Home / Romansa / Mainan Baru Tuan Montevista / 7: Berani, Tapi Axel Suka

Share

7: Berani, Tapi Axel Suka

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2025-11-03 15:11:50

Pagi itu, aku menjalankan misi. Aku harus menemukan kelemahan Axel. Setelah Axel pergi untuk urusan bisnis, aku menyelinap ke perpustakaan pribadinya. Aku tahu aku melanggar batas, tetapi rasa ingin tahuku jauh lebih kuat dari rasa takut.

Aku mencari petunjuk personal, bukan dokumen bisnis. Akhirnya, mataku tertuju pada sebuah bingkai foto perak kecil yang terbalik di atas meja. Aku meraihnya.

Di dalamnya, terdapat foto Axel, jauh lebih muda dan tersenyum. Senyum itu hangat, tulus, dan sama sekali berbeda dari topeng Billionaire yang kukenal. Di sampingnya, berdiri seorang wanita cantik berambut cokelat dengan mata yang bersinar penuh kebahagiaan. Di balik foto, ada tulisan tangan yang indah: “Selamanya, di sini, di Montevista. M&A.”

Jadi, ada seseorang yang pernah dicintai Axel. Kehancuran dalam matanya yang kulihat kemarin malam—ini alasannya. Aku buru-buru meletakkan foto itu kembali ke tempatnya.

“Mencari sesuatu, Nyonya Montevista?”

Suara berat dan dingin itu membuatku membeku. Axel berdiri di ambang pintu, matanya yang perak tajam dan penuh peringatan.

“Hanya mencari buku tentang sejarah arsitektur mansion ini,” jawabku, pura-pura tenang.

Axel melangkah maju. “Jangan pernah mencoba menggunakan nama Montevista untuk menyelidiki masa laluku, Keisha.” Ia mendekat. “Kau adalah masa depanku, bukan penyelidik masa laluku. Kau hanya perlu fokus pada tugas yang sudah disepakati.”

Aku menatap balik. “Aku hanya ingin tahu kenapa aku. Kenapa bukan wanita dari kalangan yang sama sepertimu? Yang tidak akan memberimu masalah dengan Claudia.”

Axel tersenyum dingin. “Aku memilih yang menurutku paling efektif. Sekarang, bersiap. Kita ada acara amal penting.”

Sore itu, aku diinstruksikan untuk menghadiri acara amal penting yang diselenggarakan oleh Montevista Group. Axel ingin secara publik memperkenalkan “pengantin baru”nya.

Di dalam ballroom mewah, aku berjalan di samping Axel, menjalankan peranku sebagai Nyonya Montevista yang anggun. Kami menjadi pusat perhatian.

Tiba-tiba, seorang wanita melangkah ke arah kami. Ia tinggi, ramping, dengan rambut cokelat, terlihat berkelas, tetapi sorot matanya kini tajam dan penuh kecemburuan.

“Axel Mardon Montevista,” katanya, suaranya halus namun menusuk. “Aku kira kau akan menikah dengan wanita yang setara. Aku tidak menyangka selera wanitamu menurun drastis.”

“Claudia,” sapa Axel dingin. “Izinkan aku memperkenalkanmu, ini istriku, Nyonya Keisha Montevista.”

Claudia mengabaikan Axel dan menatapku. “Astaga, seorang baker yang malang. Pernikahan yang terburu-buru, Keisha. Aku yakin Axel memberimu sejumlah besar uang untuk sandiwara ini. Aku bisa membelikanmu toko kue yang jauh lebih baik untuk membuatmu menjauh darinya.”

Hinaan Claudia keras dan menusuk. Ia meremehkanku hanya karena latar belakangku.

Aku tersenyum tipis Nyonya Montevista, teringat naskah yang diajarkan Axel.

“Nona Claudia,” kataku, suaraku tenang dan tegas. “Aku tidak dibeli. Aku dipilih sebagai jaminan paling berharga untuk mempertahankan kekaisaran Montevista. Pernikahan ini cepat karena kami berdua ambisius.” Aku menyentuh lembut lengan Axel. “Dan sejujurnya, toko kue adalah hal yang receh untuk seorang wanita yang akan melahirkan pewaris Montevista. Bukankah begitu, Sayang?”

Axel terkejut dan bangga. Di bawah meja, ia mencengkeram tanganku, tetapi senyumnya sempurna. Claudia mendengus dan berbalik pergi dengan marah. Aku berhasil membungkamnya tanpa membocorkan rahasia Axel.

Di mobil pulang, Axel hanya menatapku dalam kegelapan.

“Kau melampaui batas, Keisha. Tapi bagus,” katanya, suaranya tenang. “Kau berhasil memainkan perannya.”

“Aku hanya mengikuti naskah,” jawabku lelah.

Axel memegang kedua tanganku, menarikku mendekat. “Kau tidak peduli dengan Claudia, tapi dia adalah ancaman yang nyata. Aku tahu kau mencari. Jangan pernah berpikir kau bisa menggunakan masa laluku untuk menjatuhkanku.”

“Aku tidak takut dengan Claudia,” balasku, “aku takut denganmu, Axel.”

Axel tersenyum tipis, senyum yang menjanjikan bencana. “Aku adalah Axel Mardon Montevista. Aku tidak takut pada masa lalu. Aku takut jika masa depanku, yang kini kuncinya ada padamu, berani melarikan diri dariku. Dan aku akan memastikan itu tidak akan terjadi.”

Malam itu, sentuhan Axel adalah klaim kepemilikan. Aku harus mencari bukti bahwa aku ditargetkan, bukan kebetulan, agar aku bisa memegang kendali atas permainan ini.

---

Aku memanfaatkan kesepakatan kecil dari malam Gala untuk mendapatkan kembali sedikit kendali. Hari itu, aku meminta waktu satu jam di dapur utama untuk membuat beberapa pastry kecil, dan Axel, yang tertekan oleh ancamanku, menepatinya.

Aku bisa menjadi Nyonya Montevista yang sempurna di depan umum, tetapi di dapur, aku kembali menjadi Keisha si Baker. Aroma cinnamon dan gula terasa seperti terapi. Aku tidak menyadari bahwa Axel, yang menyelesaikan panggilan telepon penting di koridor, diam-diam mengawasiku selama beberapa menit.

“Sampaikan pada Tuan Montevista, ini adalah terapi bagiku, Amelia,” jawabku kepada kepala pelayan. Aku tahu Axel akan mendengar. Aku memaksanya bermain peran sebagai suami yang peduli, meskipun yang ia pedulikan hanya produk dari rahimku.

Setelah satu jam yang melegakan, aku kembali ke sayap timur untuk menyimpan sisa bahan. Aku memindahkan sekantong tepung gandum dari sebuah kotak kardus besar yang sudah lama berada di sana. Di bawahnya, tanganku menyentuh sesuatu yang keras dan asing, terselip di balik papan kayu tipis di dinding.

Aku menariknya keluar. Itu adalah amplop cokelat tebal yang disegel.

Aku merobek segelnya. Isinya membuat jantungku mencelos lebih keras daripada saat aku melihat cek $50.000. Itu adalah dokumen yang terasa sangat pribadi dan teknis: Laporan Riset Genetik dan Silsilah Keluarga (Terbatas).

Aku memindai teksnya, mataku terbelalak pada diagram yang rumit. Laporan itu menyoroti silsilah keluarga Montevista yang memiliki kelemahan genetik langka terkait kesuburan dan vitalitas. Di bagian kesimpulan, ada ringkasan yang menunjuk langsung kepadaku: ‘Keisha Auristela: Garis keturunan non-Montevista, genotip kompatibel tingkat tinggi, probabilitas kehamilan tinggi, diperlukan untuk menguatkan garis keturunan pewaris.’

Axel tidak hanya memilihku karena aku subur. Dia memilihku karena DNA-ku adalah penawar racun genetik Montevista. Aku bukan hanya ibu dari pewarisnya, aku adalah donor biologis yang tidak tergantikan.

Aku tidak hanya dijebak demi pewaris. Aku dijebak karena aku adalah solusi biologis yang unik untuk menyelamatkan garis keturunan Axel.

Kemarahanku kini terasa dingin dan penuh perhitungan. Aku tahu persis sekarang, mengapa aku tidak tergantikan.

Aku kembali ke kamar utama. Axel baru saja selesai mandi, hanya dibalut handuk putih. Aroma cologne maskulinnya terasa menyesakkan. Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya mengeluarkan dokumen itu dan meletakkannya di atas meja. Ini adalah kartu AS-ku.

Axel keluar, matanya yang perak langsung menangkap laporan itu. Semua ketenangan yang ia tunjukkan hancur. Wajahnya mengeras, rahangnya terukir kaku.

“Dari mana kau mendapatkan ini?” suaranya berat dan mengancam.

Aku menatapnya tanpa gentar. “Kau tidak hanya memutusku dari masa lalu, Axel. Kau memastikan aku tidak akan pernah menghalangi riset genetikmu. Aku tidak sengaja mabuk malam itu. Aku ditargetkan karena DNA-ku.”

Axel menarik napas dalam, gestur yang jarang ia tunjukkan, seolah masalah ini benar-benar mencekiknya. Ia tahu bahwa rahasia terbesar Montevista telah terbongkar.

“Ya,” ia mengakui dengan suara rendah. “Kau ditargetkan. Kau adalah satu-satunya wanita yang dapat menghasilkan pewaris Montevista yang benar-benar kuat, yang tidak membawa kelemahan yang selama ini menghantui garis keturunan kami. Kau langka, Keisha.”

“Kau adalah alat untuk kesuksesanku,” bisiknya, suaranya mengandung sedikit rasa sakit yang tersembunyi. “Sekarang, kau adalah Montevista. Dan aku akan memastikan kau tidak pernah menggunakan informasi ini untuk menjatuhkanku.”

Ia menjebakku, dia mengakui. Aku tahu permainannya. Aku harus menggunakan status DNA unik ini sebagai tuas kekuasaan. Ini bukan lagi permainan uang, ini adalah permainan genetik dan kelangsungan hidup. Dan aku, Keisha si Baker, adalah pemegang kuncinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mainan Baru Tuan Montevista    8: Mungkin Aku Sudah....

    Setelah pengakuan Axel tentang DNA-ku—bahwa aku adalah solusi biologis untuk masalah garis keturunan Montevista—hubungan kami memasuki fase yang jauh lebih dingin dan penuh perhitungan. Aku tahu nilaiku. Aku bukan hanya ibu dari pewaris; aku adalah jantung biologis dari kelangsungan kekaisarannya.Aku memanfaatkan ini segera. “Aku butuh akses penuh ke pantry dan dapur kapan pun aku mau, tanpa pengawasan Amelia. Dan kau harus berhenti menyentuhku kecuali jika itu diperlukan untuk ‘tugas’,” kataku padanya pagi itu.Axel hanya membalas dengan seringai. “Deal. Tapi kau harus ingat, hari ini, kau harus tampil sempurna. Malam ini adalah Gala Montevista. Para dewan direksi yang kau temui waktu itu akan hadir, dan mereka akan mencariku. Jangan tunjukkan satu pun celah.”Aku menghabiskan seluruh sore untuk dipersiapkan. Paul, desainer pribadiku, membawakan gaun malam merah marun dengan potongan slit tinggi dan punggung terbuka. Itu jauh lebih provokatif dari yang biasa kupakai. Aku mengenakann

  • Mainan Baru Tuan Montevista    7: Berani, Tapi Axel Suka

    Pagi itu, aku menjalankan misi. Aku harus menemukan kelemahan Axel. Setelah Axel pergi untuk urusan bisnis, aku menyelinap ke perpustakaan pribadinya. Aku tahu aku melanggar batas, tetapi rasa ingin tahuku jauh lebih kuat dari rasa takut. Aku mencari petunjuk personal, bukan dokumen bisnis. Akhirnya, mataku tertuju pada sebuah bingkai foto perak kecil yang terbalik di atas meja. Aku meraihnya. Di dalamnya, terdapat foto Axel, jauh lebih muda dan tersenyum. Senyum itu hangat, tulus, dan sama sekali berbeda dari topeng Billionaire yang kukenal. Di sampingnya, berdiri seorang wanita cantik berambut cokelat dengan mata yang bersinar penuh kebahagiaan. Di balik foto, ada tulisan tangan yang indah: “Selamanya, di sini, di Montevista. M&A.” Jadi, ada seseorang yang pernah dicintai Axel. Kehancuran dalam matanya yang kulihat kemarin malam—ini alasannya. Aku buru-buru meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. “Mencari sesuatu, Nyonya Montevista?” Suara berat dan dingin itu membuatku membe

  • Mainan Baru Tuan Montevista    6: Pemeriksaan Ovarium

    Udara di klinik Dr. Sam berbau steril dan mahal, jauh berbeda dari aroma antiseptik rumah sakit biasa. Ini bukan klinik, melainkan sebuah suite kesehatan pribadi yang mewah, didominasi warna putih pucat dan instrumen krom.Aku duduk di sofa kulit, sementara Axel berdiri tegak di sampingku, tangannya diletakkan di sandaran sofa seolah menandai kepemilikannya. Dr. Sam, seorang wanita paruh baya dengan senyum yang terlalu profesional, memasuki ruangan.“Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Montevista,” sapanya, matanya terfokus pada Axel, seakan aku hanyalah lampiran yang harus diurus. “Tuan Axel sudah menjelaskan situasinya. Waktu adalah aset, jadi kita akan langsung ke inti.”Selama dua jam berikutnya, aku diperlakukan seperti barang inventaris berharga yang sedang diperiksa kelayakannya untuk tujuan produksi. Dr. Sam membahas pola ovulasiku, nutrisi, hingga “kondisi rahim yang optimal untuk menampung pewaris Montevista”. Axel mendengarkan setiap detail dengan ekspresi datar, sesekali mengaju

  • Mainan Baru Tuan Montevista    5: Perjuangan Dibalik Pintu Tertutup

    Sisa-sisa kemarahan karena kehilangan toko kue, justru memberiku kekuatan. Jika Axel menginginkan boneka yang sempurna, maka dia akan mendapatkannya. Tapi aku tidak akan pernah melupakan siapa diriku, dan aku akan menggunakan fasilitas yang dia berikan untuk menuntut balasan.Aku menghabiskan pagi itu di bawah pengawasan ketat Nyonya Amelia, Kepala Pelayan yang ternyata memegang kendali atas seluruh staf di mansion itu. Dia sopan, efisien, dan memiliki pandangan yang mengatakan bahwa dia telah melihat semua sandiwara pernikahan kontrak.Di ruang rias sebesar butik, aku bertemu dengan tim penata. Desainer pribadiku, seorang pria Italia bernama Paul, mengganti pakaian malamku yang kusut dengan gaun cocktail sutra abu-abu yang menjeritkan kemewahan tanpa usaha.“Rambut Nyonya indah, tapi terlalu polos,” ujar penata rambut, sementara penata rias sibuk mengukir kontur tajam di wajahku.Transformasi itu brutal. Keisha si baker yang wangi vanilla kini diganti dengan Nyonya Montevista yang me

  • Mainan Baru Tuan Montevista    4: Nyonya Montevista

    Bau whiskey dan cologne Axel semakin kuat, mencekik seperti belenggu tak terlihat. Aku menarik napas, mencoba menahan emosi yang bergejolak antara amarah, ketakutan, dan sisa-sisa gairah bodoh dari malam itu. Aku paham, setelah kontrak ditandatangani, tubuhku kini resmi menjadi aset Montevista, properti untuk tujuan produksi pewaris.Axel tersenyum miring, senyum yang tidak pernah mencapai mata peraknya, yang kini berkilat penuh hasrat menguasai.“Jangan membuatku menunggu, Keisha,” bisiknya, suaranya mengandung perintah mutlak yang tidak bisa ditawar.Aku bangkit dari ranjang, merasakan lututku gemetar. Aku adalah Nyonya Montevista sekarang. Gelar ini adalah perisai sekaligus penjaraku. Aku harus memainkannya.“Aku tidak lari, Tuan Montevista,” jawabku, mencoba meniru ketenangannya. “Tapi, karena ini adalah pernikahan, meski hanya sandiwara aku punya hak untuk tahu. Apa yang baru saja terjadi semalam? Mengapa kau memilihku?”Axel tertawa. Dia menuang satu tegukan lagi whiskey ke gela

  • Mainan Baru Tuan Montevista    3: Lakukan, Keisha

    Aku menahan napas, ujung bolpoin perak yang dingin kini berada di atas baris tanda tangan. Nama Axel Mardon Montevista sudah tercetak rapi di atas garis di sebelahnya.“Waktumu habis, Keisha.” Suara Axel, meski tenang, mengandung ketidaksabaran yang menekan.Aku tidak melihat ke arahnya. Mataku terpaku pada kata-kata di halaman itu: Kewajiban Istri, Kepatuhan Mutlak, dan Pasal Pewaris. Ini bukan pernikahan; ini adalah perbudakan legal yang kusepakati demi masa depan yang tidak pasti dan anak yang belum pasti ada.Dengan satu tarikan napas kasar, aku menorehkan namaku. Keisha Auristela.Seketika, ruangan itu terasa lebih dingin. Axel mengambil dokumen itu, memeriksanya dengan teliti. Seringai tipis yang tidak menyenangkan muncul di sudut bibirnya.“Bagus. Selamat datang di penjaraku, Nyonya Montevista.”Belum sempat aku memprotes sebutan itu, ia sudah meraih pergelangan tanganku dengan kuat. “Kita tidak punya waktu. Pernikahan ini harus sah hari ini.”Satu jam kemudian, aku duduk di ku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status