"Kita pesan makanan saja ya dari luar?" Jonathan masih menatap Riani dan seperti menunggu persetujuan darinya.
"Aku terserah kamu saja," kata Riani dengan suara pelan.Sungguh, Riani seperti tidak biasa mengatakan kata kamu pada anak majikannya itu, Jonathan.Namun, berbeda dengan Jonathan. Dia malah tersenyum ketika wanita yang di sampingnya sudah tidak berbicara formal lagi padanya.Wanita yang saat ini menjadi mainan cantik bagi Jonathan. Jonathan membelai lembut rambutnya Riani."Jangan pernah kamu melakukan ini pada pria lain," celetuk Jonathan masih menatap tajam ke arah mainannya."Melakukan apa?" tanya Riani dengan wajah polos.Jonathan langsung mendekatkan bibirnya pada telinga Riani, lalu ia mengatakan. "Melakukan permainan di atas seperti kita bermain di atas ranjang," bisik Jonathan membuat Riani bergidik geli."Hem, i ... itu tidak mungkin," ucap Riani yang sedikit menjauhkan tub"Tadi aku bertemu dengan Riani di pinggir jalan saat dia sedang menunggu bis, jadi aku mengajaknya pulang bersama saja Bu," jawab Jonathan yang mulai berbohong pada ibunya sendiri."Oh begitu, ya sudah. Riani masuk saja ke dalam dan bersihkan diri terlebih dahulu baru mulai kerja, atau kalau masih butuh istirahat ya istirahat saja." Dona selaku ibu kandungnya Jonathan mengatakan itu sambil tersenyum.Sedangkan Riani, dia sedikit merasa sungkan dan merasa bersalah. Riani merasakan itu karena yang sebenarnya terjadi bukan itu, apa lagi Jonathan sudah menikmati tubuhnya.Sering sekali Riani memikirkan kebaikan keluarga Jonathan padanya, tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlanjut. Riani hanya perlu berpura-pura dan menyembunyikan semua ini dari keluarga Jonathan."Terimakasih, nyonya. Kalau begitu saya pamit ke dalam rumah," ucap Riani dengan sopan, dia juga tidak lupa membungkukkan badannya.Dona hanya me
Dona, terus-menerus memperhatikan gerak-gerik anak bungsunya itu. Dia menyimpan banyak kecurigaan padanya, tapi dia tidak boleh gegabah."Tumben sekali Jon tidak tertarik ke golf," celetuk Jefan saat melihat punggung gagah sang adik sudah keluar dari ruang makan."Jon hanya lelah," balas Daniel yang tidak ingin memperpanjang pembahasan tadi."Tidak mungkin sayang, Jon itu selalu akan tergiur ketika kalian membahas golf," kekeh Dona yang merasa sudah mengetahui karakter anak bungsunya."Sudah kita bahas yang lain aja!" Daniel benar-benar tidak ingin membahas pembicaraan tadi lagi.Daniel sudah tau jika Jonathan sudah asyik bermain dengan mainan barunya--Riani. Daniel juga tidak mempermasalahkan itu, tapi dia hanya takut jika sang istri--Dona mengetahui masalah Jonathan dan Riani.Sekilas Daniel menatap ke arah istri dan anak sulungnya secara bergantian, dan terlihat dari raut wajahnya mereka yang menaruh kecuri
Walaupun keluarganya Jonathan sedang tidur, tapi tetap saja Riani tidak bisa melakukannya."Sayang, ayo. Aku ingin loh," bisik Jonathan sambil menekan-nekan miliknya pada milik Riani.Riani merasa tidak nyaman, apa lagi ini berada di dalam ruang dapur milik majikannya. Kalau ada seseorang yang lihat bagaimana? Tamat sudah riwayatnya Riani kalau begitu.Riani juga mencoba melepaskan dirinya dari dekapan Jonathan, tapi tenaganya Jonathan tetap lebih besar dari pada tenaganya.Riani juga sudah berbisik pada Jonathan bahwa dirinya tidak bisa melakukannya di sini, karena akan sangat bahaya jika ada seseorang yang masuk ke ruangan dapur.Jonathan malah mengajak Riani untuk ke kamarnya, tapi Riani tetap menolak. Dia takut kalau ada mata yang melihat gerak-gerik mereka, Riani tetap ketakutan jika mereka melakukannya di dalam rumah ini.Namun, Jonathan bersikeras untuk terus-menerus membujuk Riani. Apa lagi keadaan Jon
Vany.Jon, besok aku ingin bertemu dengan anakku.Seketika Jonathan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan pelan, sejenak dia melirik ke arah Riani yang sudah pasti membaca pesan itu."Ini ibu kandungnya Jelita," celetuk Jonathan yang masih menatap lekat sosok wanita di sampingnya, wanita yang sudah memuaskan hasratnya beberapa menit yang lalu."Oh gitu, kenapa dia mengirimi kamu pesan seperti itu?" tanya Riani dengan wajah polosnya.Jonathan tersenyum mendengar pertanyaan dari mainan cantiknya, dia langsung berkata. "Entah kenapa mantan kakak iparku selalu mengirimkan aku pesan seperti ini," jawab Jonathan sambil membelai rambut Riani dengan tangan satunya."Oh!" Riani hanya ber'O' ria saja.Jonathan kembali menyimpan ponselnya di atas meja, dia tidak ada niat untuk membalas pesan itu. Riani menatap Jonathan hanya bingung, karena seharusnya dia balas pesan mantan kakak iparnya
"Ada apa, bi?" tanya Riani dengan mengerutkan keningnya."Bawakan ini ke kamarnya Tuan muda," jawab bi Yani."Tu ... Tuan muda?" Riani mengerutkan keningnya. "Maksudnya bibi, Tuan Jonathan?" Riani menatap bi Yani dengan serius."Iya Tuan muda Jonathan, memangnya siapa lagi?"Riani menghela napas dengan kasar, dia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Dia seharusnya tidak perlu ke dapur tadi, tapi mau bagaimana lagi? Masa dia harus membantah apa yang di perintahkan oleh bi Yani. Hem, itu tidak mungkin.Dengan berat hati, Riani memandang nampan dengan beberapa makanan yang sudah di beli Jonathan tadi. Bi Yani menatap heran ke arah Riani, karena tadi wajahnya tidak seperti itu."Ri, kau kenapa? Sakit?" tanya bi Yani yang langsung menyentuh kening Riani dengan telapak tangannya sendiri."Tidak sakit bi," jawab Riani dengan sangat lesu."Ya sudah sana ke kamar Tuan muda!" pinta bi Yani pada
"Ini sangat nikmat sekali, Riani!" Jonathan merancu tidak jelas.Riani tidak menggubris ucapan Jonathan, dia hanya bisa menikmati permainan tuan mudanya itu. Jonathan juga mempermainkannya dengan pelan-pelan, Jonathan sangat pandai menghujam milik mainannya itu."Ah, sayang! Aku sangat menyukai penyatuan ini!" Jonathan kembali merancu tidak jelas."Aaaaaaahhhhhhh!" Riani terus-menerus mengeluarkan suara erotis dan desahan maut yang membuat Jonathan kembali menambah hasratnya.Jonathan berkali-kali mengecup bibir kenyal mainan cantiknya, Riani. Dia juga sesekali memberikan tanda merah pada kedua gunung kembarnya, Riani.Selang beberapa menit kemudian. Akhirnya Jonathan mengeluarkan cairan putih itu di dalam rahim Riani, setelah itu. Jonathan mengecup kening Riani dengan mesra.Jonathan langsung membaringkan tubuhnya di samping Riani, dia juga memiringkan posisinya untuk menatap ke arah Riani.
"Aku tidak sabar ingin liburan dengan Riani," gumam Jonathan sambil tersenyum.Selang beberapa menit kemudian. Pintu kamarnya Jonathan terbuka, ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamarnya.Jonathan tidak menyadari akan kehadiran sosok wanita paruh baya itu, karena dirinya sedang memejamkan mata di atas kasurnya. Dia tidak tidur hanya memejamkan matanya saja sejenak, lalu sosok wanita itu melangkah menghampiri ranjang Jonathan."Jo!" panggil wnaita paruh baya itu.Jonathan membuka kedua matanya dan melirik ke arah sosok itu, dengan cepat dia bangun dari baringnya."Bu, sudah pulang?" tanya Jonathan pada wanita paruh baya itu."Ibu tidak kemana-mana, ibu sedari tadi ada di dalam kamar," jawab wanita paruh baya itu yang langsung menghempaskan bokongnya di sofa dekat ranjang Jonathan.DEG!Seketika jantungnya Jonathan terhenti saat mendengar jawaban dari ibu kan
"Loh, kok ada suara gemericik air?" Riani mengerutkan keningnya.Padahal ini masih siang menjelang sore, seharusnya kamar tuan Jefan selaku anak sulung keluarga Prawira belum ada di rumah karena masih berada di perusahaannya. Perlahan-lahan Riani melangkah mengendap-endap menuju kamar mandi, dan jantungnya Riani juga mulai berdetak sangat kencang.Riani takut jika yang ada di dalam kamarnya itu adalah orang jahat, pencuri, atau semacamnya. Dengan modal tekat, Riani hanya bisa melangkah mengendap-endap sambil memegangi gagang sapu. Jadi kalau penjahat itu macam-macam, dia bisa memukul penjahat itu dengan kencang.Sesaat Riani akan membuka pintu kamar mandi milik tuan Jefan, tiba-tiba aja pintu kamar mandi itu terbuka sendiri. Dengan sigap Riani langsung mengarahkan sapu itu ke arah seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi itu."Aduh!" teriak seseorang itu saat Riani berhasil mendaratkan gagang sapu ke arah pundaknya seba