Beranda / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 87 - Perjalanan Ke Garis Depan

Share

Bab 87 - Perjalanan Ke Garis Depan

Penulis: Dacep
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-11 23:12:55

Arka tidak tidur sama sekali. Otaknya terus bekerja, menganalisis data keuangan yang dikirim Vira, sementara hatinya gelisah memikirkan Alya. Menjelang subuh, ia akhirnya mematikan laptop. Keputusannya sudah bulat. Ia harus bicara, apa pun risikonya.

Perjalanan ke rumah Bu Aminah pagi itu terasa sangat berbeda. Jalanan desa yang biasanya menenangkan kini terasa seperti jalur menuju pengadilan. Saat mobilnya berhenti di depan rumah kayu yang asri itu.

jantungnya berdebar kencang. Ia melihat Alya sedang menyiram tanaman di halaman depan. Istrinya itu menoleh saat mendengar suara mobilnya. Ada keterkejutan di matanya, diikuti oleh ekspresi datar yang kembali terpasang seperti sebuah perisai.

Alya tidak menyambutnya. Ia hanya meletakkan selang air dan masuk ke dalam rumah, membiarkan pintu depannya tetap terbuka. Sebuah undangan yang dingin.

Arka menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar dari mobil.

Ia baru saja akan turun saat Bu Aminah muncul dan berdiri di ambang pintu, seolah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 96 - Surat di Atas Bantal

    ​Kertas putih yang terlipat rapi itu terasa berat di tangan Alya, jauh lebih berat dari bobotnya yang sesungguhnya. Kertas itu seolah menyerap semua keheningan dan ketegangan di dalam kamar tidur mereka yang kini terasa asing. Nama ‘Alya-ku tersayang’ yang tertulis dengan gaya tulisan tangan Arka yang tegas namun elegan, membuatnya bergidik.​Sebagian dirinya, bagian yang lelah dan terluka, berteriak untuk meremas kertas itu menjadi bola, melemparkannya ke tempat sampah, dan pergi dari sana tanpa menoleh ke belakang. Itu adalah jalan yang paling aman. Kata-kata Arka adalah senjata. Dulu, ia menggunakan kata-kata manis untuk menjebaknya, kata-kata kejam untuk menghancurkannya. Apa bedanya dengan sekarang?​“Jangan dibaca,” bisik suara ketakutan di dalam dirinya. “Itu hanya akan berisi kebohongan indah. Alasan-alasan yang dirangkai untuk membuatnya terlihat seperti pahlawan. Itu hanya akan membuatmu goyah.”​Namun, sebagian dirinya yang lain, bagian yang masih mengingat Arka yang membua

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 95 - Benteng Baru

    ​Fajar di Desa kecil datang dengan cara yang sama lembutnya seperti biasa. Cahaya matahari keemasan perlahan menerangi puncak-puncak gunung, dan kicauan burung menjadi alarm alami. Namun bagi Alya, pagi itu terasa berbeda. Ia terbangun di kamar masa kecilnya di rumah Bu Aminah, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa seperti kembali menjadi gadis rapuh seperti dulu, bukan seorang istri atau ibu.​Perasaan hampa yang dingin menyelimutinya. Semalam, setelah melihat berita dan menerima telepon dari Arka, ia tidak menangis lagi. Ia hanya duduk dalam diam, membiarkan rasa sakit itu meresap hingga ia mati rasa. Arka telah memilih. Dan kini, ia juga harus memilih. Memilih untuk hancur, atau memilih untuk bangkit.​Ia mendengar suara tawa Bara dari ruang tengah. Pilihan itu menjadi sangat jelas.​Saat ia keluar dari kamar, putranya itu sedang asyik menyusun balok-balok kayu bersama Bu Aminah. Melihat ibunya, Bara langsung berlari dan memeluk kakinya.​“Bunda, selamat pagi!”​

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 94 - Syarat Sang Sandra

    Sandra berjalan pelan mendekati meja Arka, tatapannya menyapu sekeliling ruangan megah itu, seolah menilai kembali teritori yang pernah hilang.“Ibu akui, kemampuanmu tidak tumpul,” kata Sandra memulai, suaranya terdengar datar, sebuah pujian yang tidak terasa seperti pujian. “Kamu berhasil menenangkan mereka untuk saat ini.”Arka tidak merespon. Ia hanya menatap ibunya dengan sorot mata lelah namun tajam. Ia sudah tidak punya energi untuk basa-basi. “Langsung saja ke intinya, Bu. Apa yang Ibu inginkan?”Sandra tersenyum tipis, senyum yang sama yang selalu ia gunakan dalam negosiasi bisnis. Senyum yang menandakan ia merasa memegang kendali.“Tentu saja,” katanya, duduk di kursi di seberang meja Arka tanpa diundang. “Ibu senang kamu kembali. Ini adalah tempatmu yang seharusnya. Sekarang, karena Ibu sudah mengizinkanmu kembali memegang kendali sementara, ada beberapa syarat yang harus kamu patuhi.”Arka menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangannya di dada. Sikapnya menunjukkan i

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 93 - Suara Dari Seberang

    ​Di ruang rapat PT.Arroihan Group, Arka adalah sang kaisar. Dingin, penuh kendali, dan tak terbantahkan. Dalam waktu kurang dari dua jam, ia berhasil membungkam para penentang, memaparkan rencana penyelamatan yang brilian, dan memaksa dewan direksi untuk memberinya kuasa penuh. Konferensi pers investor yang mengancam itu pun dibatalkan. Badai pertama berhasil ia redam.​Namun, saat ia kembali ke keheningan kantor CEO-nya yang megah, kemenangan itu terasa hampa. Adrenalin bisnis yang memompa darahnya selama rapat kini surut, menyisakan kekosongan yang luar biasa dan rasa rindu yang menyakitkan pada keluarganya.Di atas meja mahoni yang berkilauan, ia meletakkan satu-satunya benda pribadi yang ia bawa, gambar keluarga buatan Bara. Tiga sosok bergandengan tangan di bawah matahari. Sebuah dunia yang begitu kontras dengan pemandangan hutan beton dari jendela kantornya.​Ia meraih ponselnya, mengabaikan puluhan notifikasi ucapan selamat. Matanya hanya tertuju pada satu hal. Tautan berita ya

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 92 - Medan Perang Bernama Ruang Rapat

    ​Kehadiran Arka di ruang rapat itu seperti ledakan bom tanpa suara. Semua anggota dewan direksi yang hadir, para pria dan wanita paruh baya yang mengenalnya sejak kecil menatapnya dengan campuran keterkejutan, kelegaan, dan sedikit rasa gentar. Mereka semua tahu legenda tentang “Kaisar Es” yang bisa membalikkan keadaan mustahil. Dan kini, legenda itu telah kembali. ​Sandra Arroihan adalah yang pertama kali pulih dari keterkejutannya. Wajahnya yang pucat pasi kini memerah karena amarah. ​“Apa-apaan ini, Vira?” desisnya pada Vira yang berdiri di samping Arka. “Ini rencanamu? Membawa anak pembangkang ini kembali ke sini tanpa persetujuanku?” ​“Maaf, Bu Sandra,” jawab Vira dengan tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang. “Situasinya darurat. Kita butuh pemimpin yang sesungguhnya.” ​Arka tidak memedulikan drama itu. Matanya yang dingin menatap satu per satu wajah di sekeliling meja. Ia melihat Pak Hartono, CEO penggantinya, yang kini menunduk, tidak berani menatapnya. Ia melihat

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 91 - Fahar di Dunia yang berbeda

    ​Fajar di Jakarta menyingsing dengan cara yang berbeda. Bukan semburat jingga di atas gunung, melainkan cahaya kelabu yang menembus polusi udara dan memantul di gedung-gedung pencakar langit. Saat mobil yang ia tumpangi berhenti, Arka merasakan perubahan itu. Udara yang ia hirup terasa lebih berat, lebih panas, dan penuh dengan energi yang tergesa-gesa.​Ia menyalakan ponselnya dan langsung dibanjiri puluhan notifikasi. Pesan dari Vira, email dari dewan direksi, tautan berita tentang rumor kejatuhan PT. Arroihan Group. Dunianya yang dulu kembali menelannya dengan rakus.​Sebuah sedan hitam mewah sudah menunggunya di terminal kedatangan. Sopir pribadinya yang lama, Pak Bowo, menyambutnya dengan tatapan terkejut sekaligus lega.​“Selamat datang kembali, Pak Arka,” sapanya hormat, membukakan pintu untuknya.​“Terima kasih, Pak Bowo,” jawab Arka singkat.​Saat mobil melaju membelah kemacetan pagi Jakarta, Arka menatap keluar jendela. Pemandangan yang dulu adalah kesehariannya—gedung-gedun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status