Home / Romansa / Magang Jadi Istri CEO / MJIC 171 - Kangen

Share

MJIC 171 - Kangen

Author: senjaaaaaa
last update Last Updated: 2025-12-01 20:28:04

“Kayla,” Ia mendekat, jemari dinginnya menyentuh pelan pergelangan tanganku, memastikan infusku tetap mengalir dengan aman. “Kamu mau saya hubungi siapa? Keluarga? Suami? Teman?” rentetnya memberi saran.

Pertanyaannya terdengar ringan.

Tapi begitu berat kurasakan.

Aku menunduk, menatap lantai putih dengan tatapan kosong. Bibirku terbuka, tetapi tak ada suara yang keluar.

Perlahan, aku menggeleng.

Sangat pelan.

Nyaris tak terlihat.

“Tidak ada yang perlu kamu hubungi?” ulangnya, terdengar hati-hati.

Aku menghirup napas pendek, lalu menggeleng lagi.

“T-tidak,” bisikku, tanpa suara. “Nggak usah ... hubungin siapa-siapa,” lanjutku menatap wajanya yang dibalut kegelisahan.

Seketika ruangan menjadi sunyi, seakan kami tengah beradu dengan pemikiran masing-masing.

Perawat itu menatapku beberapa saat—tatapan iba yang ia sembunyikan dengan sangat sopan, seperti takut kalau rasa kasihan itu justru menyakitiku.

Tapi aku tetap bisa menangkap raut wajahnya yang semakin berubah.

Akhirnya ia tersenyum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 176 - Ancaman Fina

    Aku menarik napas pelan. “Masih ada,” jawabku lirih. “Dokter bilang ... dia kuat. Tapi aku harus jagain ia bener-bener. Nggak boleh kecapekan, apalagi ... stres,” lanjutku menerawang. Sedetik kemudian, aku kembali menatap Rayhan.Rayhan memejamkan matanya sejenak. Bahunya turun dengan perlahan, menggambarkan bagaimana dirinya begitu lega dengan jawabanku.“Syukurlah ....,” gumamnya lega.Fina yang sedari tadi sok galak, akhirnya berdiri, dan kembali mendekat ke bangsalku. “Masih aman, ya?” tanyanya dengan nada memojokkan. Alisnya terangkat sebelah, dan bibirnya tersenyum meremehkan.Aku mengangguk. Tatapanku beralih pada Rayhan yang kini sudah membuka matanya kembali, menatap Fina penuh tanda tanya."Nggak," jawab Fina, menggeleng.Tatapan Rayhan seketika berubah—bukan cuma karena lega, tapi juga rasa bersalah yang memenuhi wajah lelahnya. “Aku hampir kehilangan kalian ....”“Ray—”“Aku seharusnya ada di samping kamu,” potongnya cepat. “Dari awal,” lanjutnya penuh rasa bersalah.Aku t

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 175 - Keadaan Baby, Gimana?

    Aku hendak membuka mulut, tapi belum sempat mengeluarkan suara, perutku ikut bersuara pelan—seolah menjawab pertanyaan yang diajukan Rayhan. Hanya ekspresi merintih yang membuat Rayhan segera menjauhkan badannya.“Sakit lagi? Kamu pusing? Mau aku panggil perawat nggak?” tanyanya dengan begitu panik.“PAK! Jangan nyerahin Kayla ke perawat dulu, aku belum siap ditinggal sendirian gara-gara drama kalian ini!” protes Fina cepat, tangannya terangkat seperti anak kecil yang sedang meminta waktu tambahan.Rayhan menatapnya datar. “Fina, aku cuma mau cek keadaan dia aja.”“Aku juga mau cek keadaan aku! Jantung aku ini—” Dia menunjuk dadanya. “—udah mau drop out dari tubuh karena ulah kalian yang bikin aku muak!”Rayhan mengembuskan napas panjang, sangat lelah, tapi dia tetap menoleh ke arahku. “Kay ... kamu mau apa?” tanyanya, suaranya begitu lembut.Aku menunduk sebentar, memikirkan jawabannya.“Aku ... mau ditemenin,” kataku lirih.Rayhan langsung menegakkan bahunya, ekspresi wajahnya berub

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 174 - Peluk

    “Aku kira kamu kenapa-kenapa. Dari tadi nggak ada kabar, HP kamu juga nggak bisa dihubungin. Terus ada invoice masuk dari asuransi kesehatan yang nyambung ke perusahaan, makanya aku tau kalo kamu ada di sini, setelah pihak rumah sakit nyoba buat ngehubungin kami.”Fina mengusap pipinya kasar, menghapus air mata yang mulai mengalir.“Aku juga hampir jatuh di parkiran, sumpah deh. Saking paniknya sama kamu,” lanjutnya mengangat jari jempol dan telunjuk, seolah ia mengatakan jika perkataannya tak ada kebohongan di dalamnya.Rayhan menatapku menusuk, membuatku membalas tatapannya sedikit takut.Tatapannya tajam ....Lebih seperti seseorang yang baru saja selamat dari kehilangan paling menakutkan dalam hidupnya—dan masih gemetar karena syok yang ia rasakan.Rayhan menundukkan kepalanya sedikit, membuat mata kami sejajar.Ia menelan ludahnya kasar.“Kalau ada apa-apa sama kamu ...”“Ray ...,” suaraku lirih, memotong ucapannya.Dia langsung menoleh, kaget. Tubuhnya sedikit tersentak.“... p

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 173 Rumah Sakit

    Pintu ruangan tiba-tiba terbuka cukup keras, seperti didorong oleh seseorang yang sudah kehilangan kesabarannya.Tubuhku tertegun, lalu menoleh sedikit takut.Rayhan muncul di ambang pintu— dan seketika udara di ruangan seperti mengerut.Wajahnya pucat. Matanya merah. Napasnya kacau tak beraturan. Kemejanya kusut, seolah ia baru saja berlari tanpa henti dari parkiran sampai depan pintu ini.Di belakangnya, Fina menyusul—lebih berantakan lagi. Tangannya gemetar, rambut acak-acakan, wajah shock dan takut tercampur jadi satu.Keduanya berdiri di ambang pintu. Memandangku dengan banyak pertanyaan di dalamnya. Seperti baru diseret oleh seribu kemungkinan buruk tentang apa yang mungkin terjadi padaku—dan sekarang mereka melihat kenyataannya, bahwa aku berada di ranjang rumah sakit, sendiri, pucat, dengan infus menusuk tanganku.Fina menutup mulutnya, menahan isak yang hampir pecah. “Kayla ... ya Tuhan ...,” lirihnya, suaranya sedikit gemetar, “Kamu—kamu sendirian di sini? Kamu ... kam

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 172 - Sendirian

    Nampan makanan itu masih di depanku. Bubur putih mulai mengering di pinggirannya, berisi makanan khas rumah sakit yang bahkan nggak kusentuh sebelumnya, di sampingnya, segelas air hangat mulai kehilangan uapnya.Aku menatapnya lama.Sangat lama. Seolah menatap makanan bisa menjelaskan kenapa dunia rasanya sepi banget hari ini.Aku akhirnya bergerak, mengambil sendok dengan lemah.Tangan kiriku otomatis menahan sisi nampan, seperti refleks orang yang terbiasa disuapin lalu jadi kikuk waktu harus makan sendiri.“Hah ....” Aku menghela napas gemetar. “Ya ampun ... makan aja susah banget sih, Kay ...,” gumanku frustasi.Aku menyendokkan sedikit bubur, hanya berisi di bagian ujugngnya. Lalu berusaha menyuapkan ke dalam mulut.Rasanya hambar.Lidahku dingin.Tenggorokanku pahit.“Apa sih ...,” gumamku pelan sambil menatap sendok di genggamanku. “Aku kenapa sih ... lebay banget, kan? Makan doang kok masih ngeluh.”Tapi begitu aku mencoba suapan kedua, air mataku langsung jatuh menetes begitu

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 171 - Kangen

    “Kayla,” Ia mendekat, jemari dinginnya menyentuh pelan pergelangan tanganku, memastikan infusku tetap mengalir dengan aman. “Kamu mau saya hubungi siapa? Keluarga? Suami? Teman?” rentetnya memberi saran.Pertanyaannya terdengar ringan.Tapi begitu berat kurasakan.Aku menunduk, menatap lantai putih dengan tatapan kosong. Bibirku terbuka, tetapi tak ada suara yang keluar.Perlahan, aku menggeleng.Sangat pelan.Nyaris tak terlihat.“Tidak ada yang perlu kamu hubungi?” ulangnya, terdengar hati-hati.Aku menghirup napas pendek, lalu menggeleng lagi.“T-tidak,” bisikku, tanpa suara. “Nggak usah ... hubungin siapa-siapa,” lanjutku menatap wajanya yang dibalut kegelisahan.Seketika ruangan menjadi sunyi, seakan kami tengah beradu dengan pemikiran masing-masing.Perawat itu menatapku beberapa saat—tatapan iba yang ia sembunyikan dengan sangat sopan, seperti takut kalau rasa kasihan itu justru menyakitiku.Tapi aku tetap bisa menangkap raut wajahnya yang semakin berubah.Akhirnya ia tersenyum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status