Share

Kepala Polisi

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2022-02-28 09:47:11

Sehari sebelumnya di kantor polisi Wilayah Kota Yamon.

"Letnan Andi, bagaimana perkembangan kasus pembunuhan di perumahan Aman kemarin?" tanya Inspektur Andika-kepala polisi wilayah.

"Siap, Pak! Belum ada perkembangan yang signifikan karena pelaku tidak meninggalkan jejak sedikit pun," jawab Letnan Andi.

"Setelah dilakukan olah TKP, apa tidak ditemukan bukti tambahan?" tanya Inspektur Andika lagi.

"Siap, Pak! Tidak ada!" jawab Letnan Andi tegas.

"Baik! Bawakan semua berkas dan barbuk ke sini! Biar kasus ini saya ambil alih!" perintah Inspektur Andika.

"Siap!" Letnan Andi segera keluar dari ruang Inspektur untuk mengambil berkas yang diminta.

"Letnan, tolong temukan CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian. Bawa semua ke sini!" perintah Inspektur Andika setelah memeriksa berkas dan barang bukti yang diterimanya.

"Siap, Pak Inspektur!" Letnan Andi dan beberapa rekannya langsung menuju lokasi untuk menemukan CCTV yang ada di sepanjang kompleks Perumahan termaksud.

Tak sampai dua jam mereka sudah kembali dengan beberapa data CCTV yang diminta oleh Inspektur Andika.

Letnan Yusa yang bertugas di bagian pengecekan data segera memeriksa semua rekaman CCTV bersama Inspektur Andika.

"Stop! Coba di skip bagian tadi!" seru Inspektur Andika.

"Letnan Yusa segera mengulang rekaman ke bagian yang diminta.

Dalam rekaman tersebut nampak seorang pengendara motor matic yang  sedang memasuki wilayah komplek Aman. Waktu di dalam rekaman saat itu menunjukkan pukul 20.00 (jam delapan malam).

"Sepertinya dia hanya seorang kurir yang mengantarkan pesanan, Pak," kata Letnan Yusa pelan.

Inspektur Andika menekan tombol zoom pada keyboard saat pengendara motor matic itu berhenti di depan pagar salah satu rumah yang berjarak sekitar tujuh rumah dari TKP. Pengendara motor itu tampak meletakkan bungkusan berwarna hitam ke atas pagar dan langsung pergi setelah memencet gawainya sebentar.

"Sepertinya dia wanita," gumam Inspektur Andika, dia melihat pada plat motor tersebut, tertulis di sana nomor plat B 65** RAN.

"Segera periksa pemilik nomor plat motor ini!" perintahnya tegas seraya beranjak menuju ke ruangannya.

Tak lama, Letnan Andi mengantarkan laporan yang dimintanya.

"Hmmmm ... Ranti, alamat komplek perumahan Royal Nomor 14," gumamnya,"Segera siapkan mobil, kita segera meluncur ke sana!" perintahnya cepat.

"Tunggu! Sampaikan saja surat panggilan kepolisian agar dia datang untuk memberi keterangan!" Inspektur Andika memberi perintah dengan tegas.

Memang pantas kalau dia menjadi kepala polisi wilayah Yamon karena ketegasan dan wibawa serta prestasinya di kepolisian meskipun usianya masih terbilang muda, 35 tahun.

Sayangnya, kecemerlangan karirnya tidak diikuti dalam hal memilih jodoh.

Bukan tidak ada yang mau menikah dengan dia, justru karena terlalu banyak yang mau sehingga membuat dia salah memilih.

Pernah sekali dia sudahh bersiap naik pelaminan, ternyata kekasihnya malah kabur dengan Pengusaha kaya yang ada di kota itu.

Dan, sejak itu dia malah seperti orang trauma dengan pernikahan, sehingga selalu menunda dan menjauh setiap ada gadis cantik yang mendekatinya.

Padahal, ibunya sudah sering memohon pada putra pertamanya itu untuk segera menikah karena usianya sudah cukup dan kehidupannya pun sudah mapan.

Andika dibesarkan sendiri oleh ibunya karena ayahnya yang seorang tentara telah berpulang lebih dulu saat menjalankan tugas di wilayah Timor.

Jiwa kesatria ayahnya ternyata diwarisi oleh Andika yang memilih melanjutkan pendidikan di Akpol selepas SMA.

Dia lulus sebagai Taruna terbaik di angkatannya dan memulai karir sebagai polisi hingga menjadi kepala polisi wilayah saat ini.

***

Pagi iki di rumah Ranti.

"Selamat pagi, Pak polisi," jawab Narendra dengan ragu dan wajah pucat. Ada rasa khawatir yang menderanya," Ada yang bisa kami bantu, Pak?" Dia bertanya dengan gugup.

"Ada surat panggilan untuk Saudari Ranti untuk datang ke kantor polisi wilayah," jawab Letnan Andi dengan memberi hormat dan menyerahkan surat panggilan yang dibawanya.

"Maaf, Pak! Kakak saya melakukan kesalahan apa sampai harus dipanggil ke kantor?" tanya Narendra penasaran.

"Hahya untuk memberikan keterangan dan membantu tugas polisi untuk mengungkap kasus," jawab Letnan Andi dengab tegas.

"Ada apa, Ren?" Ranti tergopoh-gopoh keluar dari dapur saat mengetahui ada dua orang polisi' yang berdiri di depan rumahnya.

"Maaf, Bu Ranti. Dimohon kesederhanaannya untuk memberikan keterangan di kantor polisi siang ini!" jawab Letnan Andi.

Narendra menyerahkan surat panggilan yang diterimanya kepada Ranti.

"Tentang masalah apa, ya ,Pak?" tanya Ranti.

"Untuk lebih jelasnya, silahkan Bu Ranti datang ke kantor siang ini. Kalau begitu kami mohon diri, terima kasih," jawab Letnan Andi seraya memberi hormat dan berbalik diikuti oleh temannya.

Tinggal Ranti dan Narendra yang saling berpandangan, tak mengerti.

"Apa perlu aku antar ke sana, Kak?" tanya Narendra akhirnya.

"Nggak usah, Rend. Nanti ibu malah cemas," jawab Ranti.

"Tunggu kabar selanjutnya dari aku. Jangan pergi narik dulu sampai semuanya jelas, ada apa," ucap Ranti lagi berusaha tenang meskipun sebenarnya hatinya cukup khawatir dan bertanya-tanya.

"Baik, Kak. Kakak tenang aja, Aku pasti akan jaga ibu sama Aira," jawab Narendra meyakinkan.

"Ya, udah. Kakak lanjutin masak dulu. Jangan bilang apa-apa sama ibu!" tegas Ranti.

Saat itu, ibunya memang sedang pergi keliling komplek bersama Aira, kegiatan rutinnya setiap pagi.

"Siap, Kak!" jawab Narendra sedikit kesal karena dipesan berulang-ulang.

***

Usai memasak, Ranti bersiao untuk pergi ke kantor polisi.

"Hari minggu mau ke mana, Ran?" tanya Bu Diah melihat putrinya yang sudah bersiap.

"Ini, Bu. Ranti mau antar pesanan online dulu. Katanya kalau nggak diantar hari ini bisa batal," jawab Ranti,"Sayang, kan, kalau sampai batal," lanjutnya.

Ibunya mengangguk mengerti.

"Ya, udah. Aku pergi dulu, Bu," pamitnya seraya mencium punggung tangan ibunya.

Ranti pun segera memacu kuda besinya yang berwarna merah melaju meninggalkan rumahnya.

"Baiklah, kita lihat. Apa yang akan terjadi selanjutnya!" gumamnya sambil tersenyum misterius.

Setibanya di kantor polisi wilayah, Ranti langsung mengatakan tujuannya datang dan langsung diantar ke ruang pemeriksaan.

"Selamat siang, Pak?" sapanya saat memasuki ruangan di mana sudah ada  Inspektur Andika dan Letnan Yusa.

"Selamat siang, silakan duduk, Bu Ranti!" Inspektur Andika langsung mempersilahkan Ranti duduk di depan mereka.

"Begini, Bu Ranti_!" Inspektur Andika tak sempat menyelesaikan ucapannya.

"Jadi, apa kesalahan saya sampai Pak Polisi memanggil saya?" tanya Ranti cepat, penasaran.

"Jadi begini, Bu ... Ini mengenai kasus pembunuhan yang terjadi beberapa hari lalu di perumahan Aman," Inspektur Andika mulai interogasinya.

"Ya, lalu ...?" tanya Ranti,"Apa hubungannya dengan saya?" sambungnya.

"Di malam kejadian, Bu Ranti terlihat di sekitar TKP, satu jam sebelumnya. Apa yang sedang Ibu lakukan di sana?" Inspektur Andika melanjutkan.

Letnan Yusa memperlihatkan bukti rekaman yang memperlihatkan keberadaan Ranti ketika melihat Ranti mengerutkan keningnya.

"Oooh, itu_!" katanya,"Saya mengantar pesanan customer, Pak."

"Apakah Bu Ranti seorang kurir?" tanya Andika lagi.

"Saya berjualan online, Pak. Tapi saya mengantarkan sendiri pesanan customer kalau memang masih sekitar wilayah sini," Ranti menjelaskan.

"Saat itu, apa yang Ibu kirim dan siapa penerima pesanan Ibu? Soalnya saya tidak meilhat seorang pun menerima barang yang ibu letakkan di sana?" Andika mulai mencecarnya dengan pertanyaan membuat Ranti terlihat mulai gugup.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Blue Sea
kasian pak Andika ampe trauma ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kisah Sedih Ridho

    Ridho mengernyitkan keningnya samar, baru kemudian menjawab dengan tenang."Mau berapa lagi yang Lu eksekusi, Bro?" tanyanya pelan. Tangannya masih sibuk mengelus kepala Si Jago miliknya. Sesaat kemudian dia berjalan ke arah kandang dan melepaskan ayamnya dalam kandang tersebut.Kukkuruyuuukkk!Terdengar suara lantang ayam tersebut, seolah kembali menantang lawannya.Ridho berjalan ke arah Narendra yang mulai terlihat sinis dengan mata merahnya. Sepertinya, minuman berkonsentrasi alkohol tinggi mulai menguasai dirinya."Hahaha! Kalau perlu gue akan buat semua jenis orang kayak gitu mampus di tangan gue!" ucapnya dengan lantang.Ridho yang menyadari situasi itu segera menutup mulut Narendra dengan tangan kanan dan menyeret tubuh sahabatnya untuk segera masuk ke dalam rumah."Gila, Lu! Jangan teriak-teriak di luar. Lu mau semua orang tahu dan dengerin omongan lu yang mulai ngaco! Udah, mending Lu istirahat dulu, deh. Tar kalau udah sadar gue ajakin liat target!" ucap Ridho, mendorong t

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Penangkapan Pak Surya

    Andika melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan gerakan seseorang yang terlihat sedang berusaha melarikan diri.Polisi segera mengejar ke arah suara itu."Berhenti atau kami tembak!" Kembali Andika berteriak dengan lantang. Namun orang yang berpakaian serba hitam yang baru saja melompat melalui jendela dati kamar bagian belakan rumah Ranti, sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut."Satu ...,""Dua ...,""Ti ... ga!"Dorrr! Dorr!"Aahhhh ...!" terdengar suara teriakan orang tersebut berbarengan dengan jeritan Bu Diah yang menyaksikan langsung peristiwa itu.Seketika, orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang berwarna hitam pula itu jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang terkena peluru dan mengeluarkan banyak darah.Andika dan anak buahnya segera menghampiri orang tersebut."Siapa kamu!" bentak Andika dan memberi isyarat pada Letnan Ardi untuk membuka penutup kepala orang tersebut.Seketika, mereka semua terkejut melihat wajah yang ada di bali

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pengejaran

    "Itu ... itu cleaning servis yang ada di depan ... jangan-jangan dia pelakunya!" Suster Murni berseru dengan lantang, telunjuknya menunjuk tepat ke wajah orang yang sedang dizoom oleh Letnan Ardi pada layar monitor.Seketika Inspektur Andika dan Letnan Ardi fokus menatap pada Suster Murni."Maksud Suster ... Anda pernah melihat orang ini juga sebelumnya?" tanya Andika dengan penuh selidik."Iya ... iya, saya yakin bertabrakan dengan cleaning servis ini sesaat sebelum peristiwa itu terjadi," jawab Murni dengan sangat yakin."Tunggu dulu! Di sini kita lihat dia baru berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ini berarti tiga puluh lima menit sebelum tewasnya Ibu Vira. Kita lihat, dia tidak mengenakan seragam cleaning servis rumah sakit ini. Coba cari gambar orang ini di tempat lain sekitar rumah sakit!" perintah Andika sedikit bersemangat karena mulai menemukan titik terang."Kita zoom dulu wajahnya!" seru Andika lagi, hampir saja terlupa."Gambarnya sedikit blur, Pak. Apalagi dia menggunaka

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Vira Tewas Terbunuh

    Murni segera berlari kembali menuju kamar Vira.Apa yang dilihatnya sungguh membuat jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya.Tampak di atas kasur, tubuh Vira yang sedang menggelepar seperti ikan kehabisan air.Posisi kepalanya berada di sisi pembaringan, sementara tubuhnya telentang di atas kasur.Wajahnya membiru dengan mata mendelik. Dari sudut bibirnya keluar busa yang langsung jatuh ke lantai. Tangannya memegangi leher seperti mencekik diri sendiri, padahal mungkin sedang mencari udara untuk bernapas."Ya, Tuhan! Panggil Inspektur Andika ... cepat!" teriak Murni, entah pada siapa. Tersadar, dia langsung memencet bel pemanggil Dokter dengan panik."Kecolongan, Dok! Kita kecolongan. Padahal baru saya tinggal beberapa menit. Saya pikir masih ada polisi yang berjaga di sekitar kamar Ibu Vira!" teriak Murni panik saat Dokter Widya yang menangani Vira saat ini datang. Tanpa banyak bicara Dr. Widya langsung memeriksa kondisi Vira yang masih sekarat, tubuhnya dangat lemah dan n

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Bukti yang Hampir Terungkap

    "Selamat pagi Bu Vira, saya Inspektur Andika dari kepolisian. Bagaimana kondisi Ibu saat ini?" tanya Andika setelah memberi hormat dan berdiri di samping pembaringan Vira.Perlahan, Vira memutar kepalanya yang sedang menatap dinding kamar VIP di rumah sakit kepolisian. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu.Sesaat, ia nampak bingung dan mengerutkan keningnya."Saya ada di mana, Pak Polisi? Apa yang terjadi sama saya?" tanyanya dengan linglung, membuat Andika sedikit terhempas, raut wajahnya seketika berubah kelam.'Jangan-jangan dia amnesia?' bisiknya dalam hati."Apa Ibu tidak ingat kejadian apa yang membuat Ibu masuk rumah sakit ini?" tanya Andika masih dengan penuh harapan.Di mana suami saya, Pak, apa dia baik-baik saja?" Kembali pertanyaan Vira membuat Andika mulai kehilangan semangat. Tapi sebagai seorang polisi yang berpengalaman, dia tidak boleh menunjukkan kegelisahannya pada anak buahnya yang ada di ruangan itu."Baiklah, sebaiknya Bu Vira istirahat dulu supaya tenan

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Petunjuk Baru

    "Orang itu siapa, Yah?" Ranti mengernyitkan kening, menunggu ayahnya melanjutkan penuturannya.Namun, tampaknya sulit untuk Pak Surya mengatakan apa yang dia ketahui."Dia ... Ayah juga tidak tahu!"Akhirnya, hanya ucapan itu yang terucap dari bibir tuanya. Lelaki paruh baya itu segera melangkah pergi menuju ruang dalam. Sekilas dia melirik ke arah kamar putranya, Narendra.Langkahnya terlihat gontai, seperti sedang ada yang dipikirkan, tatapan matanya begitu rumit.Krietttt!Tiba-tiba, pintu kamar Narendra terbuka dan muncul sosok tampan itu di depan pintu kamar."Bu, mau sampai kapan laki-laki itu di sini?" tanyanya dengan sinis.Matanya berkilat seperti pedang yang siap menebas punggung Pak Surya yang sempat menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar suara putranya."Rend, jangan seperti itu, Nak! Biar bagaimanapun dia tetap ayahmu ... sebenci apapun harus tetap menghormatinya," ucap Bu Diah dengan lembut. Jemarinya menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Narendra dud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status