Share

Bab 7

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2025-10-02 12:47:14

7. Mahluk Lain

Hatiku Cemburu.

Penulis: Lusia Sudarti

Part 7

***

Pantas saja mahluk-mahluk berkeliaran, karena aku pun sedang mengandung. Mereka menyukai aroma-aroma wanita hamil. Menurut mereka wanita hamil itu harum.

"Yank, lihatlah mereka?" bisikku kepada suami sambil memajukan dagu ke arah mahluk-mahluk itu.

"Iya yank, Mas udah tau!" bisiknya juga.

"Biarin aja Yank! Nanti mereka pergi sendiri," sambungnya. Aku pun mengangguk dan mengabaikan mereka.

"Yank, Melati pun masih mengikuti Kita!" jelasku saat di mobil.

Beberapa menit kemudian, kami menyelesaikan makan malam dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke tempat muat.

Suami fokus menyetir karena jalanan begitu padat merayap.

"Iya yank!" Sesekali masih menjawab ucapanku dan tersenyum kearahku.

Hooaaam ...

Kedua netraku rasanya begitu berat.

"Tidur aja yank!" ucapnya melihat kearahku yang mengantuk berat.

Aku pindah ke belakang jok membaringkan tubuh.

Setelah beberapa detik, aku pun terbang ke pulau kapuk.

Suara gaduh membuatku terbangun dari tidurku. Ku edarkan pandanganku! Oh ternyata sudah sampai di pelabuhan. "Pantes aja berisik banget!" gumamku.

Mataku mencari-cari keberadaan Suamiku. Tapi belum kutemukan. Keadaan sekitar masih remang-remang. Aku melirik jam, ternyata masih pukul 01:00 malam.

Aku haus sekali! Aku raih air mineral di sudut. Setelah menghabiskan minum. Tiba-tiba pintu mobil terbuka dari luar.

Ternyata suamiku membawa dua bungkus nasi goreng.

"Oh Permaisuriku sudah bangun rupanya!" sapanya dengan bibir tersenyum.

"Darimana Yank? Kok nggak pamit sih?" protesku.

"Kan beli nasgor yank!" jawabnya, lalu bergeser ke sisiku, lalu memeluk tubuhku.

"Yank ...," bisiknya di telingaku.

"Hemm, apa?" desisku karena geli. Kumis tipisnya menempel dan menusuk daun telingaku.

Aku menghindari sentuhannya.

Tapi pelukannya semakin erat dan mengunci seluruh tubuhku.

Kedua netranya menatapku sendu.

Perlahan ia mendaratkan kecvpan di kening. Detik berikutnya, terjadi penyatuan yang membuatku lelah tak berdaya.

Suamiku mengakhiri permainan dengan teriakan tertahan. Setelah semburan magma membasahi rahimku.

Mas Ardian membaringkan tubuh yang basah karena peluh. Tersenyum mencium keningku.

"Makasih yank," bisiknya ditelingaku.

Aku pun tersenyum dan mengangguk sembari mengatur nafas.

"Aku juga yank, terima kasih sudah memberikan yang terbaik."

Erat kupeluk tubuhnya yang basah karena keringat.

"Yank, yank. Nasgornya dimakan dulu, tambah dingin nanti!"

Tubuhku di guncang lembut untuk membangunkanku yang tertidur karena kelelahan.

Aku nengucek mataku yang masih terasa berat, dengan bantuannya aku duduk bersandar.

"Yank, anter dulu ke toilet dong?" rengekku.

"Hemm, ayo yank!"

Setelah turun kami mencari toilet yang bersih. Di warung-warung pelabuhan banyak tersedia toilet umum. Aku celingukan mencari yang kosong.

Ada suara-suara aneh di toilet paling ujung. Suara desahan wanita dan laki-laki terdengar samar.

"Sini yank, kosong!"

Tanganku di tarik Mas Ardian menuju toilet yang kosong. Aku masuk ke dalam dan langsung mandi, karena sudah shubuh.

Setelah bergantian mandi kami pun kembali ke mobil.

Kami bertemu seorang wanita berambut pirang sebahu bersama seorang laki-laki yang juga dari toilet.

Mungkinkah mereka ya?" gumamku dalam hati.

"Ah masa bodoh lah."

Wanita itu tersenyum simpul. Melangkah menjauh keluar pelabuhan dengan tergesa. Setelah menerima beberapa lembar uang berwarna biru.

Dan yang laki-laki menuju ke arah parkiran mobil. Berjarak tiga buah mobil dari mobil kami.

Pemandangan seperti sering terjadi di pelabuhan ini. Apa lagi saat masih shubuh begini, penjaga masih istirahat.

Setelah sarapan, suami memeriksa mobil, memeriksa ban, oli dan yang lainnya.

"Yank, ayo duduk di warung beli kopi!" ajaknya.

Sambil membantu turun dari mobil.

Lalu kami menuju sebuah warung yang telah buka.

"Mi, kopi hitam sama luak!"

Mas Ardian memesan kopi ke pemilik warung.

"Baik A, apalagi?" jawab pemilik warung.

"Sudah Mi."

Pemilik warung mengangguk, kemudian beliau berseru kepada sang pelayan.

"Neng, kopi dua hitam dan luak," teriaknya.

"Iya Mi," jawab cewek di dalam.

"Itu Neng, berikan kepada AA dan teteh yang duduk di depan," seru pemilik warung menoleh ke arah kami.

Lalu Ia melangkah ke arah kami.

Sambil menebar senyuman yang menggoda.

Aku memasang wajah tak bersahabat. Pandangan tajam aku arahkan padanya.

Ia menatapku dengan tatapan sedikit takut dan bergegas masuk.

Ehem ...

Suamiku mengalihkan pandangannya kearahku, setelah kepergok mencuri pandang ke pelayan tadi.

Aku hanya diam, aku acuh, aku cuek.

"Yank, minum dulu habis mobil itu kita muat!" ujarnya kepadaku.

Aku tetap tak bergeming. Mas Ardian lebih mendekat kearahku.

Aku masih tetap diam tak bergerak.

Panggilan untuk muat terdengar.

"Ayo yank!" ajaknya sembari mengulurkan tangan kepadaku setelah menghabiskan kopinya.

Aku menggeleng.

"Muat sana, aku tunggu disini!" tolakku.

Ia terkejut mendengar jawabanku.

Wajahnya berubah sendu.

Suara panggilan kembali terdengar.

Akhirnya Mas Ardian pun berlari dan membawa mobil untuk muat keatas kapal tongkang.

Aku hanya duduk melihat dari warung.

"Neng, bukan asli sini ya?" suara pemilik warung mengagetkanku.

"Eh iya Bu. Saya dari Sumatera ikut suami disini untuk cari pengalaman," jawabku ramah.

"Iya Neng, cari pengalaman di rantauan!" jawab ibu pemilik warung begitu ramah.

"Iya Bu."

Ada lelaki berjalan kearah warung, ia memakai seragam satpam. Menatapku heran, karena mungkin aku asing bagi orang-orang sini.

"Mih, kopi hitam satu!"

Pelanggan warung, memakai seragam Satpam dan duduk di seberangku.

Satpam tersebut menatapku lagi, lalu tersenyum.

"Nunggu siapa Mbak?" tanyanya teduh dan senyumnya hangat juga ramah.

"Nunggu Suami Pak." jawabku yang juga ramah.

"Oh ... iya."

Pak satpam kembali mengangguk.

"Ini kopinya Pak!" pelayan tadi membawa kopi pesanan Satpam dengan memasang senyum genit.

"Terima kasih, Neng!" sahutnya.

Aku memasang wajah sinis kearah pelayan tadi.

Ia pun pamit ke belakang lagi.

🥀🥀🥀🥀🥀

Dari kejauhan mobil suami hampir selesai muatnya.

Aku edarkan pandangan dan berhenti pada satu titik. Laut lepas, ombak kecil bergulung-gulung, saling kejar-kejaran mencapai tepi.

Suasana sepagi ini, tapi udara panas sudah terasa angin laut sepoi-sepoi menerpa kulit.

Anganku jauuhh menerawang.

"Bagaimana seandainya aku disini yang tak mengenal siapapun, tak punya saudara dan jauh orang tua.

Di sia-siakan oleh suamiku?" l1rih hatiku sedih membayangkan itu semua.

"Yank ..."

Suara lembut membuyarkan lamunanku.

Sama sekali tak aku hiraukan panggilannya.

Aku seka air mata yang menetes di pipiku untuk menghilangkan jejak kesedihanku.

Mas Ardian pun duduk di sebelahku.

Dan menghela nafas berat, tatapannya tampak sayu.

"Maafin Mas yank kalau ada salah! Tapi jangan seperti ini caranya," suaranya lir1h dan sendu.

Pandangan matanya menyapu laut luas membentang.

Aku bangkit dan menyusuri dermaga kapal sekaligus mengarah ke mobil. Tanpa sepatah kata pun aku ucap, tanpa sedikit pun aku menoleh.

Terdengar langkah kaki setengah berlari kecil di belakangku.

Aku pun naik ke mobil dan duduk di kursi jok sebelah kiri.

Bersambung

Mungkin cerita-cerita yang ku tulis tak menarik untuk di baca.

Seandainya pembaca berkenan. Mohon subscribe, follow dan tekan lope nya. Terimakasih yang sudah mampir🙏🙏😊

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 17

    17. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku) Beristirahat Di Warung. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Yank ... yank!" Aku membuka mata perlahan dan memindai pandanganku ... ternyata ...! ========= "Mimpi apa yank? Kok sampai senyum-senyum begitu?" tanya Mas Ardian kepadaku. Aku menatapnya tak percaya. "Benarkah, yank?" "Iya, betul yank! Mas sampai bingung melihatnya," Aku menatap keluar mobil, hari mulai senja. Lampu-lampu penerangan di pinggir jalan telah menyala. "Sudah hampir magrib ya yank?" tanyaku sambil menatap sunset yang menghiasi langit di ufuk barat dengan indahnya. "Iya, Sayang! Makanya, Mas bangunin ... karena akan memasuki magrib," jawabnya sambil tetap fokus di jalan. Aku hanya mengangguk dan memperhatikan jalan raya yang padat merayap. "Nanti sebelum alas Roban kita istirahat dulu di warung yank," ujarnya. Aku menoleh dan mengangguk. "Iya yank." "Yank ...," panggilnya kepadaku. "Iya, yank!" jawabku. Aku menoleh dan menatapnya. "Sudah lapar belum?" tanyany

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 16

    16. Makhluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Melati Menitipkan Sebuah Nama, Untuk Calon Anakku.Penulis : Lusia SudartiPart 16Aku terperanjat ketika daun pintu toilet tertutup dengan kuat.============Aku terpaksa mengurungkan niatku untuk segera keluar dari kamar mandi, karena tiba-tiba daun pintu tertutup dengan sendirinya."Hahaha ... Vina! Kemarilah. Aku menginginkan calon bayi dalam kandunganm!"Aku terkejut mendengar suara tanpa wujud. Dengan segenap keberanian dan keyakinan, aku menyapu setiap sudut kamar mandi dengan pandanganku. Dari sudut toilet, aku melihat asap tipis bergulung dan ..."Sosok bayangan yang semula mengganggu, kini menampakkan diri. Asap putih perlahan menjelma menjadi sosok manusia setengah ular. Tubuh manusia dengan kepala ular, bertahta mahkota berkilau.Mahluk itu menyeringai sambil menatapku. Lidahnya menjulur dan bercabang. Serta meneteskan lendir menjijikan. "Wahai manusia, besar juga keberanianmu!" Aku sedikit bergidik melihat pemandangan yang terpa

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 15

    15. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku)Pom Bensin Terbengkalai.Penulis : Lusia SudartiPart 15"Berdoalah, sementara aku akan membantu kalian semampuku," sambung Melati."Terima kasih Melati," ujarku. Lalu sosoknya menghilang dari pandanganku.===========Aku tergagap lalu terjaga dari tidurku.Suamiku masih fokus mengemudi, maklum jalan masih padat merayap. Jalan penghubung antar provinsi."Hei, sudah bangun yank?" tanyanya sambil menoleh sejenak ke arahku."Iya yank," jawabku sembari berpindah tempat ke kursi sebelah kiri."Kira-kira jam berapa kita sampai Semarang yank?" tanyaku tanpa menoleh kepadanya."Kalau enggak ada halangan besok pukul delapan pagi kita sampai yank."Aku manggut-manggut. "Mendungnya gelap banget yank!" ujarku.Suami mendongakkan wajah keluar jendela."Iya yank, jika ada tempat yang aman kita istirahat dulu ya?" pintaku."Iya kita cari pom bensin nanti." Setelah berkendara di dalam guyuran hujan lebat akhirnya kami menemukan sebuah pom bensin yang terbengk

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 14

    Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Mahluk Jahat Mengikuti AkuPenulis : Lusia SudartiPart 14Selang beberapa menit, Suamiku masuk ke mobil kembali, ia menyalakan mobil dan memanasinya sejenak. Mang Adek pun demikian, mobilnya melaju perlahan dan di susul Suamiku.Mobil membelah jalan raya, kami memasuki daerah Tegal. Itu artinya masih jauh untuk tiba di Semarang.Entah sudah melewati berapa kota, aku juga tak tahu, karena terlalu mengantuk aku melewatkan beberapa moment di perjalanan.Aku termenung sembari menikmati hentakan dalam mobil yang di kemudikan Suami."Yank, ini yang namanya alas roban," ucapan suamiku membuyarkan lamunan. Aku mengedarkan pandangan ke luar, mengamati jalan yang berliku dengan hutan yang rimbun di kanan kiri jalan, dan jembatan panjang. Dari sisi kanan kiri jalan terdapat orang-orang yang membawa sapu lidi seolah hendak menyapu. "Yank, ambil beberapa keping uang logam dan lemparkan ke sisi jalan." titah suamiku.Aku segera melaksanakan perintah suamiku. Dan

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 13

    13. Mahluk LainPerjalanan Ke SemarangPenulis : Lusia SudartiPart 13"Bu, berapa semua?" tanya suamiku sembari mengabiskan sisa jus, pun dengan aku. Ibu warteg menghitung semua. "Tiga puluh lima semuanya Mas," jawabnya sembari memberikan bon dan segera di bayar oleh suami. Kami lalu pamit kepada Hendra dan istrinya.Malam ini kami melakukan perjalanan ke Semarang melalui jalan alternatif untuk sampai ke jalan raya."Yank," panggilku."Hemm," jawabnya sambil masih fokus di jalan yang masih padat merayap. Maklum jalan penghubung antar Provinsi.Setelah mengambil kartu, ia menatapku."Apa yank?" tanyanya menoleh kearahku, lalu fokus lagi."Jauh ya Semarang?" tanyaku, aku menghirup udara sejuk di malam hari pandangan aku edarkan di sisi jalan yang remang-remang. Dari kejauhan kerlap kerlip cahaya dari gedung-gedung di tengah kota."Lumayan yank?" jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.💐💐💐💐Malam semakin larut, aku terlelap saat suami memarkirkan mobil di depan warung."Udah sampa

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 12

    12. Mahluk LainBongkar Ke Semarang.Penulis : Lusia SudartiPart 12Setelah selesai mencuci dan mandi, suami mengajak aku ke warung Heri, di sisi keluar pom."Ri, kopi sama mie kuah dua ya?" kata suamiku."Iya A."Kami duduk di bale bambu sambil mencharger ponsel, sekalian menanti informasi muat.***Ting!Suara notif dari benda pintar yang sedang aku charger. Segera ku-raih untuk memeriksa notif pesan yang baru saja masuk."Yank, nih ada info muat!"Aku memberikan gawai kepada suamiku yang sedang berbaring di sisiku. Sementara pesanan belum di antar."Ya udah kita makan mie sama ngopi dulu yank, baru kita berangkat. Tempat bongkar kita jauh yank!" ujarnya memberitahu aku, tanpa melihatku karena masih fokus ke layar ponsel."Kemana yank bongkarnya?" tanyaku menatap lekat kearahnya karena penasaran."Ke Semarang yank," jawabnya masih fokus ke layar.Aku terbelalak kaget. "Yang bener yank?" kataku tak percaya.Aku belum yakin, ia memberikan ponsel kepadaku. Aku membuka info dari perusa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status