Share

Kasus Anak Magang

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-08 20:52:00

Gedung Neuverse Technologies, lantai 17, pukul sembilan tiga puluh pagi terasa lebih riuh dari biasanya.

Deadline proposal improvement tinggal beberapa jam. Di seluruh ruangan tim R&B, suasana tegang tapi produktif. Aurelie mengetik cepat, matanya fokus, secangkir kopi dingin menemaninya.

Proposal hampir selesai. Tinggal menyusun bagian akhir dan klik: kirim. Tapi perasaan aneh sudah muncul sejak pagi.

Nara, anak magang dari divisi Public Relation, terus meliriknya. Tatapan tidak ramah, seperti seseorang yang baru kehilangan sesuatu yang tidak pernah ia miliki. Dan sayangnya, Shaquelle jadi sumbernya.

Beberapa kali Nara menyindir saat istirahat bersama. Dari, “Wah, enak ya magang tapi bisa trip ke Bali bareng bos,” sampai, “Ada-ada aja yang dibikin penting cuma karena disenyumin CEO.”

Aurelie diam. Tapi pagi itu… Nara melangkah lebih jauh.

*Pukul 09.17.

Aurelie ke toilet di ujung lorong lantai tujuh belas. Dia bawa ponsel, headset masih tergantung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Linda Damayanti
lagi dong thor
goodnovel comment avatar
raisa regina
Main main kok sama calon istri CEO, game over dong Nara wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Magang Di Pelukan CEO   Kenikmatan Sesaat

    Pintu otomatis loby hotel terbuka dan lima manusia—berpakaian formal tapi dengan ekspresi seperti habis maraton karaoke—masuk ke lobi dengan langkah gontai.Reza menguap sambil masih menggenggam botol air mineral dari bar. “Kapan terakhir kita pulang dari kerja sambil agak mabuk gula dan tertawa karena musik jazz, ya?”“Kayaknya waktu deadline bulan lalu, tapi minus jazz dan plus kopi tiga galon,” jawab Mira yang sudah melepas heels-nya dan kini berjalan nyeker sambil menggoyang-goyangkan sepatu di tangan.Rika menyandarkan tubuh ke dinding lift. “Ini kenapa lift hotel mahal jalannya kayak nenek-nenek pensiun?”Shaquelle berdiri dengan jas setengah terbuka, dasi sudah dilonggarkan sejak bar tadi. Dia menoleh ke semua anak buahnya dan menggumam dramatis, “Gue hanya ingin kalian tahu… kalian semua telah menjadi gila. Tapi gue bangga.”Aurelie berdiri diam di belakang, menahan tawa melihat CEO-nya mulai melantur.Reza tertawa. “Pak, jangan sentimental. Nanti saya peluk, baru tau ra

  • Magang Di Pelukan CEO   Kerja Tim Dan Cinta

    Aurelie berdiri di depan cermin kamar hotelnya. Gaun selutut warna navy gelap, potongan simpel tapi elegan. Rambutnya disanggul rendah, dengan anting mutiara kecil yang dipinjamkan Mira.Shaquelle mengetuk pintu.Begitu Aurelie membukanya, pria itu berdiri di sana—jas hitam slim fit, dasi perak, dan senyum yang hanya bisa diartikan satu hal : “Gue udah siap kehilangan kendali.”“Kamu cantik banget,” katanya datar, nyaris serak.Aurelie berusaha menjaga ekspresi. “Kamu juga. Mirip aktor film Marvel. Versi lebih sombong, tapi.”Shaquelle menyeringai. “Siap, Putri Neuverse?”Mereka berangkat bersama. Namun ketika masuk ke ballroom—keduanya memberikan waktu jeda.Tetap menjaga ilusi: CEO dan intern, bukan pasangan backstreet yang tadi hampir ciuman di balkon Boston Tech Collective.Ballroom hotel itu seperti diambil dari film James Bond. Langit-langit kristal. Lampu gantung seberat mobil. Piano klasik berdenting pelan. Semua tamu memakai jas, dasi, dan gaun hitam.Mira, Reza, dan

  • Magang Di Pelukan CEO   Mengagumkan

    Kota Boston pagi itu diguyur cahaya keemasan. Daun-daun di pinggir jalan berguguran, warnanya coklat-kemerahan—seperti dalam postcard musim gugur.Di dalam mobil mewah yang membawa tim R&D Neuverse, suasana relatif tenang. Rika sibuk membuka laptop. Reza mendengarkan musik lewat earphone. Mira ngobrol dengan supir tentang rute kampus MIT.Di kursi paling belakang, Shaquelle duduk di pojok. Di sampingnya, Aurelie.Mobil bergoyang pelan di atas jalan bebatuan. Aurelie merapatkan blazer-nya. Boston lebih dingin dari dugaannya.Tanpa suara, Shaquelle membuka jasnya dan menyelimutkan ke pundak Aurelie.“Eh… enggak usah ,” gumam Aurelie.Shaquelle mencondongkan tubuh sedikit, membisik pelan. “Tapi kamu kedinginan. Dan kamu cewek aku. Jadi aku enggak perlu diminta.”Aurelie melirik. “Kamu tahu enggak, kamu tuh kadang nyebelin banget.”Shaquelle tersenyum. “Tapi kamu enggak bisa nolak, kan?”Aurelie berpaling ke jendela. Tapi tangannya diam-diam

  • Magang Di Pelukan CEO   Keponakan Pengganggu

    Awalnya ketiga keponakan Shaquelle anteng dengan kegiatan masing-masing namun ketika jam menunjukkan pukul 21.42 suasana mulai berubah chaos.Shaquelle, sang CEO flamboyan, pewaris grup teknologi Eropa, pemenang pitching internasional, alumni doktoral Aachen dan MIT—sedang mencoba menenangkan tiga bocah kecil yang berlari-lari sambil teriak-teriak minta slime, susu hangat, dan tablet-nya dikembalikan.“Om Shaq, Aranza gangguin aku!” jerit Elle, si anak pertama, sambil menarik bantal lalu melempar ke sofa.Adtacala—si anak ketiga, usia tujuh tahun—sibuk ngoprek remot TV, mencoba mencari Netflix tapi malah nyasar ke saluran berita lokal Boston.“Aku enggak ganggu! Aku cuma bilang kalau Aurelie itu nama cewek yang Om Shaq suka! Hahaha!” teriak Aranzavy.“Udah! Semuanya duduk!” bentak Shaquelle. Tapi itu justru jadi kode untuk adik bungsu mereka—si bayi tiga tahun, Astacala—mulai menangis.“UWAAAAAA!”Shaquelle panik. Dia melirik jam. Belum jam 10 mala

  • Magang Di Pelukan CEO   Kakak FBI

    Pukul 19.00, mereka berkumpul di lounge kecil hotel untuk briefing.Mira membagikan rundown. “Besok pagi jam 09.30, kita ke MIT untuk panel diskusi. Sore-nya pitching prototype ke Boston Tech Collective. Malam, gala dinner dengan founder network lokal.”Rika mengangkat tangan. “Siapa aja yang handle presentasi?”Shaquelle menatap Aurelie. “Aurelie handle bagian backend sistem. Mira buka sesi. Reza bantu data. Rika backup untuk Q&A.”Rika mengangguk setengah ikhlas.Mira melirik Aurelie. “Kamu siap kan, Rel?”Aurelie menarik napas. “Siap.”Shaquelle memperhatikan Aurelie diam-diam. Tapi dia tidak menunjukkan perhatian berlebihan di depan yang lain. Dia tahu, sampai proyek ini selesai—mereka hanya bisa jadi dua profesional yang saling support.Tapi saat semua kembali ke kamar, dan Aurelie menemukan secangkir teh herbal di depan pintunya dengan catatan kecil:“Rel, kamu hebat. Kamu bukan cuma anak magang. Kamu sudah jadi nyawa dari teknologi yang kita bangun. Dan kamu… nyawa aku

  • Magang Di Pelukan CEO   Connecting Door

    Lobby hotel di pusat kota Boston itu elegan dan dingin, dengan langit-langit tinggi dan aroma kayu mahal bercampur kopi pagi. Rombongan tim R&D Neuverse Technologies menapaki lantai marmernya dengan langkah berat—lebih karena jetlag daripada koper yang mereka seret.Di depan mereka, Shaquelle berdiri seperti tour leader keren dibalut jaket hitam tebal, turtleneck gelap, rambut sedikit berantakan, dan senyum kecil yang tidak pernah benar-benar polos.“Gue udah pastiin semua dapat kamar sendiri,” katanya santai. “Biar bisa istirahat maksimal sebelum besok ketemu partner-partner dari MIT dan Boston Tech Collective.”“Wih, CEO-nya niat banget,” komentar Reza sambil mengintip daftar kamar di HP Shaquelle.“Ya iyalah,” jawab Shaquelle, “Kalau tim enggak fit, yang malu perusahaan.”Front desk staff memanggil satu per satu.“Miss Mira … Room 1807.”“Mr. Reza … Room 1806.”“Miss Rika … Room 1804.”Rika tampak meneliti sekitar. “Kok sepi banget? Kita doang yang satu lantai?”“Gue seng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status