Beranda / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 111. Firasat: Sesuatu Yang Tak Terlihat Itu Menakutiku ....

Share

111. Firasat: Sesuatu Yang Tak Terlihat Itu Menakutiku ....

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 19:29:27
Liora meremas dadanya yang mendadak sesak. Langkah menuju ruang rawat sang Ibu terpaksa harus ia hentikan terlebih dahulu.

Ia terdiam beberapa lama, berdiri tanpa melakukan apapun selain meredakan gejolak di hatinya.

Ada sebuah perasaan aneh ....

Sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan saat ia memandang gulungan awan kelam yang berarak di langit itu.

Senja yang muram, hal yang biasanya disukainya karena suara hujan memberinya ketenangan tersendiri—tetapi tidak untuk sore ini.

Sesuatu yang tak terlihat itu menakutinya. Seperti ... perasaan bahwa ia akan kehilangan hal yang paling berharga.

Saat itu, yang ada di dalam pikirannya adalah, ‘Apakah Kayden baik-baik saja?’

Matanya terpejam, tanpa sadar kedua tangannya saling menggenggam. Diamnya sedang merapalkan doa agar pemilik semesta melindungi Kayden dan orang-orang terkasihnya meski mereka berada di daratan yang berbeda.

Sudah sekitar tiga hari sejak suaminya itu meninggalkan kota untuk menuju ke Berlin. Meski mereka tetap sali
Almiftiafay

haaii, ini bab yang 1 lagi ya? siapkan kanebo kering buat besok, sampai jumpa ....

| 14
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
kuatkan hati mu liora dan percaya sama kayden tapi klo kayden mau nikah sama julia yg ada si kayden rugi. liora lepas dan harta mu akan di kuras sama Julia buat bayar utang
goodnovel comment avatar
Yuli Ani
males banget bacanya klu jahat2 terus kasian istrinya.inginnya drama keluarga yg bahagia
goodnovel comment avatar
Peri 🧚🏻‍♀️
entah knp w "kaya" yakin aja ma kayden. Tpi yg w takutin justru Liora. Dia kan kaya blm 100% yakin, dan ada aja insecure nya. Apapun itu, semoga jgn smpe pisah, jgn gegabah, jgn kebanyakan menabur bawang jg yaa thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    277. Semalam Tak Biasa Dengan Suami Tampanku

    Liora tak bisa menahan suara dari bibirnya itu.Ia menelan ludah dengan sedikit kasar saat Kayden menyentuh titik sensitif tubuhnya hingga meremang.Ia berusaha menghentikan tangan Kayden tetapi tidak bisa. Bukankah Liora tahu seberapa jauh perbedaan kekuatan mereka?"Hngh ... "Saat yang ke sekian kalinya kembali lolos dari bibir, barulah Kayden menarik tangannya.Ia letakkan jarinya yang telah basah itu di bibirnya sebelum Liora melihatnya menyesapnya dengan seulas senyum penuh godaan."Manis," katanya.Wajah Liora memanas, malu karena tidak biasanya Kayden menggoda dengan cara seperti itu.Prianya itu tampak membuka atasan kemeja yang ia kenakan. Dada bidangnya terpampang di hadapannya sebelum Liora tak lagi melihatnya.Bukan karena Kayden pergi, tapi karena Kayden meletakkan kemeja itu di atas kepalanya, sebagiannya menutupi mata sehingga Liora kehilangan penglihatan."K-Kayden, ka-kamu," sebut Liora dengan terbata-bata. "Apa yang kamu lakukan? Jauhkan—""Ssht," bisik Kayden, terd

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    276. “Adegan Panas,” Katanya

    “Akh—“ Liora menjerit saat Kayden mendadak mengangkat tubuhnya dengan tanpa beban sehingga Liora mencari pegangan dengan melingkarkan kedua tangannya ke leher Kayden. “A-apa yang kamu lakukan?” tanya Liora dengan gugup, menatap Kayden yang iris gelapnya sudah liar memindainya ke segala sisi. Alih-alih menjawab tanya darinya, Kayden sekilas menoleh ke belakang. Pada Mark dan Rowan kemudian mengatakan, “Kalian pulanglah, lakukan seperti yang aku minta tadi.” “Baik,” jawab dua pemuda yang masih duduk di sofa ruang baca itu secara bersamaan. Setelah mendengar jawaban itu, Kayden dengan gegas membawa Liora meninggalkan pintu ruang baca. “Kenapa kamu mengangkatku?” protes Liora, berusaha memberontak meski ia tahu itu tak menghasilkan apapun sebab Kayden berlipat kali lebih kuat darinya. “Kenapa lagi?” balasnya. “Biar kamu tidak dilihat oleh mereka, ‘kan? Kenapa keluar dengan memakai pakaian seseksi ini, hm? Sengaja menunjukkan betapa mempesonanya kamu di hadapan Mark dan Rowan?” “T-ti

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    275. Kembali Ke Seattle

    Setelah hatinya lebih tenang, setelah ia mengunjungi tempat terakhir ayah dan ibunya diketahui hidup, setelah ia melihat rumah yang dulu pernah menjadi saksi ia pernah memiliki keluarga yang bahagia, akhirnya Evan meninggalkan West Seattle. Sudah waktunya kembali ke tempat ia memulai hidup barunya bersama dengan Leah, dan berjanji memberi yang terbaik untuk gadis itu agar kisah Ethan dan Sophia tidak terulang di hidupnya. Ia boleh hidup dari badai yang besar, tapi ia tak akan pernah membawa Leah, atau keluarga kecilnya kelak di badai yang pernah dilaluinya. Sudah lewat dari satu hari dari waktu ia izin cuti pada Kayden, ia harus benar-benar kembali sekarang. Meski Kayden mengatakan bahwa ia bisa menenangkan dirinya hingga pulih, tapi Evan merasa tidak enak jika ia tetap mendapat bayaran tanpa melakukan pekerjaannya. Sedan yang dikemudikan oleh sopirnya Evan telah memasuki perumahan tempat di mana ia dan Leah tinggal. Tapi sebelum mereka sempat berhenti, di kejauhan itu sebuah mobi

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    274. Mungkin Seperti Itu Aku Jika Mereka Memiliki Umur Lebih Lama

    West Seattle masih menunjukkan gugusan mendung hitam yang tak juga pergi sejak kemarin. Di dalam kamar hotel tempat Evan menginap, pemuda itu berdiri memandangi jendela yang mengembun. Dalam waktu kurang dari setengah jam, ia bertaruh bahwa hujan akan benar turun. “Evan?” panggil suara manis seorang perempuan dari belakangnya. Yang saat Evan menoleh, ia menjumpai wajah Leah yang terlihat sama sendunya dengan langit kelam itu. “Iya, Sayang?” “Mau pergi sekarang?” tanya Leah seraya mengayunkan kakinya untuk mendekat. Evan memberi anggukan samar, tangannya sedikit terangkat saat Leah menggenggamnya. Manik mereka bersirobok saat Leah berujar dengan lirihnya, “Maaf ....” “Untuk apa, Sayang?” “Kamu harus pergi sejauh ini untuk melihat bahwa kamu pernah memiliki keluarga yang bahagia sebelum ayah dan ibuku menghancurkannya.” Evan kembali tersenyum, tipis, tak lebih dari beberapa milimeter tetapi itu sarat akan luka yang dalam. Entah berapa kali Leah mengatakan ‘maaf’ dari bibirnya,

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    273. Putri Kesayangan Daddy

    “Tidak apa-apa, Pak ....” ucap Dokter. “Ini sudah sesuai dengan peraturan kesehatan. Baby Lucca juga seperti ini tadi.” “Lucca? Seperti ini?” tanya Kayden, menoleh pada Liora yang berjalan mendekat padanya dengan masih menggendong Lucca. Liora menyentuh bahu Kayden, memberinya usapan yang lembut saat berujar, “Tidak apa-apa, Kayden. Mereka hanya akan menangis sebentar.” “Benarkah?” Masih ragu. Wajahnya yang tertekan membuat Liora tak bisa membendung senyumnya. Ia tahu Kayden sedang cemas karena anak gadisnya yang mungil itu akan ‘disakiti’. Liora mengangguk menjawabnya, kemudian barulah Kayden memposisikan Elea kembali seperti sebelumnya. Ia memejamkan matanya saat jarum suntik yang dibawa oleh dokter menyentuh lengan anak gadisnya itu. Sedetik setelahnya, tangisan Elea mencemari ketenangan yang ada di sekitar mereka. Tak seperti Lucca yang hanya sesaat menangisnya kemudian terdiam saat mendapat susu dari Liora, Elea tidak demikian. Elea menangis tanpa henti bahkan saat Kayden s

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    272. Hanya Untuk Kayden Lah Liora Tercipta

    “Wah ... benar-benar tidak terpikirkan, Sayang,” ucap Kayden, masih belum lepas dari takjubnya ia atas apa yang dikatakan oleh Liora. “Aku sudah memikirkannya sejak kita membicarakan tentang Pak Evan dan Leah saat itu, Kayden,” tanggap Liora. “Hanya saja ... aku tidak yakin. Tapi tidak ada salahnya mencoba, ‘kan? Siapa tahu ... mungkin benar kalau si penipu itu masih belum tobat.” “Aku akan mencari tahunya nanti. Terima kasih kamu sudah memberi masukan, Sayangku.” “Sama-sama.” Kayden menunduk, menjatuhkan bibirnya di bibir Liora, memberi pagutan yang lebih lama ketimbang biasanya. Saat ia menarik wajahnya, jarinya mengusap pipi Liora, membelai rambutnya. Jika sudah sedekat ini, maka bibir Liora tak bisa untuk tak memberi pujian pada prianya itu. “Apakah nanti kalau Lucca dewasa dia akan setampan kamu?” tanyanya, mengarahkan tangannya ke depan, jari telunjuknya menyentuh pucuk hidung Kayden. “Apakah itu pujian?” “Iya. Apa kamu sudah bosan mendengarnya? Mungkin di sepanjang hidup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status