampak Azura tidak bersemangat, wajahnya terlihat sedih dan murung. Tari yang menyadari itu langsung mengajak Azura untuk berbicara di kamarnya."Nak, ada apa denganmu? Harusnya kamu bahagia besok hari pernikahanmu." Tanya Tari saat sudah berada di kamar pengantin Azura."Ma, apakah Mas Yash sesibuk itu? Sampai selama seminggu ini kami tidak bertemu? Bahkan Mas Yash meminta temannya yang menyerahkan sesesahan itu. Bahkan pas fitting baju Mas Yash tidak hadir, sepertinya pernikahan ini tidak membuatnya senang." Azura tertunduk sedih, bulir bening menetes dari pipinya. Azura yang memiliki hari lembut, sangat kecewa dengan sikap dari Yash

  • Maduku Sahabatku    BAB 93 - Hanya Kau Wanitaku

    "Tuan, apakah kita akan memberitahu ornagtua Tuan dan kakek bahwa Tuan akan segera menikah?" Tanya Baim sembari menyetir.Yash mendekati Baim dan memukul kepala Baim dengan cukup keras walau tidak terlalu sakit."Apa kau sudah gila, Im? Ini pernikahan jebakan, orangtua dan kakek ku tidak harus tahu!" "Baik Tuan, maafkan saya." "Kamu juga harus merahasiakan ini, mengerti Im?" "Baik Tuan." Baim kembali serius menyetir, agar bisa membawa mobil mewah Tuannya dengan nyaman.Yash kembali menatap kearah luar mobil, kecupan yang Azura berikan tadi masih terbayang di pikirannya. Tiba-tiba ponsel Yash berdering. Tertera naman Cintaku di sana. Bayang-bayang Azura seketika hilang saat Yash melihat panggilan telepon itu dan segera menerima telepon itu."Halo , sayang. Maaf Aku terlalu sibuk jika tidak bisa menghubungimu." Wanita di sebrang sana yang sedang bertelepon dengan Yash pun dengan lembut menjawab. (Tidak apa-apa sayang. Kamu pasti sibuk setelah pelantikan CEO dan kebebasan ibumu."

  • Maduku Sahabatku    BAB 92 - Pernikahan Penjara

    "Mama, papa. Mas Yash sudah datang."Deg.. Yash sangat terkejut, Azura ternyata menyiapkan makan malam bersama kedua orangtuanya yaitu Tari dan Mozhaf. Yash masih belum siap untuk bertemu dengan mereka berdua yang begitu Yash benci.Yash terdiam, sejujurnya Yash belum siap untuk bertemu kedua orangtua Azura. Tetapi gadis berjilbab di depannya itu justru sudah membawa kedua orangtuanya."Mas, kenalkan ini Papa dan Mama ku," Azura memberikan kode dengan mengedipkan sebelah matanya kepada orangtuanya. "Nak Yash, senang bertemu denganmu Nak. Kami orangtua Azura." Mozhaf sembari menyodorkan tangannya.Yash seolah muak dengan makan malam ini, tapi demi rencananya berhasil Yash harus bisa bertahan. "Saya Yash. Kekasih Azura, putri kalian." Mozhaf dan Tari saling pandang dan tersenyum, tampannya mereka bergitu bahagia saat Yash menyebut dirinya kekasih Azura. Begitupun Azura terlihat malu-malu."Azura beruntung bisa mendapatkan kekasih yang tampan sepertimu, nak." Cicit Tari setelah semua

  • Maduku Sahabatku    BAB 91 - Kejutan Besar

    Yash bersiap untuk menyambut kedatangan Mamanya, setelah dua puluh tahun berlalu, kini mamanya akan menginjakkan kakinya di rumah masa kecilnya lagi. Rasa rindu begitu menyeruak di hati Yash. Rumah telah di hias dengan begitu cantik atas ide dari Yash. Berbagai makanan kesukaan Nia juga sudah di siapkan. Yash sudah mulai memahami kondisi mamanya sejak berusia sepuluh tahun. Yash muda yang sudah begitu dewasa, dengan tegar sering mengunjungi mamanya di penjara, walau hanya sekedar berbagi cerita ataupun membawakan makanan kesukaan Nia.Setelah Yash lulus SMA, Nia sudah mulai melarang Yash menjenguknya ketika. Nia tidak ingin membuat citra Yash yang saat itu sudah masuk Universitas terbaik menjadi buruk hanya karena sering menemuinya.Yash menolak permintaan mamanya, sebab bagi Yash tidak bertemu dengan Mamanya adalah suatu siksaan. Tapi tekad Nia sudah bulat, Nia sama sekali tidak akan menemui Yash ketika Yash berkunjung. Rasa sedih mulai menghinggapi hatinya, sampai akhirnya Yash ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status