共有

Hari Pertama

作者: Erna Azura
last update 最終更新日: 2025-08-01 22:22:45

“Rel!” seru Rania dari depan meja resepsionis.

Aurelie menoleh kemudian balas melambaikan tangan begitu melewati pintu kaca besar yang dengan sensornya bisa terbuka sendiri.

“Terimakasih sudah menunggu … Sorry aku telat.”

“Santai aja, kita juga baru sampe kok,” sahut Dipo santai. Matanya mengedar ke sekeliling, mengagumi desain interior dan eksterior gedung Neuverse Technologies yang futuristik ini.

“Yuk … kita ke lantai 21, tadi malam Shaq … eh maksud aku, pak Shaquelle infoin kalau ruangan kita ada di lantai 21.” Aurelie berjalan lebih dulu memandu mereka masuk ke dalam lift.

Tentu dia sudah hapal denah gedung ini.

Lift berdenting pelan saat tiba di lantai 21. Pintu terbuka, memperlihatkan lorong dengan penerangan hangat dan aroma lem kayu yang masih baru. Aurelie melangkah keluar duluan, diikuti Rania dan Dipo yang menenteng laptop dan tote bag penuh post-it, kabel, dan semangat yang sedikit gugup.

“Jadi… ini lantainya?” tanya Rania pelan, menoleh ke kanan dan kiri dengan
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Magang Di Pelukan CEO   Bersabar

    Di sana tidak ada tablet. Tidak ada prototype.Hanya dua kursi, satu meja kecil, dan segelas lemon tea yang sudah dipesan duluan.Aurelie menyilangkan tangan. “Ini jebakan, ya?”Shaquelle mengangkat bahu. “Teknik persuasi strategis. Tidak sepenuhnya jebakan.”Aurelie menghela napas. “Kalau kamu mau ngomongin kita, harusnya bilang dari tadi.”Shaquelle menatapnya, kali ini tanpa seloroh. “Aku enggak tahu kita bisa disebut ‘kita’ lagi. Tapi… aku ingin ngobrol berdua sama kamu.”Hening.Angin malam berhembus pelan. Lampu-lampu kota berkedip samar di kejauhan.Aurelie duduk, akhirnya. Matanya tak menatap Shaquelle langsung. Tapi tak juga pergi.“Kamu tahu kenapa dulu aku marah?” tanyanya pelan.Shaquelle mengangguk. “Karena aku menjadikan kamu bagian dari hidup saat aku belum selesai dengan Greta. Dan saat itu… aku enggak cukup berani untuk jujur tentang peranku dalam semua kekacauan.”Aurelie menatapnya. Lama. Lalu berkata, “Aku enggak butuh kamu sempurna. Aku cuma butuh kamu

  • Magang Di Pelukan CEO   Makan Malam Tim

    Jam menunjukkan pukul 08.42. Di ruang konferensi lantai 15 Neuverse Technologies, suasananya sudah seperti panggung startup nasional.Panel investor duduk berjejer di depan. Empat orang dari berbagai latar belakang—dua dari perusahaan venture capital, satu dari yayasan sosial berbasis digital, dan satu pria yang tampak lebih kalem, berjas abu-abu, dengan buku catatan kulit di tangannya.Nama ruangan hari itu: Startup Showcase – Tim Internal & Mitra Sosial.Aurelie berdiri di samping layar proyektor. Rambutnya diikat kuda rapi, blazer navy membingkai postur tubuhnya yang tegas. Rania berdiri di belakang dengan pointer dan ekspresi siap tempur. Dipo duduk di sisi meja, laptop terbuka—jari-jarinya sudah siap di keyboard jika harus buka simulasi demo dadakan.Shaquelle berdiri agak jauh di sudut ruangan. Tidak mencampuri. Hanya mengamati. Kemeja putih lengan panjang yang digulung setengah membalut tubuh atletisnya begitu sempurna, tampak lebih sebagai mentor daripada CEO.MC membuka

  • Magang Di Pelukan CEO   Tidak Memaksa

    Shaquelle duduk dengan laptop terbuka, tangan kirinya menahan dagu, dan pandangan tertuju ke skema struktur sistem backend SamaSama.id yang terproyeksi di layar.Aurelie berdiri di depan papan, memegang spidol hijau. Ia baru saja selesai menggambar alur UX baru yang lebih sederhana untuk pengguna lansia. Outfit casual office yang ia kenakan membuatnya tampak seperti designer startup sungguhan. Tapi raut wajahnya menunjukkan ia tahu ruangan ini … terlalu sunyi.Shaquelle bicara duluan.“Alur kamu bagus. Tapi ada satu titik bottleneck di form verifikasi.”Aurelie menoleh. “Maksudnya waktu user harus unggah KTP?”Shaquelle mengangguk. “Untuk pengrajin yang gaptek, itu bisa jadi titik gagal.”Aurelie berpikir. “Mungkin pakai sistem pendampingan dari relawan? Atau justru verifikasi manual via call?”“Berisiko overload. Tapi bisa kita coba.”Mereka diam lagi. Suara AC menjadi satu-satunya suara.Aurelie membalikkan badan, menyandarkan spidol ke meja. “Shaq.”“Hm?”Aurelie terdiam

  • Magang Di Pelukan CEO   Hari Pertama

    “Rel!” seru Rania dari depan meja resepsionis. Aurelie menoleh kemudian balas melambaikan tangan begitu melewati pintu kaca besar yang dengan sensornya bisa terbuka sendiri.“Terimakasih sudah menunggu … Sorry aku telat.” “Santai aja, kita juga baru sampe kok,” sahut Dipo santai. Matanya mengedar ke sekeliling, mengagumi desain interior dan eksterior gedung Neuverse Technologies yang futuristik ini. “Yuk … kita ke lantai 21, tadi malam Shaq … eh maksud aku, pak Shaquelle infoin kalau ruangan kita ada di lantai 21.” Aurelie berjalan lebih dulu memandu mereka masuk ke dalam lift.Tentu dia sudah hapal denah gedung ini.Lift berdenting pelan saat tiba di lantai 21. Pintu terbuka, memperlihatkan lorong dengan penerangan hangat dan aroma lem kayu yang masih baru. Aurelie melangkah keluar duluan, diikuti Rania dan Dipo yang menenteng laptop dan tote bag penuh post-it, kabel, dan semangat yang sedikit gugup.“Jadi… ini lantainya?” tanya Rania pelan, menoleh ke kanan dan kiri dengan

  • Magang Di Pelukan CEO   Pondasi Baru

    Shaquelle baru saja menekan tombol lift menuju lantai 21 ketika suara pintu ruang R&D terbuka dan tiga sosok familiar keluar sambil membawa laptop dan kopi dingin masing-masing.Mira menatap Shaquelle dari pintu dan langsung menyipitkan mata penuh kecurigaan.Reza, yang paling cerewet sekaligus jago coding, langsung menyikut Rika dengan ekspresi datar yang bisa berubah sangat sarkastik dalam lima detik.“Eh, eh, eh… Lihat siapa yang lagi rajin naik ke lantai 21 …,” bisik Reza, cukup keras agar tetap terdengar oleh target utamanya.Shaquelle, yang sudah setengah melangkah masuk lift, menoleh perlahan.“Gue ke lantai 21 mau ngecek ruangan baru buat proyek sosial kampus,” jelasnya datar, tidak menutup-nutupi.Mira menautkan alis, lalu menyipitkan mata. “Proyek sosial kampus? Proyek sosial Aurel, maksudnya?”Shaquelle terbatuk pelan. “Nama project-nya SamaSama.id, bukan Aurel.id .…”“Oke… oke,” sahut Rika sambil mengangkat satu alis, “Tapi aneh aja. Kita udah setahun minta ruangan

  • Magang Di Pelukan CEO   Pelan-Pelan

    Aurelie mengetik kata terakhir di halaman kesimpulan. Tangannya berhenti, perlahan menekan ctrl + s.Dia tidak menangis. Tidak melompat. Tidak berteriak.Dia hanya menghela napas panjang.Skripsi selesai.Di kamar yang jadi markas belajarnya selama ini—dinding penuh sticky notes, jam dinding yang terlambat tujuh menit, dan printer yang suka mogok—Aurelie duduk diam dengan, bibirnya tersenyum lega.Tiga bulan terakhir bukan bulan yang mudah. Tapi bukan juga bulan yang hancur.Shaquelle menepati janjinya. Tidak memaksa. Tidak menghilang. Hanya hadir sebagai support sistem tak kasat mata.*Kampus – Hari Sidang SkripsiRuang sidang berpendingin udara tapi tetap terasa panas.Aurelie berdiri tegak. Presentasinya selesai. Ibu Ratna Karina—dosen pembimbing sekaligus dosen favoritnya—menyilangkan tangan.“Presentasi kamu padat. Bahasanya teknis, tapi bisa dipahami. Hasilnya nyata dan aplikatif.”Aurelie menahan napas.“Dan… saya senang kamu memilih topik ini. Karena dunia butuh le

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status