Tiga bulan setelah pengumuman bahagia itu, SamaSama.id mengalami musim “waspada tsunami” setiap kali lift terbuka dan Aurelie keluar dengan perut buncitnya.
Dress maternity pastel, sneakers putih, tote bag kain, dan tatapan yang sulit ditebak—itu tanda bahwa hari ini bisa berjalan damai … atau berubah jadi misi pencarian makanan langka di jam kerja.Pagi itu, Celica baru menaruh kopi latte di mejanya ketika Aurelie muncul di depan pintu ruang CEO sambil membawa sticky note.“Mbak Celica, tolong catet… aku pengen siang ini makan nasi liwet tapi ayamnya harus dibakar sama arang kelapa, bukan arang biasa. Sambalnya harus sambal ijo yang cabe-nya direbus dulu baru diulek. Oh, dan daun kemangi harus fresh, bukan yang udah layu di kulkas.”Celica berkedip pelan. “Itu… kayaknya harus pesen dari kampung, Bu.”Aurelie menghela napas dramatis. “Ya udah… jemput dari kampung kalau perlu. Enggak ada yang enggak bisa kalau dikerjakan dengan niat.”Celica merotasi bolPukul 02.47 dini hari.Shaquelle sedang tidur nyenyak, wajahnya menenggelam di bantal, selimut menutupi separuh tubuh. Tiba-tiba… Bugh ! Sebuah guling mendarat di punggungnya.“Shaq .…” Suara Aurelie terdengar pelan tapi tegas.Shaquelle membuka satu mata. “Hmm?”“Aku ingin … sup iga salju.”Kening Shaquelle berkerut. “Maksudnya sup iga… yang dimakan pas lagi salju turun?”Aurelie mengangguk penuh keyakinan. “Iya. Kayak di film yang kemarin kita tonton, yang mereka lagi honeymoon ke Swiss, terus makan sup iga di restoran kecil di pinggir jalan, terus di luar salju turun pelan-pelan….”Shaquelle menelan ludah. “Rel, sekarang di Jakarta … salju cuma ada di kulkas.”Aurelie menggenggam tangannya. “Aku tahu… makanya ayo kita ke tempat yang ada saljunya.”Biasanya, suami akan menjawab, “Besok aja ya,” atau “Kita cari versi KW-nya di restoran.”Tapi Shaquelle bukan suami biasa. Dia adalah Shaquelle Folke—CEO muda, pewaris konglomerat, dan
Tiga bulan setelah pengumuman bahagia itu, SamaSama.id mengalami musim “waspada tsunami” setiap kali lift terbuka dan Aurelie keluar dengan perut buncitnya.Dress maternity pastel, sneakers putih, tote bag kain, dan tatapan yang sulit ditebak—itu tanda bahwa hari ini bisa berjalan damai … atau berubah jadi misi pencarian makanan langka di jam kerja.Pagi itu, Celica baru menaruh kopi latte di mejanya ketika Aurelie muncul di depan pintu ruang CEO sambil membawa sticky note.“Mbak Celica, tolong catet… aku pengen siang ini makan nasi liwet tapi ayamnya harus dibakar sama arang kelapa, bukan arang biasa. Sambalnya harus sambal ijo yang cabe-nya direbus dulu baru diulek. Oh, dan daun kemangi harus fresh, bukan yang udah layu di kulkas.”Celica berkedip pelan. “Itu… kayaknya harus pesen dari kampung, Bu.”Aurelie menghela napas dramatis. “Ya udah… jemput dari kampung kalau perlu. Enggak ada yang enggak bisa kalau dikerjakan dengan niat.”Celica merotasi bol
Pagi itu, lantai SamaSama.id sudah penuh riuh suara keyboard, bunyi printer, dan aroma kopi. Celica baru saja naik dari lantai di mana ruangan Shaquelle berada untuk mengantar beberapa dokumen tanda tangan, ketika interkom di dinding berbunyi.“Semua tim SamaSama.id dan perwakilan R&D diminta berkumpul di area lounge lantai 3 dalam 5 menit. Ada pengumuman dari Mrs. CEO,” suara resepsionis terdengar.Lima menit kemudian, lounge open space itu mendadak penuh dengan wajah-wajah penuh rasa ingin tahu dan kebingungan. Dipo dan Raina berdiri di dekat meja pantry, sementara Mira, Reza, dan Rika dari R&D ikut menempati sofa panjang.Dan sekarang Celica sudah berdiri di samping Shaquelle yang tersenyum lebar, jelas sekali sudah menyiapkan sesuatu.Aurelie baru saja masuk dengan tampang innocent, memakai midi dress flowy warna sage green. Wajahnya berseri-seri, tapi matanya sedikit berair.“Pagi semuanya,” ucapnya, suaranya lembut tapi mantap. “Hari ini, aku mau kasih kabar… yang mungkin a
Ternyata… mengumumkan kabar kehamilan hanyalah trailer film.Film utamanya? Ngidam.Dan bagi Shaquelle Folke, ini bukan sekadar pengalaman baru. Ini seperti mengikuti reality show yang judulnya:“Misi Mustahil: Menyediakan Semua Keinginan Istri Hamil Kembar, Level Boss.”Hari itu, Sabtu malam, satu jam setelah keluarga besar bubar dari makan siang yang heboh, Shaquelle pikir ia bisa rebahan santai di sofa sambil nonton film bareng Aurelie. Tapi kenyataan berkata lain.“Aku ingin .…” Aurelie bersandar di sandaran sofa, matanya setengah merem.Shaquelle yang duduk di ujung sofa langsung siaga. “Pengen apa? Aku beliin.”Aurelie membuka mata pelan. “… pempek kapal selam. Tapi … kuah cuka-nya harus anget. Dan telurnya setengah matang.”Shaquelle menoleh ke jam dinding. “Sekarang jam sepuluh malam, Rel…”Aurelie menatapnya dengan mata besar memelas, seperti anak kucing yang kehujanan. “Jadi?”Pria itu menghela napas, bangkit, lalu meraih kunci mobil. “Oke. Kapal selam, kuah hangat
Ruang tunggu rumah sakit milik tante Zara di klinik kandungannya telah penuh dengan aroma lavender dan musik instrumental yang menenangkan. Shaquelle duduk berdampingan dengan Aurelie, menggenggam tangan istrinya erat—walau sesekali matanya melirik ke layar monitor informasi antrean, seakan menunggu panggilan Tuhan.Aurelie mengenakan blus longgar berwarna mint dan rok midi putih. Wajahnya terlihat segar, tapi matanya berkali-kali menatap ke bawah, gelisah. Ia bahkan tidak membuka mulut sejak turun dari mobil.Shaquelle mencoba mencairkan suasana. “Kamu mau air mineral? Atau es krim? Atau … alpukat kocok yang kamu bilang ‘bau bensin manis’ itu?”Aurelie melirik suaminya. “Bau bensin manis apaan. Dih.”“Berarti udah baikan,” jawab Shaquelle cepat, lalu mencium punggung tangan Aurelie dengan ringan. “Santai. Cuma periksa doang kok. Bukan diinterogasi KPK.”“Bukan soal itu…,” gumam Aurelie, suaranya pelan. “Aku takut kalau ternyata ini semua cuma karena masuk angin. Enggak lucu dong
Pukul 04.16 pagi.Di kamar utama yang temaram, suara beep-beep pelan dari smartwatch di pergelangan tangan kiri Shaquelle terdengar lirih. Layar jam yang biasanya hanya menampilkan grafik tidur, detak jantung, atau pengingat meeting mendadak menyala dengan tampilan berbeda.Biometric Alert:Detected irregular hormonal fluctuation on shared-sleeping proximity.High probability of pregnancy (HCG elevation) from subject nearby.Would you like to initiate “Early Pregnancy Mode”?Shaquelle membuka mata, memicingkan pandangan.“…Hah?”Ia mengangkat tangan pelan. “Apa ini? Pregnancy mode?”Ia menoleh. Di sampingnya, Aurelie masih tertidur pulas, memeluk guling seperti beruang kelaparan yang sedang hibernasi. Rambutnya awut-awutan, napasnya teratur, dan wajahnya tenang seperti tidak pernah memarahi printer sehari sebelumnya.Shaquelle menggosok matanya. “Gila… ini jamnya mabok apa gimana?”Tapi jam itu kembali beep, kali ini muncul notifikasi baru:Tips: Based on consistent mood i