Share

Malaikat Dihukum Jadi Babysitter
Malaikat Dihukum Jadi Babysitter
Penulis: Ai nien

Bab 1.Hukuman

"Dasar, Jalang!" Laki-laki itu melempar kertas berisi hasil tes DNA ke arah ibu muda yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit menyusui bayinya.

"Lihat! Sekarang sudah jelas dia bukan anakku. Jadi, aku tidak akan sudi menikahimu!"

"Tapi aku hanya melakukannya denganmu. Bahkan aku tak mempunyai pria lain, James," jelas wanita itu setelah membaca kertas tersebut. Air matanya mulai mengalir.

"Kau pikir aku akan percaya dengan omonganmu?" James berjalan keluar.

"Kau harus percaya! Bayi ini adalah darah dagingmu!" teriaknya kepada pria yang sama sekali tidak memedulikannya. 

Tak ada yang bisa ia lakukan. James sudah memblokir nomornya. Tak ada yang bisa ia pintai bantuan. Dengan apa dia harus membayar biaya persalinannya. Tak berpikir panjang, malam ini ia berencana kabur dari rumah sakit dengan membawa bayinya.

Aksinya berjalan dengan lancar. Sekarang dia sudah berjalan jauh dari rumah sakit, tetapi pikirannya masih dipenuhi banyak beban.

"Harusnya aku meninggalkanmu di sana, Sayang. Dengan apa aku bisa membesarkanmu. Hidupku saja masih bergantung pada kakek dan nenekmu di Desa."

Ya, dia memang masih seorang mahasiswa. Merantau untuk mengejar cita-cita, tapi hidup tak pernah berjalan sesuai ekspektasi. Ia terjerumus dalam pergaulan bebas dan menanggung akibatnya.

Dengan tatapan kosong ia terus berjalan menggendong bayi.

Tiba-tiba, ia menyadari sedang berada di atas jembatan dengan aliran air deras di bawahnya. Lalu terbesitlah sebuah keinginan untuk mengakhiri hidup.

Jalanan semakin sepi. Mungkin hanya ada satu atau dua kendaraan bermuatan besar yang lewat tanpa peduli. 

Otaknya semakin buntu, hingga ia sudah yakin dengan keputusan bunuh diri. Tapi, dia yang masih mempunyai naluri keibuan memberikan ASI pada si kecil hingga kenyang untuk terakhir kalinya.

"Maafkan ibu. Ibu harus meninggalkanmu sendirian. Semoga nasibmu beruntung. Mungkin Tuhan akan mengirim seseorang baik hati yang mau merawatmu karena ibu yakin Tuhan tidak membenci makhluk tak berdosa sepertimu."  

Setelah meletakkan bayinya di pinggir jembatan dengan alas selimut rumah sakit yang dibawa, segera ia memanjat jembatan lalu terjun ke bawah tanpa jeda sedetik pun.

"Byurr!" Aksinya berjalan tanpa hambatan.

Tubuhnya tenggelam. Sungai hanya menampilkan lingkaran gelombang air dalam beberapa detik saja.

Cuaca di sekitar mendadak berubah.

Awan hitam berkumpul menutupi cahaya bulan dan gemerlap bintang. Cahaya kilat sesekali menerangi bumi.

Bayi malang itu mulai menangis beriringan dengan jatuhnya butir pertama air gerimis dan disusul butiran-butiran berikutnya.

"Gubrakk!"

Tiba-tiba saja sesosok pria jatuh dari langit di samping bayi tersebut. Dia mulai bangun dengan ekspresi kesakitan sambil membersihkan setelan jas putih yang ia kenakan.

Pria berwajah tampan itu menengok kearah bayi disampingnya, "Apa tidak ada hukuman yang lebih ringan, Ketua Joon? Saya janji akan lebih berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan lagi ketika memasukkan data gen pembuatan manusia."

Rengekan darinya tidak mengubah apa pun keputusan yang dibuat oleh Sang pemimpin malaikat.

"Ketua joon! Apa kau tidak mendengarku?" kata pria itu sambil mendongak menatap langit.

"Ah ... Bagaimana mungkin aku merawat bayi manusia?" Dia menggaruk kepala yang tidak gatal.

Rintik gerimis perlahan membasahi tubuh mereka berdua.

Ia harus segera mencari tempat berteduh. Namun, di sekitar hanya ada gedung-gedung dengan cagar alam yang tinggi.

"Apa tidak ada keringanan sama sekali? Setidaknya hentikanlah hujan ini, wahai Ketua Joon!" teriak pria tampan itu sambil mendongak lagi. Namun, kali ini dia seakan memaki langit.

Tak lama, hujan pun berhenti.

"Oh terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Ketua Joon engkau telah mengasihaniku."

Baru dua langkah berjalan hendak pergi, ia berbalik badan teringat bayi yang kini menjadi tanggung jawabnya.

"Ah, maaf aku hampir melupakanmu, makhluk mungil."

"Kruuuuukkk ..."  Tiba-tiba perutnya berbunyi saat hendak mengambil bayi tersebut.

"Apa ini?" katanya sambil memegangi perut, "Apa yang terjadi pada tubuhku? Ini tidak terlalu sakit tapi sangat menyiksa. Ya Tuhan! Sensasi apa ini?Aku benar-benar tidak tahu akan hal ini."

Dia duduk dan terus merasa cemas sendiri, sementara bayi itu menangis terabaikan.

"Bagaimana jika ini adalah pertanda bahwa tubuhku akan hancur menjadi debu? Oh, jangan sampai itu terjadi."

"Kau hanya sedang merasakan lapar, Malaikat Han," jawab lelaki paruh baya yang tak tahu entah datang dari mana.

Malaikat Han mendongak, "Oh, Ketua Joon akhirnya kau menemuiku."

"Aku tidak menyangka ada malaikat sebodoh dirimu, Han."

"Jangan berkata begitu! Aku tidak bodoh hanya saja aku tidak pernah mengalami hal ini. Kalau begitu, tolong jelaskan padaku mengapa aku merasakan lapar?"

"Sambil mendengarkanku, tenangkan bayi itu!"

Han melakukan apa yang diperintah. Dia menimang bayi tersebut di pangkuannya. 

"Cup ... cup ...Tenanglah, wahai makhluk mungil!"

"Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Atas kesalahanmu, Kau diturunkan ke bumi untuk merawat bayi manusia. Dan selama di bumi, kau akan hidup seperti manusia. Merasakan lapar, lelah, dan nafsu-nafsu lain yang tidak pernah dirasakan oleh malaikat. Mulai dari sekarang berusahalah untuk memenuhi kebutuhanmu dan kebutuhan bayi itu di bumi ini. Selamat tinggal, Malaikat Han!"

"Tunggu seben ... "

Namun, Ketua Joon sudah menghilang sebelum Han selesai bicara.

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status