Share

Bab 10. Nyaman di dekapmu

Di depan jendela kamarnya, Evelyn berdiri. Menatap gemerlap bintang di langit sambil menangis.

"Ev, Kau belum tidur?"

Evelyn menoleh, "Kau? Kau sangat tidak sopan memasuki kamar perempuan sembarangan!" katanya sambil mengelap air mata.

"Maaf! Saya ingin mengetuk pintu tapi saya takut kau tidak mengijinkan saya masuk." Mendekat ke arah Evelyn.

"Kenapa menangis?" Mengelap air mata Evelyn menggunakan tangan kanannya.

Evelyn hendak menolak perlakuan Han dengan menepis tangannya, tetapi Han malah memegang pipinya dengan kedua tangan dan menghapus air matanya.

Hal itu membuat sebuah kenangan terbesit di kepalanya. Kenangan dengan seorang anak laki-laki yang mengusap air matanya ketika menangis di masa kecil. 

Air matanya mengalir semakin deras membuat Han bingung dan langsung memeluknya.

"Apakah saya menyakitimu sedalam itu? Maafkan saya." Mengusap punggung.

Otak Evelyn hendak menolak, namun tidak dengan tubuhnya. Ia merasa nyaman dalam dekapan Han. 

Perlahan tangisnya mulai berhenti. Han meregangkan pelukannya, "Kau sudah mulai tenang? Sekarang tidurlah!" Menuntunnya ke ranjang.

Han duduk di pinggiran ranjang, sementara Evelyn berbaring disampingnya.

"Kau terlihat mempunyai luka yang sangat dalam. Kau bisa bercerita pada saya jika mau. Dan kau bisa mengatakan hal apa yang tidak kau sukai agar  saya tidak menyakitimu lagi. Ya!"

Evelyn hanya mengangguk.

Han menarik selimut sampai menutupi setengah badan Evelyn. "Saya tinggal, ya!" Mengusap rambut  Evelyn sebelum pergi.

Keesokan harinya, Evelyn terbangun lebih awal dari pada Han.

"aaaa ... w* ... w* ... w*fff ... " suara ocehan Hyunki mengundangnya untuk menghampiri. Ia membuka pintu kamar dan melihat Hyunki sedang bermain sendiri menggerakkan tangan dan kaki. Sementara Han masih tertidur pulas.

"U ... tutu ... tutu ... Kacihannya kau tidak ada yang menanggapi. Sini aku akan mengajakmu bermain." Menggendong Hyunki dan mengajaknya keluar.

Ketika Han terbangun ia terkejut melihat Hyunki tidak ada di sampingnya.

Dia panik kebingungan mencari keberadaan Hyunki sampai kolong ranjang tempat tidur.

Akhirnya, ia lega setelah keluar kamar dan melihat Hyunki sedang digendong Evelyn.

"Ah, saya pikir Hyunki hilang kemana. Saya sangat khawatir."

"Dasar Ayah tidak bertanggung jawab! Tidur seperti sapi dan mengabaikan anaknya begitu saja."

"Saya bukan Ayahnya."

"Kau yang mengasuh jadi kau Ayahnya."

"Kalau begitu kau ibunya karena kau juga ikut membantu merawatnya."

"Tidak bisa! Dia akan  memanggilku Kakak."

"Tidak! dia akan memanggilmu Mama."

"Kakak!"

"Mama! Mama! Mama!"

"Hishh!" Menendang Han.

"Awh!"

"Rasain! Nih, gendong sendiri bayimu." Menyerahkan Hyunki lalu duduk di sofa dan bermain ponsel.

"Tingting!" notifikasi pesan masuk di ponselnya berbunyi.

"Selamat pagi, saudara Han! Kami dari Agency xxxx, ingin menawarkan kontrak untuk menjadi Model di brand kami. Silahkan konfirmasi jika anda berminat dan datang ke resto xx siang ini untuk menandatangani kontrak kerja."

Membaca isi pesan tersebut, membuatnya melebarkan mata menatap layar ponsel. "Hei! Kau dapat tawaran kontrak menjadi Model."

"Benarkah?"

"Lihat ini!" Menunjukkan layar ponselnya.

"Wah ... Benar. Saya memang hebat. Ini karena saya sangat tampan," kalimat Han yang membanggakan dirinya sendiri membuat Evelyn menampilkan ekspresi geli.

"Kau sendiri yang mengatakan saya tampan. Iyakan? iyakan?" Menaik turunkan alis.

"Menjijikkan. Aku bilang begitu hanya sekedar basa-basi agar kau senang tahu!" Pipinya memerah menyerupai udang rebus.

"Sudahlah! kau jadi menerima kontrak atau tidak?"

"Tentu. Saya akan datang ke resto tersebut nanti siang. Tapi, bagaimana dengan Hyunki?"

"Biar aku yang menjaganya. Lagi pula tokoku selalu sepi. Aku jadi malas berjualan."

"Kau memang yang terbaik." Mengacungkan jempol.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status