Share

Bab 4

Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya aku sampai juga di panti asuhan. Aku segera turun dari taksi online setelah membayar tarifnya. Tadi aku sudah minta keoada sopir taksinya untuk mampir sebentar ke tempat buah untuk buah tangan kepada anak-anak panti.

"Assalamualaikum," ucapku agak keras.

"Waalaikumsalam, eh mashaAllah Kinan, ini teh beneran kamu? Alhamdulillah kirain kamu teh uda lupa sama kami yang ada di panti," jawab Mahira, sahabatku di panti sejak kecil. Dia sama sepertiku sampai besar tidak ada yang mengadopsi, jadilah kami berdua mengabdi di panti sampai akhirnya aku meninggalkan panti saat menikah dengan Mas Jaka.

"Hehehe, apasih Hiraa? Akutuh ya jelaslah ga lupa sama kamu. Apalagi sama anak-anak panti. Eh iya ini sedikit oleh-oleh untuk anak panti," jawabku.

"Haduh kamu jni pake repot segala bawa beginian. Kamu datang berkunjung ke panti aja kita udah seneng banget loh. Eh iya lupa, ayuk atuh masuk dulu. Kita ngobrolnya lanjut di dalem aja. Masak berdiri terus di depan pintu gini sih," Mahira mengajakku masuk ke panti.

"Eh iya gimana kabar anak-anak panti sehat semua kan? Bu Hasna juga gimana kabarnya?" sambungku bertanya pada Mahira.

"Alhamdulillah semua sehat. Cuma Bu Hasna agak kurang badan. Sudah 2 hari ini beliau badannya panas. Aku sudah aja ke dokter tapi kata beliau nggak usah, minum obat warung aja cukup. Kamu tau sendiri dari dulu Bu Hasna memang tidak suka dibawa ke dokter bukan," cerita Mahira.

"Innalillahi, ayok antar aku ke kamar Bu Hasna. Pantas saja dari kemarin perasaanku tidak enak. Kepikiran terus sama beliau," ujarku.

Aku diantar Mahira ke kamar Bu Hasna. Kuketuk perlahan pintu kamar beliau.

Ceklek ..

Pintu perlahan terbuka. Terlihat olehku Bu Hasna membuka pintu. Raut wajahnya terlihat sayu. Mukanya pucat sekali. Segera kupeluk wanita yang sudah membesarkanku selama ini.

"Assalamuaikum Bu Hasna, ini Kinan datang," kataku dalam pelukan beliau sembari terisak.

"Waalaikumsalam Nduk, kamu datang? MashaAllah gimana kabarnya? Sudah lama sekali kamu tidak berkunjung kesini. Ibu kangen sama kamu. Suami kamu mana?" Bu Hasna berkata pelan.

"Kinan sehat, Bu. Huhuhu Kinan baik-baik saja," entah mengapa aku reflek menangis terisak di pelukan Bu Hasna. Pelukan yang sangat menenangkanku.

"Wes tho, cup cup cup. Kamu kenapa malah nangis? Ayo sini duduk dulu. Ibu belum kuat kalau harus berdiri lama. Masih suka pusing," Bu Hasna mengajakku duduk di tempat tidurnya yang sederhana.

Mahira sudah menghilang ke belakang, katanya sih tadi mau membuatkan aku minum. Dasar anak itu masih saja suka menghilang seenaknya. Aku sudah duduk di kasur bersama Bu Hasna. Ku pandangi lagi wajah teduh Bu Hasna, ku lihat wajah beliau yang semakin menua, tapi tidak melunturkan kharisma dan kewibawaan beliau. Memang Bu Hasna ini super sekali.

"Kamu sudah lama tidak kesini, ibu kira kamu sudah melupakan kami sekarang," tanya Bu Hasna sambil tersenyum.

"Ah.. Ibu bisa saja bicaranya. Kinan tidak akan pernah melupakan Ibu dan anak-anak di panti ini. Kinan tumbuh besar di panti ini. Dan berkat Bu Hasna pula, Kinan sekarang bisa tumbuh seperti ini," jawabku.

"Hahah.. Baiklah Kinan. Ibu percaya kamu tidak akan sejahat itu melupakan kami. Jadi kamu sendirian atau bersama suamimu?" 

"Kinan sendirian, Bu. Mas Jaka tidak bisa ikut karena ada meeting penting hari ini. Kinan tidak enak perasaannya dari kemarin, jadi Kinan memohon pada Mas Jaka agar diijinkan untuk silaturahmi ke panti."

Toktoktok...

Terdengar suara ketukan pintu, ternyata Mahira datang membawa 2 cangkir teh hangat juga camilan.

"Wah Hira kamu baik sekali, makasih loh udah dibikinin teh, kamu teh emang terbaik teh" ucapku menggoda Mahira yang selalu menmbahkan kata teh di kalimatnya.

Aku pun mengobrol panjang lebar dengan Bu Hasna dan juga Mahira. Syukurlah kulihat Bu Hasna sudah mulai bisa tersenyum dan suhu badannya juga tidak panas lagi siang ini. Aku bahagia bisa ke panti yang suasananya tenang, membuat damai hatiku. Ah seandainya saja setiap hari aku bisa merasakan ketenangan tampa teriakan dari ibu mertua. Alangkah bahagianya hatiku. 

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status