Beranda / Romansa / Mafia's obsession / Bab 23 – Perang Dimulai

Share

Bab 23 – Perang Dimulai

Penulis: Adhit
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 02:37:24

---

Leo melangkah keluar dari mobil dengan wajah tegang. Restoran yang biasanya ramai dengan aktivitas kini terasa sepi, terlalu sepi. Itu bukan kebetulan. La Nera pasti sudah bergerak lebih dulu.

Tangan Leo secara refleks meraba pistol di pinggangnya. Di sekelilingnya, beberapa anak buahnya berdiri waspada, mata mereka terus mengawasi setiap sudut bangunan.

“Nicolo, bagaimana situasi di gudang senjata?” Leo berbicara melalui alat komunikasi kecil di telinganya.

“Kami sudah di posisi,” jawab Nicolo. “Masih belum ada pergerakan mencurigakan, tapi aku yakin ini hanya masalah waktu.”

Matteo menyusul, “Klub malam masih aman, tapi aku sudah menempatkan beberapa orang di titik-titik strategis. Aku tidak mau ambil risiko.”

Leo menyeringai tipis. “Bagus. Siapkan tim, kita serang lebih dulu sebelum mereka sempat bergerak.”

Dia memberi isyarat kepada anak buahnya, dan mereka segera berpencar, mengepung restoran dari berbagai sisi. Leo mengambil napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu masuk de
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mafia's obsession   Bab 24 – Balas Dendam Dimulai

    Leo berdiri di depan jendela besar kantornya, menatap pemandangan kota yang dipenuhi cahaya lampu malam. Di tangannya, segelas bourbon tergenggam erat, namun pikirannya jauh melayang ke kejadian beberapa hari terakhir. Serangan dari La Nera telah menyebabkan kerugian besar bagi bisnisnya. Beberapa anak buahnya terbunuh, gudang senjata dihancurkan, dan yang paling membuatnya geram—mereka mencoba mengincar Aurora.Mata Leo menggelap saat mengingat wajah Enzo Moretti, pria yang bertanggung jawab atas semua kekacauan ini. Moretti berpikir bahwa dia bisa menjatuhkan Leo dengan serangan mendadak. Tapi dia telah melakukan kesalahan besar.Nicolo dan Matteo berdiri di belakangnya, menunggu perintah. Mereka tahu Leo tidak akan tinggal diam.“Apa rencana kita?” tanya Nicolo akhirnya, memecah keheningan.Leo meneguk bourbonnya sebelum meletakkan gelasnya dengan suara berdenting di meja. “Kita serang mereka duluan.”Matteo mengangkat alis. “Langsung ke markas mereka?”Leo mengangguk. “Moretti tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Mafia's obsession   Bab 25 – Ancaman Baru

    Leo berdiri di depan jendela besar kantornya, menatap cahaya lampu kota yang berkilauan di bawah langit malam. Kemenangan atas La Nera seharusnya menjadi akhir dari pertempuran panjang ini. Tapi Nicolo baru saja membawa kabar buruk.“Seseorang baru saja mengambil alih La Nera,” kata Nicolo dengan suara tegang.Leo berbalik, ekspresinya dingin. “Siapa?”Nicolo menyerahkan sebuah ponsel dengan pesan yang baru saja diterimanya. Leo membaca pesan itu dengan seksama:"Kau mungkin telah menyingkirkan Enzo, tapi permainan ini belum berakhir. Aku akan mengambil kembali apa yang menjadi milik kami. Bersiaplah, Leo. Aku akan datang untukmu."Tidak ada nama pengirim. Tidak ada petunjuk siapa yang mengirimnya. Tapi satu hal pasti—ancaman ini bukan sekadar gertakan.Matteo menghela napas berat. “Aku tidak suka ini, Nic. Kita baru saja menyingkirkan Enzo, dan sekarang ada seseorang yang ingin mengambil alih La Nera?”Leo menatap layar ponsel itu dengan tajam sebelum meletakkannya di meja. “Kita per

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Mafia's obsession   Bab 26 – Tarian Bahaya

    Nama Alessia Romano terus terngiang di benak Leo saat ia menyesap bourbonnya. Pesta amal masih berlangsung, tetapi bagi Leo, malam ini bukan sekadar acara sosial—ini adalah awal dari permainan yang lebih besar.Ia memandangi Alessia yang tengah berbincang dengan beberapa pria kaya dan berpengaruh. Dengan gaun merahnya yang menawan, dia terlihat seperti ratu yang memerintah atas para pion di sekelilingnya.Nicolo mendekat, membisikkan sesuatu. “Kami sudah menyelidiki Alessia. Dia baru muncul di dunia kriminal setelah Enzo jatuh. Tidak ada catatan aktivitas sebelumnya, seolah-olah dia muncul entah dari mana.”Leo menyipitkan mata. “Tidak ada yang muncul dari ketiadaan. Dia pasti sudah merencanakan ini sejak lama.”“Tapi kenapa sekarang?” Matteo menimpali. “Kenapa baru setelah Enzo mati dia berani bergerak?”Leo tidak menjawab. Dia tahu satu-satunya cara mendapatkan jawaban adalah langsung dari sumbernya.Dengan langkah mantap, ia berjalan mendekati Alessia. Ketika wanita itu menyadari k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Mafia's obsession   Bab 27 – Pertemuan yang Ditunggu

    Leo duduk di kursi belakang mobilnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk permukaan ponsel. Pikirannya masih terfokus pada pesan yang dikirim Alessia. Wanita itu jelas lebih dari sekadar ancaman biasa."Kau yakin ini ide yang bagus?" Nicolo bertanya dari kursi depan, matanya tetap waspada menatap ke luar jendela."Kita tidak punya pilihan," jawab Leo, suaranya datar. "Kalau kita diam, dia akan menganggap kita lemah. Kita harus mengambil kendali."Matteo, yang duduk di samping Nicolo, mendengus. "Aku masih tidak percaya kau benar-benar ingin bertemu dengannya. Alessia tidak akan datang sendirian. Dia pasti sudah menyiapkan jebakan."Leo tersenyum kecil. "Begitu juga kita."Mobil melaju di jalanan kota, menuju restoran mewah yang telah dipilih Alessia untuk pertemuan mereka. Tempat itu bukan pilihan yang biasa untuk pertemuan mafia—terlalu terbuka, terlalu terang. Tapi mungkin itulah tujuan Alessia. Dia ingin Leo tahu bahwa dia tidak takut.Saat mobil berhenti di depan restoran, seorang pelaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Mafia's obsession   bab 28

    Asap masih mengepul dari reruntuhan gudang senjata. Leo berdiri memandangi kobaran api yang perlahan mulai padam, wajahnya dingin dan penuh amarah. Tiga lokasi diserang dalam satu malam—dan meskipun mereka menang secara taktis, kerugian yang mereka alami terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Di belakangnya, Matteo mendekat dengan langkah berat. Lengan kirinya dibalut perban, masih berlumuran darah. “Pihak rumah sakit bilang dua orang dari tim kita tidak bisa diselamatkan,” ucap Matteo lirih. Leo mengangguk, menahan emosi yang bergejolak di dadanya. “Dan mereka mengira kita akan diam saja?” Matteo menatap pemimpinnya yang baru itu. Dulu, dia melihat Leo sebagai tangan kanan yang setia, tapi kini, Leo berdiri sebagai kepala keluarga yang tidak kalah berbahaya dari Nicolo sebelumnya. Ketegasannya, kecepatannya membaca situasi, dan kekejamannya saat dibutuhkan—semua itu menjelma menjadi aura baru yang mulai ditakuti lawan maupun kawan. “Enzo Moretti yang melakukan ini?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Mafia's obsession   bab 29

    Udara malam Roma terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan gerimis membasahi jalanan sempit di sekitar distrik Testaccio, namun bagi Leo, malam ini bukan sekadar tentang cuaca. Ini tentang menandai wilayah. Tentang memecah sistem yang selama ini dikendalikan Enzo Moretti dan Ivanov dari bayang-bayang. Leo berdiri di atap sebuah gedung tua, mengenakan jaket hitam yang menyatu dengan malam. Di tangannya, ponsel berisi data pergerakan transaksi Fabio Marino—salah satu tangan kanan Enzo yang menguasai pasar gelap narkoba di selatan Italia. Target malam ini. “Konfirmasi posisi,” suara Matteo masuk lewat earphone. “Lantai dua, ruang belakang. Tiga orang penjaga. Fabio sedang sendirian,” sahut Luka dari pengamatan jarak dekat. Leo mengangguk. “Kita tidak datang untuk bicara. Kita datang untuk menghapus namanya dari permainan.” --- Beberapa menit kemudian, mereka masuk melalui pintu samping gudang. Sienna, dari jarak jauh, telah meretas sistem keamanan dan memutus sambungan kamera.

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Mafia's obsession   bab 30

    Tiga hari telah berlalu sejak kematian Fabio Marino. Dan dalam tiga hari itu, Leo belum tidur dengan tenang. Bukan karena penyesalan, tapi karena satu hal yang mengusik pikirannya: ketenangan yang terlalu sempurna.Di dunia mafia, tidak ada kematian besar tanpa balasan. Terutama jika kematian itu menyentuh salah satu pilar jaringan Enzo Moretti. Tapi hingga kini, tak satu pun langkah balasan datang. Tak ada serangan. Tak ada pesan. Hanya keheningan—yang lebih mematikan dari seribu peluru.Di markas besar Leo, peta kekuasaan dipajang lebar di dinding, penuh dengan penanda merah dan hitam. Matteo berdiri di sampingnya, menunjuk titik pergerakan.“Menurut informasi Sienna, ada komunikasi intens antara kelompok Albania dan Rusia. Mereka memperkuat pos di Napoli, dan… kami kehilangan jejak salah satu informan kita kemarin malam.”Leo duduk, matanya tajam menatap layar. “Ivanov telah menanam bidaknya. Mereka tidak akan menyerang terang-terangan. Mereka mengincar dari dalam.”Luka masuk terg

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Mafia's obsession   bab 31

    Hujan mengguyur kota Milan pagi itu, mengguratkan bayangan kelam di jendela markas Leo. Di dalam ruang strateginya, Leo berdiri mematung menatap peta digital Eropa—titik-titik merah menandai wilayah konflik baru yang terus bermunculan usai insiden kapel.Aurora duduk di sofa, menyilangkan kaki sambil memeriksa laporan dari jaringan bawah tanah yang baru mereka bangun. Matteo dan Luka berdiri di samping Leo, seperti biasa, siap menerima perintah kapan saja.“Ricardo masih belum pulih,” ujar Aurora. “Tapi dia memberikan nama: Valentin Dragan. Mantan agen intelijen Balkan. Sekarang bekerja untuk Ivanov.”Leo menyipitkan mata. “Nama yang tidak pernah muncul sebelumnya. Ivanov mulai mengeluarkan bidak yang ia simpan paling dalam.”Matteo mengangguk. “Jika Dragan bergerak, berarti mereka merencanakan sesuatu yang besar dan diam-diam. Operasi senyap, bukan konfrontasi terbuka.”Leo menoleh ke Luka. “Siapkan penyamaran. Kita akan ke Zurich m

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06

Bab terbaru

  • Mafia's obsession   bab 33

    Penerbangan malam dari Milan menuju Sarajevo berlangsung dalam senyap. Di kabin jet pribadinya, Leo duduk tanpa bicara. Tangannya menggenggam foto ayahnya—Nicolo—yang kini menjadi misteri hidup dan mati. Di sekelilingnya, hanya suara samar dari mesin pesawat dan desiran angin di luar jendela. Matteo, yang duduk di seberangnya, memecah keheningan. “Kau yakin ini bukan jebakan?” Leo tidak langsung menjawab. Matanya masih terpaku pada gambar. “Jika Dragan benar-benar menahan ayahku, maka ini bukan sekadar perang antar mafia. Ini balas dendam pribadi.” Matteo mengangguk pelan. “Tapi dia tahu itu. Dia tahu kamu akan datang, Leo. Dia sudah menyiapkan sesuatu.” Leo menatap Matteo tajam. “Biarkan dia siapkan segalanya. Aku akan membakar semuanya jika itu yang diperlukan.” --- Sarajevo – Tengah Malam Jet mendarat di bandara kecil di pinggiran kota. Mereka di

  • Mafia's obsession   bab 34

    Langit Milan tertutup awan kelabu. Di atas atap markas Il Lupo, Leo berdiri memandangi kota yang dulu dianggapnya aman. Kini, bayangan perang menyelimuti segalanya. Di tangannya, dia menggenggam liontin milik Nicolo—satu-satunya peninggalan yang kembali bersamanya setelah operasi di Sarajevo.“Ini bukan tentang balas dendam semata,” gumamnya. “Ini tentang menghentikan kekacauan sebelum dunia dilahap Phoenix.”Luka mendekat dengan berkas laporan. “Aurora berhasil menyusup ke server Phoenix. Kita tahu lokasi utama mereka di Istanbul. Tapi Dragan punya pasukan setidaknya lima puluh elit bersenjata.”Leo tidak tampak gentar. “Kalau itu markas pusat, maka di sanalah kita akhiri semuanya.”Matteo masuk ke ruang komando. “Pasukan kita sudah siap. Jovan dan Emir akan pimpin jalur laut. Kita masuk dari udara. Operasi ini akan kita sebut sesuai nama yang Nicolo tinggalkan—Revenant. Bayangan yang kembali dari kematian.”Leo memandangi layar bes

  • Mafia's obsession   bab 32

    Api membumbung tinggi dari gudang bawah tanah di perbatasan Bulgaria. Kilatan cahaya oranye menerangi langit malam, disertai ledakan yang mengguncang tanah. Leo berdiri di kejauhan bersama Matteo dan Luka, menyaksikan kebakaran itu tanpa ekspresi."Bukan cuma bunker yang terbakar," gumam Matteo. "Itu simbol. Pusat koordinasi operasi mereka."Leo menoleh ke Luka. "Kita beri sinyal pada semua kelompok di Eropa. Phoenix gagal lepas landas. Kita akan bunuh revolusi mereka sebelum dimulai."Luka mengangguk. "Sudah kukirimkan pesan melalui jaringan Aurora. Semua mata kini tertuju pada Dragan."Namun Leo tahu, ini baru awal. Dragan bukan tipe yang menyerah begitu saja. Ia akan membalas, dan tidak dengan cara biasa.---Milan – Dua Hari KemudianMarkas Leo lebih sibuk dari biasanya. Telepon berdering, pesan datang dari berbagai jaringan. Aurora duduk di meja pusat informasi, mengetik cepat sambil terus menerima kabar t

  • Mafia's obsession   bab 31

    Hujan mengguyur kota Milan pagi itu, mengguratkan bayangan kelam di jendela markas Leo. Di dalam ruang strateginya, Leo berdiri mematung menatap peta digital Eropa—titik-titik merah menandai wilayah konflik baru yang terus bermunculan usai insiden kapel.Aurora duduk di sofa, menyilangkan kaki sambil memeriksa laporan dari jaringan bawah tanah yang baru mereka bangun. Matteo dan Luka berdiri di samping Leo, seperti biasa, siap menerima perintah kapan saja.“Ricardo masih belum pulih,” ujar Aurora. “Tapi dia memberikan nama: Valentin Dragan. Mantan agen intelijen Balkan. Sekarang bekerja untuk Ivanov.”Leo menyipitkan mata. “Nama yang tidak pernah muncul sebelumnya. Ivanov mulai mengeluarkan bidak yang ia simpan paling dalam.”Matteo mengangguk. “Jika Dragan bergerak, berarti mereka merencanakan sesuatu yang besar dan diam-diam. Operasi senyap, bukan konfrontasi terbuka.”Leo menoleh ke Luka. “Siapkan penyamaran. Kita akan ke Zurich m

  • Mafia's obsession   bab 30

    Tiga hari telah berlalu sejak kematian Fabio Marino. Dan dalam tiga hari itu, Leo belum tidur dengan tenang. Bukan karena penyesalan, tapi karena satu hal yang mengusik pikirannya: ketenangan yang terlalu sempurna.Di dunia mafia, tidak ada kematian besar tanpa balasan. Terutama jika kematian itu menyentuh salah satu pilar jaringan Enzo Moretti. Tapi hingga kini, tak satu pun langkah balasan datang. Tak ada serangan. Tak ada pesan. Hanya keheningan—yang lebih mematikan dari seribu peluru.Di markas besar Leo, peta kekuasaan dipajang lebar di dinding, penuh dengan penanda merah dan hitam. Matteo berdiri di sampingnya, menunjuk titik pergerakan.“Menurut informasi Sienna, ada komunikasi intens antara kelompok Albania dan Rusia. Mereka memperkuat pos di Napoli, dan… kami kehilangan jejak salah satu informan kita kemarin malam.”Leo duduk, matanya tajam menatap layar. “Ivanov telah menanam bidaknya. Mereka tidak akan menyerang terang-terangan. Mereka mengincar dari dalam.”Luka masuk terg

  • Mafia's obsession   bab 29

    Udara malam Roma terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan gerimis membasahi jalanan sempit di sekitar distrik Testaccio, namun bagi Leo, malam ini bukan sekadar tentang cuaca. Ini tentang menandai wilayah. Tentang memecah sistem yang selama ini dikendalikan Enzo Moretti dan Ivanov dari bayang-bayang. Leo berdiri di atap sebuah gedung tua, mengenakan jaket hitam yang menyatu dengan malam. Di tangannya, ponsel berisi data pergerakan transaksi Fabio Marino—salah satu tangan kanan Enzo yang menguasai pasar gelap narkoba di selatan Italia. Target malam ini. “Konfirmasi posisi,” suara Matteo masuk lewat earphone. “Lantai dua, ruang belakang. Tiga orang penjaga. Fabio sedang sendirian,” sahut Luka dari pengamatan jarak dekat. Leo mengangguk. “Kita tidak datang untuk bicara. Kita datang untuk menghapus namanya dari permainan.” --- Beberapa menit kemudian, mereka masuk melalui pintu samping gudang. Sienna, dari jarak jauh, telah meretas sistem keamanan dan memutus sambungan kamera.

  • Mafia's obsession   bab 28

    Asap masih mengepul dari reruntuhan gudang senjata. Leo berdiri memandangi kobaran api yang perlahan mulai padam, wajahnya dingin dan penuh amarah. Tiga lokasi diserang dalam satu malam—dan meskipun mereka menang secara taktis, kerugian yang mereka alami terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Di belakangnya, Matteo mendekat dengan langkah berat. Lengan kirinya dibalut perban, masih berlumuran darah. “Pihak rumah sakit bilang dua orang dari tim kita tidak bisa diselamatkan,” ucap Matteo lirih. Leo mengangguk, menahan emosi yang bergejolak di dadanya. “Dan mereka mengira kita akan diam saja?” Matteo menatap pemimpinnya yang baru itu. Dulu, dia melihat Leo sebagai tangan kanan yang setia, tapi kini, Leo berdiri sebagai kepala keluarga yang tidak kalah berbahaya dari Nicolo sebelumnya. Ketegasannya, kecepatannya membaca situasi, dan kekejamannya saat dibutuhkan—semua itu menjelma menjadi aura baru yang mulai ditakuti lawan maupun kawan. “Enzo Moretti yang melakukan ini?” tany

  • Mafia's obsession   Bab 27 – Pertemuan yang Ditunggu

    Leo duduk di kursi belakang mobilnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk permukaan ponsel. Pikirannya masih terfokus pada pesan yang dikirim Alessia. Wanita itu jelas lebih dari sekadar ancaman biasa."Kau yakin ini ide yang bagus?" Nicolo bertanya dari kursi depan, matanya tetap waspada menatap ke luar jendela."Kita tidak punya pilihan," jawab Leo, suaranya datar. "Kalau kita diam, dia akan menganggap kita lemah. Kita harus mengambil kendali."Matteo, yang duduk di samping Nicolo, mendengus. "Aku masih tidak percaya kau benar-benar ingin bertemu dengannya. Alessia tidak akan datang sendirian. Dia pasti sudah menyiapkan jebakan."Leo tersenyum kecil. "Begitu juga kita."Mobil melaju di jalanan kota, menuju restoran mewah yang telah dipilih Alessia untuk pertemuan mereka. Tempat itu bukan pilihan yang biasa untuk pertemuan mafia—terlalu terbuka, terlalu terang. Tapi mungkin itulah tujuan Alessia. Dia ingin Leo tahu bahwa dia tidak takut.Saat mobil berhenti di depan restoran, seorang pelaya

  • Mafia's obsession   Bab 26 – Tarian Bahaya

    Nama Alessia Romano terus terngiang di benak Leo saat ia menyesap bourbonnya. Pesta amal masih berlangsung, tetapi bagi Leo, malam ini bukan sekadar acara sosial—ini adalah awal dari permainan yang lebih besar.Ia memandangi Alessia yang tengah berbincang dengan beberapa pria kaya dan berpengaruh. Dengan gaun merahnya yang menawan, dia terlihat seperti ratu yang memerintah atas para pion di sekelilingnya.Nicolo mendekat, membisikkan sesuatu. “Kami sudah menyelidiki Alessia. Dia baru muncul di dunia kriminal setelah Enzo jatuh. Tidak ada catatan aktivitas sebelumnya, seolah-olah dia muncul entah dari mana.”Leo menyipitkan mata. “Tidak ada yang muncul dari ketiadaan. Dia pasti sudah merencanakan ini sejak lama.”“Tapi kenapa sekarang?” Matteo menimpali. “Kenapa baru setelah Enzo mati dia berani bergerak?”Leo tidak menjawab. Dia tahu satu-satunya cara mendapatkan jawaban adalah langsung dari sumbernya.Dengan langkah mantap, ia berjalan mendekati Alessia. Ketika wanita itu menyadari k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status