Gaji yang di peroleh Han cukup besar. Ia sudah bisa membeli kebutuhannya sendiri, seperti Gadget dan lain-lain. Untuk kebutuhan Hyunki juga sudah terpenuhi dengan layak.
Tak terasa Hyunki juga sudah tumbuh menjadi besar. Perkembangannya cukup pesat. Ia sudah bisa merangkak dan mengucapkan beberapa kata.
"Papapa ... Mamama ... "
"Kasihan dia tidak pernah melihat orang tuanya," ucap Han.
"Kita bisa menggantikannya."
"Kau mau dipanggil Mama?"
"Awalnya, aku tidak mau. Tapi saat bersamanya, aku ingin menjadi sosok ibu untuknya."
Han tersenyum.
Suara tawa Hyunki memenuhi ruang kamar ketika Han mengangkat tubuhnya ke atas dengan kedua tangan. "Pesawat terbang ... ngeng ... ngeng ... "
"Hei kalung Hyunki lepas!" Evelyn melihat kalung yang dipakai Hyunki jatuh ke lantai lalu mengambilnya.
Kalung tersebut adalah kalung peninggalan Kang Areum, ibu Hyunki sebelum melakukan aksi bunuh diri. Untungnya Han berhasil menyambungnya kembali untuk dipakai lagi.
"Tingtung ... " suara bel berbunyi pertanda ada tamu yang datang.
"Sebentar aku buka pintu dulu!" Meninggalkan Han dan Hyunki.
"Nenek? Kenapa Nenek kesini?" Kaget melihat wanita setengah baya yang terlihat seperti golongan sosialita datang kerumahnya.
"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu. Kapan kau akan kembali ke rumah, Sayang?"
"Masuklah dulu, Nek!"
Mereka saling mengobrol di ruang tamu.
"Jika Nenek terus memaksaku pulang untuk melanjutkan perjodohan, aku tidak akan pernah mau, Nek!"
"Nenek sudah tidak terlalu kekeh untuk melanjutkan perjodohanmu. Tapi Kakakmulah yang terus memaksa agar nenek membujukmu. Lagi pula apa alasanmu tidak ingin menikah?"
Tiba-tiba Hyunki merangkak menghampiri Evelyn dan disusul oleh Han. Mereka bisa dijadikan alasan pura-pura.
"Merekalah alasanku. Mereka adalah anak dan suamiku."
Han yang kebingungan tidak tahu apa-apa, hanya membungkukkan badan memberi salam pada nenek Evelyn.
Wanita tersebut shock. "Kapan kau menikah?"
"Beberapa bulan lalu. Maaf karena tidak memberitahu. Jadi jelas perjodohan tersebut tidak akan pernah terjadi."
"Jadi bayi itu benar cucu buyutku?"
"Benar." Mengangguk
"Entahlah, Nenek jadi bingung harus bagaimana. Tapi bayi ini terlalu lucu jika ditolak di keluarga kita. Sebaiknya, kau temui langsung Kakakmu dan bicarakan yang sebenarnya.
"Kenapa Nenek tidak bisa membuat keputusan sendiri? Nenek terlalu sayang padanya bahkan tidak berani dengannya."
"Bukan begitu, Ev. Kakakmu yang mengurus perusahaan kita setelah Kakek meninggal. Dia hanya ingin membuat perusahaan keluarga kita lebih maju ke depannya. Dia selalu meminta agar Nenek membujukmu untuk menyetujui perjodohan tersebut karena itu sangat berpengaruh untuk kemajuan perusahaan kita ke depannya. Jika kau ingin menolak perjodohan itu, kau atur saja pertemuan dengannya dan bicarakan baik-baik! Nenek pamit pulang dulu."
"Wanita tadi Nenekmu?" tanya Han setelah nenek Evelyn pergi.
"Iya."
"Tapi kalian tidak sama. Maksud saya beliau terlihat seperti wanita Asia asli, sementara kau terlihat seperti wanita Eropa."
"Aku campuran. Ibuku Korea, ayahku Inggris. Mungkin aku lebih mirip ayahku."
"Oh," mengangguk batinnya berkata, "Aku kira ini karena kesalahan malaikat."
"Lalu kenapa kau tinggal sendiri? Dimana ayah dan ibumu sekarang?" tanya Han lebih lanjut."
"Ibuku meninggal saat melahirkanku. Sementara ayahku, semakin hari jiwanya terganggu karena ditinggal ibu.
Aku dan kakakku pindah ke Korea ikut bersama nenek dan kakek saat usiaku sekitar 7-8 tahun.
Lalu, karena aku ingin dijodohkan, aku memilih pergi dari rumah dan tinggal sendiri. Semua fasilitasku dicabut ketika aku kabur dari rumah. Tapi untung, sebelumnya aku sudah mengambil beberapa uang untuk membuka usaha."
"Maaf, jika pertanyaan saya menyakitimu lagi."
"Tidak."
Rintik hujan mengguyur bumi di petang hari. Dari jendela dalam rumah ia melihat gadis kecil duduk meringkuk di teras rumah depan rumahnya. Gadis itu menundukan kepala sesekali mendongak hanya untuk mengusap air mata. Merasa tak tega melihatnya, ia mencari payung lalu menghampiri gadis tersebut."Eyin ... hari sudah gelap kenapa kau masih di luar? Kau dikunci di luar lagi?""Iya. Tadi aku tidak sengaja menumpahkan air ke lantai.""Kalau begitu ke rumahku saja dulu.""Apa tidak papa? Bagaimana jika orang tuamu marah?""Tidak apa. Orang tuaku sangat baik."Hanya sepenggal, adegan mimpi telah berakhir.Han terbangun dari tidurnya. Mengecek jam di ponsel menunjukkan pukul 08.32. Dilayar ponsel juga ada notifikasi pesan masuk yang berisi permintaan untuk hadir di acara perayaan perusahaan.Han meletakkan ponsel lalu mengecek Hyunki di ranjang bayinya. Bayi itu baru saja meregangkan otot-ototnya."U ... Ganten
Meski hari telah berganti, tapi sensasi semalam masih belum terhenti. Dia mengingat ketajaman mata Han saat menatapnya. Kata-kata Han yang ternggiang di kepala. "Kenapa dia berkata begitu? Jangan-jangan ... dia jatuh cinta kepadaku." Senyum-senyum sendiri. Dan teringat ciuman dari Han semalam, ia jadi heboh sendiri dikamar. "Aaaa ... Bisa gila aku! Sebaiknya aku keluar." Saat melihat Han sedang duduk membopong Hyunki di sofa ruang tengah, ia merasa malu untuk menghampiri. Ia menarik narik nafasnya dalam-dalam terlebih dahulu sebelum melangkah ke arah mereka. "Ehem!" Berdiri dengan rasa canggung yang membebani. "Eh, Mama Ev sudah bangun. Selamat pagi, Mama Ev! Duduk sini!" sapa Han seolah tidak terjadi apa-apa semalam. "Apa dia tidak ingat kejadian semalam?" batin Evelyn. Kemudian, ia sengaja menggulung seluruh rambutnya ke atas untuk memperlihatkan kiss mark yang dibuat oleh Han di lehernya.
"Jadi bagaimana? Kita tentukan tanggal pernikahannya dulu, ya!" ucap James "Maaf, tapi aku tidak bisa melakukan perjodohan ini!" "Why, Ev?" Han datang sebelum Evelyn menjawab. "Karena dia sudah tidak lajang lagi. Saya suaminya dan ini anak kami," sahut Han melenyapkan suasana tenang. "Apa maksudnya? Kapan kau menikah tanpa persetujuan keluarga?" tanya James. "Beberapa bulan lalu." "Kau tidak bisa asal menikah begitu, dong! Kau sudah ada ikatan perjodohan!" nadanya meninggi. "Itu hakku!" jawab Evelyn dengan nada yang sama tinggi." "Sudah-sudah!" ucap pria bernama Junghyun tersebut. "Saya tidak ingin merusak hubungan orang lain. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini, begitu juga dengan kontrak kita. Saya tidak jadi memberikan saham pada perusahaan keluarga kalian. Saya pamit pergi sekarang!" Begitu Junghyun meninggalkan tempat, James memaki Han, "Siapa kau? Menghamili dan m
Mereka telah menghabiskan beberapa jam untuk berkeliling taman. Meski hanya berjalan tanpa berlari, mereka berhasil mengeluarkan butiran-butiran keringat yang mampu membasahi baju mereka. Han mengajak untuk beristirahat, "Kita duduk di sini sebentar, ya! Sepertinya Hyunki mulai kehausan." "Iya." Hyunki menyedot botol susunya dengan cepat. Ia benar-benar kehausan. Sekelompok orang yang terdiri dari tiga remaja perempuan di sana, terlihat sedang memperhatikan Han dan membicarakannya. "Bukankah dia Han, Selebgram dan Model tampan itu?" tanya perempuan berponi di sana. "Mirip, sih. Tapi, apa benar itu Han?" sahut perempuan yang lainnya sambil membenahkan kacamata untuk memperjelas pandangan. Satunya lagi yang berambut pendek juga ikut bicara, "Benar, itu adalah Han. Ayo kita hampiri!" Han memang sudah memiliki cukup banyak followers di media sosial Desygram. Jadi, wajar jika beberapa orang di luar mengenalinya. "Ehe
Sesuatu tak terduga mengejutkan mereka yang baru saja sampai di apartemen. Hal itu adalah kedatangan James William, kakak Evelyn.James berdiri di depan pintu apartemen."Kak James? Mau apa Kakak kemari?" tanya Evelyn."Bukankah semuanya sudah jelas, bahwa, perjodohan itu tidak akan pernah terjadi?" lanjut Evelyn."Aku tidak ingin membahas hal itu.""Lalu?""Kang Areum. Apa hubungan kalian dengan Kang Areum?"Pertanyaan James membuat Evelyn bingung, "Siapa Kang Areum? Bahkan aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.""Kau jangan mencoba berbohong!""Aku tidak bohong! Aku benar-benar tidak mengenal Kang Areum.""Lalu kalung ini?" Menunjukkan kalung bertuliskan inisial huruf 'J&A' milik Hyunki yang terjatuh tadi malam. "Kau juga tidak tahu?""Itu kalung milik Hyunki, anak kami. Sini kembalikan!"James kembali menggenggam kalung tersebut, "Oh, sekarang aku tahu. Hubungan kalian han
Di ruang kerja James. Ia duduk berhadapan dengan seorang bawahannya. Orang tersebut terlihat sedang memberikan sebuah dokumen padanya. "Ini, Tuan, data-data tentang pria yang tinggal bersama Nona Evelyn." James menerimanya, "Kerja yang bagus." Kemudian orang tersebut keluar dari ruangan James. James membaca isi dokumen tersebut, "Jadi, namanya Han. Seorang Model pendatang baru." Memiringkan bibir, seakan meremehkan profesi Han. "Tapi dia menyembunyikan latar belakangnya."Mengelus dagu sambil memikirkan sebuah rencana. ***** Sudah dua hari apartemen minimalis itu bersuasana dingin. Evelyn sama sekali tak mau berbicara atau sekedar menyapa Han. Aktivitas seperti sarapan, yang biasanya dilakukan bersama, kini mereka melakukannya sendiri-sendiri. Evelyn juga enggan menggendong atau pun mengajak main Hyunki. Bahkan ketika Hyunki merengek ingin ikut dengannya, ia tetap mengabaikannya. Untungnya
Han baru tersadar dari pingsannya. Samar-samar pandangannya melihat sekitar ruangan ketika membuka mata. Ia melihat tumpukan barang-barang yang sepertinya sudah lama tak terpakai di sana. Tempat itu terkesan seperti gudang. "Saya dimana?" Ia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya sedang diikat dengan tali tambang yang kuat. "Kenapa saya diikat di sini?" Han mencoba melepaskan diri dari lilitan tali tersebut dengan menarik-narik tangannya. Dua orang lelaki berbadan besar menghampiri Han. "Diamlah! Jangan pernah berusaha untuk kabur, karena itu adalah hal yang sia-sia! Kami akan selalu mengawasimu secara ketat," ucap salah satu lelaki tersebut. "Siapa kalian? Kenapa kalian membawa saya ke sini?" tanya Han berseru. Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah dirinya. Dari kegelapan, samar-samar wajahnya mulai kelihatan. Dan semakin jelas saat orang itu semakin dekat. "James William?" kata Han mengernyitkan d
Han baru saja selesai dari toilet dan diantar oleh salah satu penjaga tersebut. Penjaga itu mulai melilitkan tali tambang pada tangan dan kaki Han kembali."Pelan-pelanlah sedikit! Tanganmu sangat kuat.""Bersiaplah! Tangan ini akan segera menghajarmu."Tak lama setelah Han selesai diikat kembali, James datang menemuinya."Pagi, Kakak ipar yang sedikit tampan!" sapa Han lebih dulu, sebelum james menyapanya. Karena bagi Han, sapaan dari james itu sangat menyebalkan."Aku tidak butuh basa-basi!""Lalu apa yang kau butuhkan, wahai Kakak ipar?"James menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. "Aku ingin segera tahu tentang siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Kang Areum. Dan kuharap, kau bisa menjawabnya dengan jujur tanpa berbelit-belit.""Jika saya tidak mau?""Berarti kau cari mati.""Pindah dan ikat dia pada tiang itu!" perintah James pada anak buahnya.Sekarang posisi Han sedang berdiri dengan kedua tanganny