Jefan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia bingung dengan apa yang terjadi pada ayahnya."Jelita udah tidur?" tanya Daniel pada anak sulungnya, dia tau jika anaknya saat ini sedang bingung dengan tingkahnya."Belum, masih menggambar," jawab Jefan."Bisa kita bicara berdua?" tanya Daniel pada anaknya.Daniel menatap anak sulungnya dengan tatapan yang sangat serius, dia seperti ingin membahas sesuatu yang benar-benar penting."Tentu bisa," jawab Jefan di barengi dengan anggukan.Daniel menuntun anak sulungnya melangkah menuju sebuah ruangan, ruangan di mana seperti ruangan kerja yang di miliki oleh Daniel.Jefan selaku anaknya Daniel hanya bisa menurut dan mengikuti langkah sayangnya ke mana pun sang ayah membawanya.'Sepertinya ada sesuatu yang mau di bahas sama ayah,' batin Jefan.Daniel dan Jefan sudah masuk ke dalam ruangan seperti ruang kerja Daniel di sana, dia juga menutup rapat pintu ruangan itu.Terlihat jelas jika Daniel tidak ingin ada siapa pun yang melihat dan mendenga
"Udah deh, aku benar-benar gak mau ikut campur dengan perjodohan Jonathan." Suaranya Jefan terdengar kesal karena sang ayah tidak kunjung memberitahu dirinya.Jefan hanya ingin tau kenapa orang tuanya kekeh ingin menjodohkan Jonathan dengan Tania, karena Jefan yakin jika orang tuanya memiliki alasan tersendiri. Oleh sebab itu Jefan ingin mengetahuinya lebih dulu, tetapi sang ayah tidak juga memberitahu dirinya."Jefan, kau akan syok jika tau yang sebenarnya," ujar Daniel yang menatap lekat ke arah sang anak.Jefan kembali mengerutkan keningnya dan berkata. "Apa maksudnya?"Jefan benar-benar tidak mengerti dengan perkataan sang ayah, sang ayah juga selalu berbelit-belit membuat dirinya semakin kesal."Ayah akan cerita semuanya dari awal sampai akhir tapi kau harus janji tidak akan menceritakan semuanya pada siapa pun, termasuk ibumu." Suaranya Daniel terdengar sangat serius dan seperti memberikan penawaran pada sang anak.Helaan napasnya Jefan kembali terdengar, dia benar-benar kesal d
"Bukan gitu," jawab Riani yang sudah bingung harus menjelaskan dari mana.Jonathan kembali meremas dan membuat gadis yang ada di depannya semakin menahan, menahan desahan dan hasrat."Jangan di tahan, lepaskan semuanya." Jonathan membisikan itu tepat di telinganya sang gadis.Gadis yang selalu Jonathan jamah setiap dia berada di sampingnya, tapi sang gadis selalu diam dan selalu menikmatinya.Karena setiap sentuhan Jonathan selalu membuat gadis itu terlihat nyaman dan sudah pasti membuatnya candu.Candu? Riani menyukai kecanduan itu? Iya, Riani selalu rindu dengan sentuhan-sentuhan yang selalu prianya lakukan padanya. Pria yanhbsudah menjamah seluruh tubuhnya dari atas kepala hingga ujung kaki, dan Riani sangat menyukainya bahkan selalu memulainya.Riani semakin liar saat bersama dengan prianya, tapi dia juga selalu ada rasa malu-malu.Berbeda dengan Jonathan yang pada dasarnya memang memiliki otak mesum dan selalu tertuju pada lubang intim sang gadis, lubang yang selalu membuatnya ca
Setelah Jonathan berpamitan pada sang gadis, akhirnya dia benar-benar pergi dari kamarnya sang gadis."Dasar pria menyebalkan," gerutu Riani saat melihat pria gagah itu benar-benar pergi dari kamarnya.Riani mulai kesal dengan apa yang di lakukan pria itu, pria yang selama ini menjamah tubuhnya. Riani kesal dan entah kenapa tiba-tiba saja dia kesal seperti itu, dan saat ini Riani semakin mencurigai nya."Pasti Jonathan menerima perjodohan itu," ucap Riani dengan menggerutu tidak jelas.Riani bangun dari duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju pintu, dia mulai mengunci pintunya dengan rapat supaya Jonathan tidak bisa masuk ke dalam kamarnya lagi."Besok-besok aku gak akan biarkan kamu ke dalam sini," ujar Riani yang semakin menggerutu tidak jelas.Riani kembali melangkahkan kakinya menuju kasur dan dia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan kasar, dia memejamkan matanya dengan mengatur napasnya yang mulai tidak karuan karena sedikit emosi.Entah kenapa Riani seperti itu,
"Sabar Riani, semua akan tuntas dan kita selesaikan satu per satu," gumam Riani yang menyemangati dirinya sendiri.Riani kembali menaiki ranjang dan membaringkan tubuhnya di sana, hari ini Riani benar-benar lelah dengan pekerjaan dan pikirannya.Namun, Riani tidak terlalu lelah dengan pekerjaannya karena itu sudah menjadi kebiasaan bagi dirinya. Riani sedang lelah dengan pikirannya, pikirannya tentang Jonathan.Kenapa dengan Jonathan? Sudah pasti dia lelah dengan kejadian di ruang tamu tadi, baru saja satu kali membahas perjodohan tapi Riani sudah seperti seseorang yang merasa takut kehilangan Jonathan.Jadi, apa Riani benar-benar takut kehilangan Jonathan? Sudah pasti, karena semenjak di ruang makan tadi Riani terus-menerus memikirkan Jonathan.Bahkan saat ini Riani benar-benar sedang memikirkan Jonathan."Tidak tau ah, aku mau tidur!" Riani menarik selimutnya dengan kasar, dia juga mulai menyelimuti tubuhnya dengan asal.Riani memejamkan matanya, dia sudah ingin masuk ke dalam mimpi
Jonathan juga sudah ingin melangkahkan kakinya menuju keluar, tapi tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti saat..."Nanti siang kau harus makan siang dengan Tania," ucap Dona pada anak bungsunya yang hampir saja keluar dari ruang makan.Semua orang yang ada di ruang makan langsung menatap ke arah Dona dan Jonathan secara bergantian, tapi hanya jelita yang tidak melihat.Jelita seperti tidak mau melihat dan mendengar tentang permasalahan orang dewasa, tapi Vany langsung menatap penasaran pada dua orang itu.Jonathan langsung membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah sang ibu, lalu dia berkata. "Sampai kapan pun, aku gak akan mau di jodohkan dengannya!" tegasnya pada sang ibu.Jefan menghela napas, dia sebenarnya tidak mau terlibat dalam masalah ini. Namun, saat dirinya sudah mengetahui semuanya dari sang ayah membuat dirinya harus membebaskan Riani dari permasalahan ini.Sebenarnya ini bukan permasalahan, tapi ini adalah tujuan Dona yang ingin menjodohkan Jonathan dengan Tania demi kel
Riani yang sedang membereskan beberapa alat makan yang ada di atas meja terlihat canggung dengan tatapannya Jefan, dia merasa ada yang aneh dengan tatapan itu.'Kenapa Tuan Jefan menatapku begitu?' tanya Riani di dalam hatinya.Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki yang mulai menghampiri Riani, Riani mulai menatap ke arah lantai dan tidak mau menatap seseorang itu karena seseorang yang sedang menghampirinya adalah."Riani, setelah ini bisa datang ke kamar saya?" tanya Jefan yang sudah berdiri di sampingnya Riani.Riani langsung menggeser tubuhnya dan menoleh ke arah seseorang tadi yang ternyata Tuan muda, Jefan."Ke ... Ke kamar? Ada apa, Tuan?" Riani bukannya menjawab pertanyaan Jefan tapi dia berbalik tanya pada sang Tuan."Ada sesuatu yang ingin saya bahas denganmu," jawab Jefan yang mulai melangkahkan kakinya dan menjauh dari Riani.Jefan mulai pergi dari ruang makan, tetapi Jefan juga mengingatkan Riani agar menemuinya di kamar karena ada sesuatu yang harus mereka bicarakan
'Sebenarnya ini pembahasan apa?' tanya Riani di dalam hatinya.Jefan masih menatap ke arah gadis yang ada di depannya, dia masih menunggu jawaban Riani."Tu ... Tuan, mohon maaf. Kenapa Tuan menanyakan masalah uang tambahan?" Akhirnya Riani memberanikan diri untuk bertanya seperti itu pada Tuannya."Kenapa kau tidur dengan Jonathan?" Jefan langsung mengeluarkan perkataan itu, perkataan yang selama ini dia tahan agar tidak menyakiti atau menyinggung hatinya Riani.Namun, sepertinya Jefan sudah hilang akal dan bingung harus mengatakan bagaimana lagi pada Riani. Jefan juga buka tipe pria yang mudah berbasa-basi, dia lebih suka berterus-terang dan tidak suka bertele-tele."Ti ... Tidur dengan Tuan Jonathan?" Riani mengulang perkataan sang Tuannya dan sang Tuan menganggukkan kepalanya.Seketika, tubuhnya Riani sangat lemas dan sepertinya dia ingin sekali memiliki jurus menghilang saat ini. Riani tidak bisa mengatakan apa pun pada Tuan Jefan, dia takut jika mengatakan yang sejujurnya dan di