Beranda / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 61 - Tamu Tak Di Undang

Share

Bab 61 - Tamu Tak Di Undang

Penulis: Dacep
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-28 18:11:15

Jalan tol yang gelap terasa tak berujung. Arka menginjak pedal gas, membiarkan mobilnya melesat membelah malam. Pikirannya jauh lebih kacau daripada lalu lintas Jakarta yang baru saja ia tinggalkan. Ia tidak bisa berhenti memutar ulang bayangan-bayangan mengerikan itu di kepalanya: Alya yang terbaring pingsan, Alya yang menatapnya dengan mata kosong, dan yang terburuk, Alya yang duduk di lantai kamar mandi dengan pecahan kaca di tangan.

Setiap kali bayangan itu muncul, cengkeraman tangannya di setir mengencang hingga buku-buku jarinya memutih. Bodoh. Arogan. Apa yang sudah kulakukan? makinya pada diri sendiri. Ia telah merebut segalanya dari gadis itu—pekerjaannya, teman-temannya, kebebasannya—dan hampir merebut nyawanya. Dan untuk apa? Untuk sebuah ego dan rasa memiliki yang buta.

Laporan terakhir dari timnya bahwa Alya nyaris pingsan lagi menjadi pemicu terakhir. Persetan dengan memberinya ruang. Bagaimana jika gadis itu kembali nekat? Bagaimana jika kandungannya dalam bahaya? Rasa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 66 - Pengakuan Yang Menyakitkan

    Perjalanan dari Bandung ke Garut terasa sangat berbeda dari semua perjalanan yang pernah Alya lalui bersama Arka. Keheningan di dalam mobil tidak lagi terasa dingin atau canggung. Keheningan itu kini terisi oleh sebuah tujuan bersama yang genting, sebuah misi yang membuat mereka berdua sama-sama tegang.Alya lebih banyak menatap ke luar jendela, melihat pemandangan kota yang perlahan berganti menjadi hamparan sawah hijau. Pikirannya berkecamuk. Apa yang akan Ibu katakan? Apa Ibu akan membenciku? Apa Ibu akan mengusirku dan pria di sampingku ini?Arka sepertinya bisa merasakan kegelisahannya. Di tengah perjalanan, tangannya yang besar terulur dan dengan ragu-ragu menyentuh punggung tangan Alya yang terkepal di pangkuannya. Alya sedikit tersentak, tapi kali ini ia tidak menarik tangannya. Ia justru membiarkan tangan Arka menggenggamnya, sebuah gestur kecil yang memberikan kekuatan luar biasa.Saat mobil mewah itu kembali memasuki jalanan desanya yang sempit, semua mata kembali tertuju p

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 65 - Kata "Kita"

    Mereka kembali ke suite hotel dalam keheningan yang sarat makna. Gema dari detak jantung kecil itu seolah masih tertinggal di udara, mengubah segalanya. Alya memegang sebuah amplop kecil berisi beberapa lembar foto USG hitam putih. Benda itu terasa begitu nyata, begitu berat di tangannya.Di dalam kamar hotel yang luas, Alya duduk di tepi ranjang, menatap lekat-lekat gambar buram di dalam foto itu. Sebuah titik kecil. Sebuah kehidupan. Anaknya. Air matanya kembali mengalir, tapi kali ini bukan karena putus asa. Ini adalah air mata yang rumit—campuran antara takut, haru, dan secercah rasa sayang yang baru mulai tumbuh. Naluri keibuannya yang selama ini terkubur di bawah trauma, kini bangkit dengan kekuatan penuh.Arka masuk ke kamar, membawakan segelas teh hangat untuknya. Ia meletakkannya di meja, lalu berdiri canggung di dekat jendela, seolah tidak tahu harus berbuat apa.“Alya,” panggilnya pelan. “Aku tahu… semua ini rumit.”Alya tidak menjawab, hanya terus menatap foto di tangannya

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 64 - Detak Jantung Pertama

    Pagi itu, Alya bangun di kamar hotel yang asing dengan perasaan gugup yang luar biasa. Janji Arka semalam memang sedikit menenangkannya, tapi hari ini adalah hari di mana ia akan menghadapi kenyataan dari kondisinya secara medis.Arka sudah menunggunya di ruang duduk suite hotel itu. Pria itu tampak sudah siap, wajahnya terlihat tenang, namun Alya bisa melihat ketegangan di bahunya yang kaku. Ia sudah memesan sarapan ringan untuk Alya.“Makan sedikit,” katanya. “Agar kamu tidak pusing.”Perjalanan menuju rumah sakit elit di Bandung itu terasa singkat. Alya terlalu sibuk dengan perangnya sendiri di dalam hati untuk memperhatikan jalanan. Di ruang tunggu klinik kandungan, perasaan tidak nyaman Alya semakin menjadi-jadi. Ruangan itu dipenuhi oleh pasangan-pasangan suami-istri yang tampak bahagia, saling berpegangan tangan, dan menatap perut buncit sang istri dengan penuh cinta.Alya secara refleks menyentuh perutnya yang masih rata. Ia dan Arka duduk berjauhan, tidak saling bicara, tampa

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 63 - Insting Seorang Ibu

    Perpisahan di depan teras rumah terasa begitu berat. Bu Aminah memeluk Alya erat-erat untuk terakhir kalinya, matanya yang basah menatap lurus pada Arka yang menunggu di samping mobil. Itu bukan tatapan benci, melainkan sebuah peringatan tanpa kata yang jauh lebih tajam. Jaga putriku, atau kau akan berhadapan denganku.Alya masuk ke dalam mobil mewah itu, tidak berani menoleh ke belakang. Ia tahu, jika ia melihat wajah ibunya lagi, ia akan lari keluar dari mobil dan membatalkan semuanya. Arka menyalakan mesin, dan mobil itu perlahan menjauh, meninggalkan gang kecil yang sunyi dan tatapan para tetangga yang penuh spekulasi.Perjalanan itu diliputi keheningan. Bukan keheningan yang dingin atau marah seperti sebelumnya. Ini adalah keheningan yang canggung, berat, dan dipenuhi oleh ribuan pertanyaan yang tak terucap. Alya menatap ke luar jendela, melihat sawah-sawah hijau Garut yang perlahan digantikan oleh jalanan yang lebih ramai.Ia melirik Arka. Pria itu fokus menyetir, wajahnya tampa

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 62 - Dibawah Tatapan Sang Ibu

    Permintaan maaf Arka menggantung di udara pagi yang sejuk, terasa begitu ganjil dan tidak pada tempatnya. Alya masih berdiri mematung, terlalu syok untuk bereaksi. Sementara Bu Aminah, setelah keterkejutan awalnya, menatap pria asing di hadapannya dengan tatapan tajam seorang ibu yang melindungi anaknya.“Bicara soal apa, Nak?” tanya Bu Aminah, suaranya terdengar tenang namun tegas. Ia menggunakan panggilan "Nak" yang sopan, namun ada jarak yang jelas di dalamnya. “Dan minta maaf untuk apa? Siapa kamu sebenarnya untuk putri saya?”Arka menelan ludah, terlihat jelas tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Ia melirik Alya sekilas, seolah meminta izin, lalu kembali menatap Bu Aminah. “Nama saya Arka, Bu. Saya… atasan Alya di Jakarta.”Mendengar kata “atasan”, Bu Aminah mengerutkan kening. Ia menatap kondisi putrinya yang pucat dan kurus, lalu kembali menatap pria kaya di hadapannya. Cerita ini tidak sinkron.Melihat tatapan para tetangga yang semakin ingin tahu, Bu Aminah menghela napas. “

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 61 - Tamu Tak Di Undang

    Jalan tol yang gelap terasa tak berujung. Arka menginjak pedal gas, membiarkan mobilnya melesat membelah malam. Pikirannya jauh lebih kacau daripada lalu lintas Jakarta yang baru saja ia tinggalkan. Ia tidak bisa berhenti memutar ulang bayangan-bayangan mengerikan itu di kepalanya: Alya yang terbaring pingsan, Alya yang menatapnya dengan mata kosong, dan yang terburuk, Alya yang duduk di lantai kamar mandi dengan pecahan kaca di tangan.Setiap kali bayangan itu muncul, cengkeraman tangannya di setir mengencang hingga buku-buku jarinya memutih. Bodoh. Arogan. Apa yang sudah kulakukan? makinya pada diri sendiri. Ia telah merebut segalanya dari gadis itu—pekerjaannya, teman-temannya, kebebasannya—dan hampir merebut nyawanya. Dan untuk apa? Untuk sebuah ego dan rasa memiliki yang buta.Laporan terakhir dari timnya bahwa Alya nyaris pingsan lagi menjadi pemicu terakhir. Persetan dengan memberinya ruang. Bagaimana jika gadis itu kembali nekat? Bagaimana jika kandungannya dalam bahaya? Rasa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status