Share

38. Petaka Malam Bercinta

Aku melirik jam yang sudah menunjuk angka sembilan malam. Tadi sebenarnya ingin menemui Genta, tetapi Ferdila bilang aku harus pulang cepat karena sudah tidak tahan.

Entah bagaimana kabar lelaki itu sekarang. Dia sulit dihubungi bahkan via sosial media sekali pun. Suara pintu kamar mandi terbuka, aku segera meletakkan ponsel agar Ferdila tidak curiga.

Dia baru saja selesai mandi dan berdiri dalam keadaan bertelanjang dada. Jujur saja sebagai perempuan normal aku harus menelan saliva karena ingin memeluk erat tubuh jangkung yang dadanya bidang itu.

Aroma sampo juga sabun merebak cepat. Tiba-tiba rasa ingin semakin menyeruak menggemuruhkan jiwa. Ferdila menarik sudut bibir menghampiriku yang hanya mengenakan kimono tipis. 

Kami duduk saling berhadapan. Malam belum terlalu larut, haruskah secepat ini bahkan ketika aku masih sempat memikirkan Genta?

"Ardina ... kamu sudah siap?"

"S-siap apa?" tanyaku pura-pura untuk mengulur waktu. Sialnya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status