Share

Chapter 3 (Jessen Luders)

Jessen Luders adalah cowok idaman bagi setiap gadis yang menatapnya dalam pandangan pertama. Badan yang atletis di dukung dengan wajah yang rupawan sangat memikat hati. Tak jarang banyak wanita yang mendekatinya, namun pada awalnya saja.

Kau tau, Jessen sangatlah dingin. Setiap kalimat yang terucap dari bibirnya sangat kejam dan menusuk hati. Tak jarang banyak pula wanita yang atrek mundur. Iya mundur.

Setiap wanita yang mencoba mendekatinya selalu di ancam dengan tulisan dalam sebuah buku. Selalu!

-Untukmu

Kau tau aku sangat membenci orang yang sok dekat denganku. Kalau kau mendekat lagi, kau akan rasakan akibatnya!

-Jessen

Membacanya saja sudah membuat merinding wanita yang mencoba mendekatinya. Kejam? Ya memang.

Jessen hidup dalam keluarga broken home, Ayahnya seorang yang kaya raya dan ibunya seorang pembisnis yang sukses. Kedua orang tuanya sangat membuatnya terusik. Mereka selalu bertengkar dan akhirnya bercerai... Dan Jessen memilih untuk tinggal bersama ibunya. Chatty Luders.

Ibunya selalu tidak punya waktu untuk bersama dengannya. Hanya neneknya yang selalu bersamanya. Neneknya sangat penuh kasih dan sangat menyayangi Jessen. Jessen sangat bersyukur akan hal itu.

Namun semua hal berbeda setelah neneknya meninggal. Suasana rumah jadi kelam.

Jessen masih berusaha untuk menjalani hidupnya dan mencoba untuk menjadi seseorang yang sama. Namun semua nihil.

Setiap orang yang mendekat padanya hanya karena dia kaya dan tampan, tidak lebih. Kecuali ada satu teman Jessen yang benar berteman dengannya dengan tulus hati. Ken namanya.

Miris.

"Valen cepetan dong!" Pekik gadis yang ada di hadapan Jessen sedang menatap temannya yang ada di seberang jalan.

Pekikkan itu membuat temannya berlari ke arahnya sambil terengah-engah. "Sabar dong, kau ngak tau apa tadi ada kucing yang tersesat? Kasian tau ngak."

Jessen yang tidak peduli akan mereka. Mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya serta mengambil headset mencoba memutar musik.

"Kau tau nanti kita terlambat!"

"Tenanglah... Kasian kucingnya terpisah dari orang tuanya. Dia sendirian"

Kalimat itu menusuk hati Jessen. Dia merasakan kalimat itu seperti mengarah kepadanya, padahal itu adalah kucing.

Jessen memasukkan kembali headsetnya ke saku celana. Entah apa yang membuatnya menjadi penasaran perbincangan dari mereka.

"Aku tau rasanya jadi seperti dia." Valen memandang Tessa dalam.

Tessa merangkulnya. "Sudahlah Val."

"Oh ya, kau apain kucing tadi?" Tessa mengalihkan pembicaraan.

Aura riang terlukis di wajah Valen. "Aku bawa!"

Tessa menyergit kaget. "Kau bawa?! Mana?!"

"Di tas, lihat aku ngak menutup tasku sepenuhnya biar dia bisa bernapas. Hehe."

Kepolosan Valen membuat Jessen menahan tawa yang membuat tubuhnya bergetar.

"Gila! Kenapa kau jadi pedulian gini sih?"

"Kasian loh sama dia, pokoknya aku harus bawa dia! Aku akan urus dan buat dia bahagia."

Senyuman kecil sinis pun terlukis di bibir Jessen. Memangnya kau tau apa yang membuat dia bahagia, huh? Dia hanya ingin orang tuanya kembali.

"Walupun aku ngak bisa jadi orang yang paling membuatnya bahagia. Setidaknya aku berusaha jadi bernilai di matanya."

Jessen tertegun karena kalimat yang keluar dari mulut Valen. Dia menatap gadis itu tajam.

Tessa menyenggol badan Valen kesal. "Ihh... Lebay."

"Terserahmulah mau buat apa ke dia. Yang penting kita harus cepat ke sekolah. Nanti telat, kena hukum lagi!" Tessa mengingatkan setelah melihat jam tangannya sudah mengarahkan ke jam 7.40

Mereka berlari meninggalkan Jessen seorang diri.

Jessen yang tidak peduli akan waktu terus melanjutkan langkahnya dengan santai.

***

Pelajaran yang memuakkan telah berakhir. Jessen benci pelajaran sekolah yang menurutnya tidak perlu di ajarkan lagi. Itu terlalu mudah.

Ya, Jessen itu seorang yang sangat pandai di kelasnya. Tidak... Di sekolahnya! Bagaimana tidak? Setiap harinya selalu di penuhi dengan membaca, menghitung dan menghapal. Semua sangat mudah baginya. Dia tidak pernah jemu akan hal itu karena dia merasa waktu tidak terbuang secara percuma.

Pandangannya mengarah ke luar pintu kelas. Mengumpulkan niat untuk pergi ke kantin hanya untuk sekedar minum dan langsung berangkat ke perpus. Itulah yang setiap hari ia lakukan.

Bagi orang biasa hal yang di lakukan Jessen terlihat berlebihan dan terlalu culun. Namun tidak baginya, hal itu yang selalu bisa membuatnya berarti.

Berjalan melewati koridor menuju kantin.

Brukk.

"Maaf maaf kak saya tidak sengaja." Jessen menatap dengan dingin wanita yang ada di hadapannya. "Ini cewek yang tadi." Pikir Jessen dalam hati.

Wanita ini sibuk merapikan baju Jessen.

Jessen yang tidak menginginkan terjadinya percakapan di antara mereka berjalan meninggalkannya.

Di kantin Jessen memesan minuman dan duduk tepat di sudut kantin kerena hanya tempat itu yang terlihat sepi. Jessen sangat benci keramaian, menurutnya itu sangat menganggu. Dia duduk dan mencoba menghabiskan minuman yang di genggamnya. Teringat akan kejadian tadi dan ucapan wanita itu. Sangat menganggu.

Kenapa aku harus mikirin dia?!

"Hai kak." Terdengar sahutan yang suaranya tidak asing.

Jessen meliriknya sekejap. Tak salah lagi, itu dia. "Aku sibuk, pergi. Dasar bodoh."

Jessen kembali meneguk minumannya dan terkaget karena wanita itu membentaknya.

"Denger ya kak, jangan sok ganteng deh. Ya aku tau kakak ganteng, tapi di atas langit masih ada langit jadi jangan merasa WOW." Wajah wanita itu terlihat sangat emosional.

Jessen sedikit terkejut melihat ekspresinya dan mulai menatapnya dingin.

"Aku juga bisa dapet yang lebih ganteng dari pada kakak tau ngak! Lihat aja nanti!" Valen meninggalkan Jessen tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya, pergi dengan kesal dan amarah.

"Aku jadi ngak selera makan. Ayo balik ke kelas." Sambungnya pada temannya.

Mereka pergi. Dan begitu pula setelah itu Jessen pun pergi menuju perpustakaan. Teringat akan wanita itu, membuat senyum sinis tergaris di wajah tampannya.

Menarik juga...

Jessen mulai menyusun rencana dengan membuat sepucuk surat yang akan menakuti Valen. Jessen tidak terima harus di jawab kasar oleh seorang wanita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status