หน้าหลัก / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 117. Dengan Sisa Jantungku Yang Berdetak

แชร์

117. Dengan Sisa Jantungku Yang Berdetak

ผู้เขียน: Almiftiafay
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-19 13:01:37
Retakan menganga lebar di hatinya. Liora menatap dalam diam kalimat yang ada di layar ponselnya itu. Berharap akan berubah.

Tetapi tidak ... yang terjadi justru sebaliknya.

Semakin dibacanya, Liora malah semakin bisa membayangkan seperti apa wajah Kayden yang penuh kebencian terhadapnya.

Bukankah seperti itu yang selalu dilakukan oleh Kayden?

Pria itu hanya menginginkannya karena nafsu, bukan sebenar-benarnya cinta yang tumbuh dari dalam hatinya.

Dengan jemari yang gemetar, Liora mengetuk tombol panggil pada Kayden.

Ia ingin dengar suara itu langsung dari bibirnya, bukan melalui pesan seperti ini.

Tetapi ... panggilannya terhadap Kayden tidak tersambung. Sepertinya nomornya diblokir setelah Kayden mengirimkan pesan tersebut.

Liora tidak menyerah, ia berpindah ke kontak lain. Kontak milik Evan Lee. Tetapi saat ia memanggilnya, hasilnya sama—tidak dijawab.

Apakah di Berlin kembali terjadi black out seperti sebelumnya?

Tidak mungkin, bukan?

Ini hanya berselang beberapa menit se
Almiftiafay

pastikan akak membaca bab selanjutnya yang akan Thor update nanti sore karena dari sana kita singkap perlahan masalah pelik ini 😁 thankyou 💃🏻🔥 jangan lupa tinggalkan komentar ulasan like vote 🥰 TYSM ILYTTMAB 🌝

| 13
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (7)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
bertahan lah liora dan tunggu kebenarannya
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
run Liora run.... percuma juga ngarepin si sarden toh pada akhirnya kmu akan terluka juga....
goodnovel comment avatar
indina
di tunggu kak,apakah Liora akan pergi meninggalkan semua orang orang yang menjadi penderitaannya selama ini
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    120. Kebetulan Yang Sempurna

    Dari sudut mata Evan, ia bisa melihat wajah Kayden yang memerah. Matanya, telinganya ... seakan itu mewujudkan sepanas apa isi di dalam hatinya sekarang ini.Amarahnya meluap, “Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk mengawasi Liora?!” hardiknya pada Annie. “Bagaimana bisa dia lepas dari pengawasan kalian?!”“M-maaf, Tuan Kayden,” lirih Annie dari seberang panggilan. “Kami masih mencoba mencari Nona sekali lagi.”“Apa dia membawa pakaiannya?”“Tidak. Tidak ada satu pun yang dibawa oleh Nona. Bahkan ponselnya pun ditinggal di dalam kamar.”“Cari dia! Aku akan berusaha untuk pulang secepatnya, bawa dia kembali, Bu Annie!”“Baik,” jawab Annie dengan suara yang terdengar gemetar.Kayden tak berbicara setelah itu. Ia tampak memalingkan wajahnya, menjauh dari dekat Evan dan duduk di tepi ranjangnya yang berantakan.Napasnya terdorong berat saat Evan melanjutkan berbicara pada Annie sebelum panggilan mereka mati.Evan menatapnya cukup lama. Memilah, memilih kata, berhati-hati.Karena untu

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    119. Terperangkap Badai Eropa

    Ponsel milik Evan seperti akan hancur digenggam tangan besar Kayden. Sepasang iris gelap pria itu mengarah pada layarnya yang menyala, dan menunjukkan dengan jelas sebagaimana yang dikatakan oleh Evan. Bahwa ada foto dirinya dan Julia yang bertemu di rumah sakit, serta sebuah outdoor venue di sebuah hotel yang tak ia ketahui di mana. Yang memang dirancang seolah acara itu hanya akan dihadiri oleh keluarga inti. Persepsi publik dengan adanya pernikahan Kayden dan Julia di sini diperkuat dengan bukti bahwa mereka memang berada di satu daratan yang sama, di Berlin. Belum lagi, semua orang tahu bahwa Julia adalah mantan pacarnya. Mereka bisa saja percaya bahwa Kayden di sini memang memiliki tujuan lain selain mengantar Tuan Owen berobat. Saat Kayden menggulir isi berita itu, harapannya akan keberpihakan publik terhadapnya pupus. Di sana menyebutkan bahwa Kayden menikahi Julia sebab nyawa gadis itu di ujung tanduk atas kanker yang dideritanya. Dan sebagai permintaan terakhir di akhir k

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    118. Hilang ....

    Dua belas jam yang rasanya hampir membuat Kayden gila. Badai yang menerjang Eropa sebelum peringatan keluar membuat semua orang kalang-kabut. Meski rumah sakit memiliki supply daya yang sangat baik, tetapi sebagian besar jaringan telekomunikasi terputus. Keinginannya untuk terbang meninggalkan Berlin dan kembali ke kota agar bisa membersamai Liora melewati harinya yang cukup berat kala kehilangan sang Ibu pupus. Semua penerbangan dibatalkan, sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Meski dua belas jam dalam ‘kegelapan’ itu akhirnya berlalu, tapi Kayden masih belum bisa pergi dari Berlin. Ia menghubungi rumah untuk mengatakan hal itu sejak Liora tak menjawab panggilannya. Tetapi jawaban dari Annie yang ada membuat hatinya justru semakin tak karuan. ‘Nona Liora sangat terpukul, Tuan Kayden,’ ucap wanita kepercayaannya itu. ‘Saya tidak berani mengatakan banyak hal selain hanya menguatkannya sekarang ini. Mungkin nanti saya akan memberi tahu Nona dengan hati-hati apa yang membuat Anda

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    117. Dengan Sisa Jantungku Yang Berdetak

    Retakan menganga lebar di hatinya. Liora menatap dalam diam kalimat yang ada di layar ponselnya itu. Berharap akan berubah. Tetapi tidak ... yang terjadi justru sebaliknya. Semakin dibacanya, Liora malah semakin bisa membayangkan seperti apa wajah Kayden yang penuh kebencian terhadapnya. Bukankah seperti itu yang selalu dilakukan oleh Kayden? Pria itu hanya menginginkannya karena nafsu, bukan sebenar-benarnya cinta yang tumbuh dari dalam hatinya. Dengan jemari yang gemetar, Liora mengetuk tombol panggil pada Kayden. Ia ingin dengar suara itu langsung dari bibirnya, bukan melalui pesan seperti ini. Tetapi ... panggilannya terhadap Kayden tidak tersambung. Sepertinya nomornya diblokir setelah Kayden mengirimkan pesan tersebut. Liora tidak menyerah, ia berpindah ke kontak lain. Kontak milik Evan Lee. Tetapi saat ia memanggilnya, hasilnya sama—tidak dijawab. Apakah di Berlin kembali terjadi black out seperti sebelumnya? Tidak mungkin, bukan? Ini hanya berselang beberapa menit se

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    116. Kelukaan Yang Mendera

    “Maksudnya ada satu orang yang berpura-pura menjadi perawat dan menyusup pada jam sebelum kematian Nyonya Marry?” Pengacara Hans memastikannya. Polisi dengan pangkat yang lebih tinggi itu mengangguk sebagai pembenaran. “Benar, Pak. Kami menduga orang itu yang menyelundupkan senjata tajam ke dalam kamar Nyonya Marry dan entah apa yang dia lakukan di dalam hingga tragedi itu terjadi. Orang itu dalam pengejaran kami.” “Bisa jadi dia juga yang mengambil cincin milik Nyonya Marry,” sambung Pengacara Hans dengan pemikiran kritisnya. “Ada kriminal gila yang biasanya mengambil sesuatu dari korban sebagai ‘souvenir’, mungkin dia juga melakukan hal yang sama.” “Atau mungkin orang terduga pelaku itu memang tertarik dengan cincin Nyonya Marry karena nilai uangnya?” sambung pemuda yang datang dengan pengacara Hans. Polisi tersebut mengangguk, “Kami akan merekonstruksi bentuk cincin milik korban dan menyebarkannya ke toko-toko perhiasan di kota karena barangkali dia menjualnya.” Saat belia

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    115. Seperginya Dari Pusara

    Seperginya dari pemakaman, Liora turun dari mobil yang berhenti di halaman rumah Kayden dengan hati yang sudah tak bisa dijelaskan lagi seperti apa bentuknya—atau lebih tepatnya itu memang telah tak berbentuk. Leo yang melihatnya terpuruk di pemakaman tanpa ada satu pun keluarga yang menemaninya memutuskan untuk ikut mengantar Liora pulang. Kilatan di mata pemuda itu sebenarnya penuh dengan kekecewaan. Bukan pada Liora, melainkan pada Kayden atau keluarga Baldwin yang sama sekali tak hadir untuk menampakkan batang hidung—setidaknya sekadar mengucapkan berbela sungkawa. “Pasti berat,” ucap Leo saat ia sudah tiba di dekat Liora yang berdiri di undakan tangga teras. “Kalau butuh bantuan—“ Leo menggertakkan rahangnya, seperti memilih untuk berhati-hati saat bicara karena tak ingin dianggap memanfaatkan keadaan Liora yang sedang rapuh. “Maksudku, selama Kayden masih belum pulang, kalau ada sesuatu yang sangat mendesak yang kamu perlukan, kamu bisa menghubungiku, Liora,” lanjutnya. Lio

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    114. Diterjang Badai Dalam Semalam

    ‘Liora, yang selamanya akan selalu menjadi putri kecilnya Mama, kita bertemu lagi nanti di taman bunga yang pernah kita bicarakan ya?’ Suara Nyonya Marry memenuhi indera pendengar Liora. Senyumnya terlihat manis, tetapi Liora tak bisa menggapai tangannya yang tengah melambai. ‘Tidak, Ma ... aku tidak bisa. Jangan pergi!’ Napasnya tersengal saat gemuruh suara petir menampar kesadaran Liora keras-keras. Ia mengerjap saat matanya terbuka, menyadari dirinya sedang duduk menyandarkan tubuhnya di salah satu pilar penyangga yang ada di rumah sakit. Sentuhan lembut di bahunya membuat Liora menata napasnya yang seakan putus. Sudah sejak semalam ia tidak pulang demi mengetahui kebenaran di balik kematian ibunya yang aneh. Sepertinya ia baru saja direnggut lelap selama beberapa menit sebelum Annie menyentuhnya. “Nona, Nyonya Marry sudah bersiap dimakamkan,” ucapnya. Liora memandang sekitar, langit sedang tak bersahabat sejak kemarin bahkan itu berlanjut hingga hari ini, seolah melengkapi

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    113. Sepotong Diriku Yang Tak Akan Pernah Pulih

    Beban tubuhnya menjadi dua kali lebih besar. Liora tak kuat berdiri. Ia duduk di lantai dengan Annie yang memeluknya. Napasnya tersengal menyadari apa yang baru saja ia katakan. Ia bahkan tak percaya bahwa ini adalah sebuah kebenaran. "Bagaimana bisa, Nona Liora?" tanya Annie, suaranya terdengar gemetar sama seperti saat Liora mengabarkan tentang kematian ibunya barusan. "Bukankah saat Anda tadi menjenguknya Nyonya Marry baik-baik saja?" "Iya." Liora sejenak tak tahu harus melakukan apa, separuh nyawanya terlepas dari raga. "A-apakah ... Suster Lydia mengatakan penyebab Nyonya Marry meninggal?" tanya Annie sekali lagi, wanita paruh baya itu berhati-hati berujar pada Liora. "Tidak, dia hanya bilang agar aku pergi ke sana karena Mama sudah meninggal." Annie terlihat menyeka air matanya. "Kenapa jadi begini, Nona?" Liora menggeleng, "Aku tidak tahu, Bu Annie." Lirih, bahkan mungkin hampir tak terdengar. "Nona akan ke rumah sakit sekarang?" Liora mengangguk sebagai jawaban. Ia kem

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    112. Dia Yang Terlepas

    Liora ingin membantah apa yang dikatakan oleh Freya. Tapi ... bagaimana jika yang dilihatnya itu adalah sebuah hal yang dengan jelas mengarah ke sana? Setelah Freya pergi dan Liora masuk ke dalam mobil yang menjemputnya, seluruh tubuhnya seakan kebas. Hatinya hancur berantakan kala memeriksa satu demi satu foto yang ada di dalam amplop tersebut. Sebuah pernikahan yang sepertinya dipersiapkan di outdoor venue di sebuah hotel. Lengkap dengan beberapa meja dan ornament yang cantik. Tak banyak meja yang dipersiapkan, sepertinya acara itu hanya akan didatangi oleh keluarga mereka saja. Mungkin ... memang benar kepergian Kayden ke Berlin itu untuk mengantar ayahnya berobat. Tapi yang menjadi keraguan Liora sekarang adalah, apakah kebenaran tentang ucapan Kayden yang menyebutkan bahwa ayahnya sedang terkena serangan jantung itu bisa dipertanggungjawabkan? Bagaimana kalau ternyata itu hanyalah sebuah alasan agar Kayden bisa tinggal di sana lebih lama, menemani Julia sebagai salah satu ca

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status