Share

Terlalu Cinta

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-08-03 20:34:54

Aurelie datang terlalu pagi, di atas mejanya laptop sudah terbuka.

“Pagiii ….” Rania menyapa.

“Pagi ….” Aurelie menyahut datar dengan tatapan masih pada layar laptop.

“Kamu itu kayanya memang hanya hidup di Neuverse Technologies ya, enggak ngerti karena memang cinta banget sama SamaSama.id atau sama CEO-nya.” Rania berceloteh sembari menyimpan tas lalu mengeluarkan barang-barangnya.

Aurelie memberikan cengiran lucu.

Dipo masuk sepuluh menit kemudian.

“Gimana tadi malem, Rel? Apakah cinta bersemi kembali?” Dipo bertanya sembari menaik turunkan kedua alisnya.

“Apaan sih … kalian nyuruh aku sama pak Shaq diskusi, kan? Ya udah … kita diskusi ….” Aurelie menjawab santai.

“Iya … deh iyain aja.” Dipo duduk di kursinya lalu membuka laptop.

“Memangnya, kamu kenapa sih putus sama pak Shaq waktu itu?” Rania ingin mengkonfirmasi berita yang beredar.

“Ran … please, kita fokus dulu sama ini.”

Dipo terkekeh. “Jangan-jangan, setelah proyek ini berhasil … Kamu akan dilamar pak Shaq,” celet
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang Di Pelukan CEO   Tempatnya Pulang

    Langit di luar gedung Neuverse Technologies sudah berubah jadi kanvas biru tua, dan kilau lampu kendaraan di jalan raya mulai berpendar. Pukul 19.08. Di lobi utama, hanya tinggal satu satpam yang menyapa Aurelie dengan anggukan lelah.Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi sosok Shaquelle tak terlihat.“Dia bilang mau nganterin aku pulang…” gumamnya, setengah kesal, setengah khawatir.Setelah menunggu hampir lima menit dan tak kunjung muncul, Aurelie memutuskan naik kembali ke lantai tujuh belas.Lift berdenting. Hening.Saat pintu terbuka, aroma kopi hitam dan sedikit bau plastik dari mesin printer menyambutnya. Lantai itu nyaris kosong, hanya lampu di satu ruangan yang masih menyala—ruangan Shaquelle.Aurelie melangkah perlahan, menapaki karpet abu-abu tua hingga mendekati dinding kaca ruangan CEO. Dan di baliknya, terlihat Shaquelle masih duduk tegak di depan dua layar monitor, tangan sibuk mengetik dan matanya tampak lelah. Kemejanya sudah kusut di bagian lengan dan dasi terg

  • Magang Di Pelukan CEO   Terlalu Cinta

    Aurelie datang terlalu pagi, di atas mejanya laptop sudah terbuka.“Pagiii ….” Rania menyapa.“Pagi ….” Aurelie menyahut datar dengan tatapan masih pada layar laptop.“Kamu itu kayanya memang hanya hidup di Neuverse Technologies ya, enggak ngerti karena memang cinta banget sama SamaSama.id atau sama CEO-nya.” Rania berceloteh sembari menyimpan tas lalu mengeluarkan barang-barangnya.Aurelie memberikan cengiran lucu.Dipo masuk sepuluh menit kemudian.“Gimana tadi malem, Rel? Apakah cinta bersemi kembali?” Dipo bertanya sembari menaik turunkan kedua alisnya.“Apaan sih … kalian nyuruh aku sama pak Shaq diskusi, kan? Ya udah … kita diskusi ….” Aurelie menjawab santai.“Iya … deh iyain aja.” Dipo duduk di kursinya lalu membuka laptop.“Memangnya, kamu kenapa sih putus sama pak Shaq waktu itu?” Rania ingin mengkonfirmasi berita yang beredar.“Ran … please, kita fokus dulu sama ini.” Dipo terkekeh. “Jangan-jangan, setelah proyek ini berhasil … Kamu akan dilamar pak Shaq,” celet

  • Magang Di Pelukan CEO   Bersabar

    Di sana tidak ada tablet. Tidak ada prototype.Hanya dua kursi, satu meja kecil, dan segelas lemon tea yang sudah dipesan duluan.Aurelie menyilangkan tangan. “Ini jebakan, ya?”Shaquelle mengangkat bahu. “Teknik persuasi strategis. Tidak sepenuhnya jebakan.”Aurelie menghela napas. “Kalau kamu mau ngomongin kita, harusnya bilang dari tadi.”Shaquelle menatapnya, kali ini tanpa seloroh. “Aku enggak tahu kita bisa disebut ‘kita’ lagi. Tapi… aku ingin ngobrol berdua sama kamu.”Hening.Angin malam berhembus pelan. Lampu-lampu kota berkedip samar di kejauhan.Aurelie duduk, akhirnya. Matanya tak menatap Shaquelle langsung. Tapi tak juga pergi.“Kamu tahu kenapa dulu aku marah?” tanyanya pelan.Shaquelle mengangguk. “Karena aku menjadikan kamu bagian dari hidup saat aku belum selesai dengan Greta. Dan saat itu… aku enggak cukup berani untuk jujur tentang peranku dalam semua kekacauan.”Aurelie menatapnya. Lama. Lalu berkata, “Aku enggak butuh kamu sempurna. Aku cuma butuh kamu

  • Magang Di Pelukan CEO   Makan Malam Tim

    Jam menunjukkan pukul 08.42. Di ruang konferensi lantai 15 Neuverse Technologies, suasananya sudah seperti panggung startup nasional.Panel investor duduk berjejer di depan. Empat orang dari berbagai latar belakang—dua dari perusahaan venture capital, satu dari yayasan sosial berbasis digital, dan satu pria yang tampak lebih kalem, berjas abu-abu, dengan buku catatan kulit di tangannya.Nama ruangan hari itu: Startup Showcase – Tim Internal & Mitra Sosial.Aurelie berdiri di samping layar proyektor. Rambutnya diikat kuda rapi, blazer navy membingkai postur tubuhnya yang tegas. Rania berdiri di belakang dengan pointer dan ekspresi siap tempur. Dipo duduk di sisi meja, laptop terbuka—jari-jarinya sudah siap di keyboard jika harus buka simulasi demo dadakan.Shaquelle berdiri agak jauh di sudut ruangan. Tidak mencampuri. Hanya mengamati. Kemeja putih lengan panjang yang digulung setengah membalut tubuh atletisnya begitu sempurna, tampak lebih sebagai mentor daripada CEO.MC membuka

  • Magang Di Pelukan CEO   Tidak Memaksa

    Shaquelle duduk dengan laptop terbuka, tangan kirinya menahan dagu, dan pandangan tertuju ke skema struktur sistem backend SamaSama.id yang terproyeksi di layar.Aurelie berdiri di depan papan, memegang spidol hijau. Ia baru saja selesai menggambar alur UX baru yang lebih sederhana untuk pengguna lansia. Outfit casual office yang ia kenakan membuatnya tampak seperti designer startup sungguhan. Tapi raut wajahnya menunjukkan ia tahu ruangan ini … terlalu sunyi.Shaquelle bicara duluan.“Alur kamu bagus. Tapi ada satu titik bottleneck di form verifikasi.”Aurelie menoleh. “Maksudnya waktu user harus unggah KTP?”Shaquelle mengangguk. “Untuk pengrajin yang gaptek, itu bisa jadi titik gagal.”Aurelie berpikir. “Mungkin pakai sistem pendampingan dari relawan? Atau justru verifikasi manual via call?”“Berisiko overload. Tapi bisa kita coba.”Mereka diam lagi. Suara AC menjadi satu-satunya suara.Aurelie membalikkan badan, menyandarkan spidol ke meja. “Shaq.”“Hm?”Aurelie terdiam

  • Magang Di Pelukan CEO   Hari Pertama

    “Rel!” seru Rania dari depan meja resepsionis. Aurelie menoleh kemudian balas melambaikan tangan begitu melewati pintu kaca besar yang dengan sensornya bisa terbuka sendiri.“Terimakasih sudah menunggu … Sorry aku telat.” “Santai aja, kita juga baru sampe kok,” sahut Dipo santai. Matanya mengedar ke sekeliling, mengagumi desain interior dan eksterior gedung Neuverse Technologies yang futuristik ini. “Yuk … kita ke lantai 21, tadi malam Shaq … eh maksud aku, pak Shaquelle infoin kalau ruangan kita ada di lantai 21.” Aurelie berjalan lebih dulu memandu mereka masuk ke dalam lift.Tentu dia sudah hapal denah gedung ini.Lift berdenting pelan saat tiba di lantai 21. Pintu terbuka, memperlihatkan lorong dengan penerangan hangat dan aroma lem kayu yang masih baru. Aurelie melangkah keluar duluan, diikuti Rania dan Dipo yang menenteng laptop dan tote bag penuh post-it, kabel, dan semangat yang sedikit gugup.“Jadi… ini lantainya?” tanya Rania pelan, menoleh ke kanan dan kiri dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status