Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 125. Apa Yang Harus Aku Hancurkan Untuk Membuatmu Kembali?

Share

125. Apa Yang Harus Aku Hancurkan Untuk Membuatmu Kembali?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-05-23 13:16:17
“Ya?!” Kedua alis lebat Kayden terangkat begitu mendengar tanya Nyonya Jessie.

Wanita bergaun hitam itu sekilas menunjukkan senyumnya yang ganjil sebelum menggeleng, “Aku hanya bertanya, Kayden,” jawab beliau. “Mungkin dia tidak benar-benar meninggalkanmu?”

“Saya harap juga begitu,” ungkapnya dalam pengharapan. “Tapi setelah semua usaha yang dilakukan oleh anak buah kami, hingga hari ini dia tidak ditemukan, Bu Jessie.”

Kayden tertawa lirih, tetapi justru terdengar perih karena mereka tahu itu menyimpan luka yang tak terucap.

“Semua dari kita percaya bahwa saat dua orang tidak pernah bertemu lagi, artinya takdir di antara mereka sudah habis. Dan saya tidak mau itu, saya tidak ingin berakhir seperti ini dengan Liora. Saya belum bisa menepati janji saya untuk memberinya hidup dalam keluarga yang kami mimpikan bersama.”

Semua orang seperti menahan napas.

Di dalam ruangan itu ... siapapun tahu bahwa Kayden bukanlah seorang pria yang banyak bicara.

Ia terbiasa diam, menjadi pengamat,
Almiftiafay

1 bab dulu yaaa 🤣🥰

| 20
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
umpetin aja dulu bu jessie biar kayden sadar harus nya dia ungkap kebenarannya dulu soal dia yg mau nikah sama julia
goodnovel comment avatar
indina
Alhamdulillah ternyata Liora di lindungi orang baik. jangan pertemukan dulu sama kayden,biarkan dia dibuat menderita dulu Karena dipisahkan sma liora
goodnovel comment avatar
Eva
Benar ternyata Liora bersama Nyonya Jessie. Lebih baik sembunyikan dulu Liora, supaya Kayden melihat sendiri penyebab Liora pergi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    303. Tak Ada Belas Kasih!

    Sudah cukup siang saat Liora ada di dalam kamarnya. Ia masih belum sepenuhnya siap keluar.Rambutnya masih basah sehingga ia perlu mengeringkannya dulu.Ada hal yang harus ia lakukan hari ini, yakni menghadiri sidang putusan untuk sahabatnya—aah ... bolehkah jika Liora menyebutnya sebagai mantan sekarang?Setelah urusan rambutnya selesai, ia memakai anting di telinganya, memastikan tampilannya cukup bagus di depan Freya nanti.Meski terdengar jahat, tapi Liora ingin memastikan bahwa temannya itu menyesal sebab ia telah menodai hubungan mereka dengan sebuah pengkhianatan.Sekalipun Liora harus menapaki perjalanan panjang agar keadilan bisa menyeruak, tapi Liora puas!Tidak ada belas kasih di dalam hatinya untuk seseorang yang teah sengaja mengambil satu-satunya keluarga Liora yang tersisa saat itu.Ibunya, Nyonya Marry yang malang.Liora menarik laci dari tempat perhiasan, mengambil kotak berwarna hitam dengan beludru. Membawanya ke meja di depan cermin.Liora membukanya dan melihat se

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    302. Ah—Tutup Matamu Dulu

    ***Kenangan akan semua peristiwa itu lambat laun memudar dari pandangan Evan, seperti layar proyektor yang meredup lalu tak lagi terlihat.Matanya masih menatap sebungkus gummy bear yang ada di tangannya. Ia tersenyum saat membukanya dan memasukkan satu buah ke dalam mulut.Kemudian, kalimat Kayden tentang ‘wajahnya yang sama seperti saat ia sembilan belas tahun itu’ bisa dipahaminya secara jelas. Bahwa saat ia melampiaskan kekesalannya dengan menginjak-injak kartu nama milik Regan tadi, Evan sebenarnya sedang menyembunyikan kesedihannya. Persis seperti saat Kayden melihatnya di halte.Marah, kesal, tapi berpura-pura kuat.‘Kapan dia berhenti memperlakukan aku seperti anak kecil?’ batin Evan dalam hati. Memasukkan satu gummy bear lain, tak membaginya dengan Rowan.Sedan itu kemudian berhenti di depan gerbang rumahnya. Ia keluar lebih dulu kemudian memandang Rowan yang menurunkan jendela mobilnya saat Evan mengatakan, “Terima kasih, Rowan.”“Sama-sama, Pak Evan.”“Terima kasih juga un

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    301. Pergi, Lalu Kembali

    Untuk pertama kalinya, Evan lalu mengenalkan Kayden pada ibunya. Mereka berhubungan baik sejak saat itu. Kayden menjadi donatur tetap untuk Maple Hearts, sekaligus memberi bantuan biaya pendidikan pada anak-anak yang tinggal di sana. Ia rutin berkunjung, setiap bulan, tak pernah terlewati. Di Evermore, Evan memiliki posisi yang lebih secure. Ia menjadi karyawan tetap, ditunjuk mendampingi Kayden, menjadi sekretarisnya, saat Kayden naik jabatan. Sikap Kayden, bukankah Evan tak perlu mempertanyakan seperti apa? Di tempat kerja, mereka bekerja secara profesional. Kayden berdarah dingin, tidak menoleransi kesalahan, dan perfeksionis. Evan dituntut untuk lebih naik level, bukan hanya sebatas staf biasa, ia harus sama cerdasnya seperti Kayden. Tidak pernah ada sesuatu di dunia ini yang berjalan secara mulus. Begitu juga dengan perjalanannya. Ia kerap dipandang sebelah mata, orang-orang yang lebih dulu bekerja di sana dan mengenal Kayden lebih awal meletakkan iri yang cukup besar padan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    300. Yang Tak Terduga

    Ibunya dilarikan ke rumah sakit. Dari saksi mata yang ikut ke sana, Evan mendengar bahwa beliau keluar malam itu untuk membelikan obat karena salah satu adik pantinya ada yang demam. Tapi dalam perjalanan pulang, seorang pria yang tengah mabuk mengendarai motornya tanpa aturan dan menabraknya. Setelah pertolongan pertama untuk membuat ibunya tetap bertahan hidup berhasil, masalah lain timbul. Biaya untuk operasi ibunya yang diklaim mengalami ruptur hati sangat mahal dan tidak bisa ditutupi oleh asuransi. Ibunya dibawa masuk ke ruang bedah saat Evan harus memikirkan bagaimana caranya ia membawa beliau pulang kelak. Setelah memberi tahu adik pantinya yang paling besar, Evan memandangi ponselnya. Dalam hati ia berpikir, 'Bagaimana kalau aku meminjam pada orang tua temanku?' Apa mereka akan memberi pinjaman? Mengingat jumlahnya yang cukup besar? Evan berhenti menggulir ponselnya. Di kursi tunggu di depan kamar bedah itu, ia yang seperti telah hilang arah melihat foto Kayden di berit

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    299. Terima Kasih Sudah Mempertemukan Aku Dengan Kayden Baldwin

    Saat Evan ceritakan apa yang didapatkannya hari ini, Ibu Joanna tak bisa membendung harunya. Beliau menyeka air matanya saat keduanya telah duduk di ruang tamu yang ada di panti asuhan, selepas pulang dari gereja. "Syukurlah," ucap Ibu Joanna, tersenyum hangat dan keibuan seraya mengusap pipi Evan. "Doa ibu dikabulkan, kamu mendapat kemudahan, Nak. Selamat ya?" Evan mengangguk, tentu ia tak menyebutkan perihal dirinya yang 'dibuang dan dikhianati' oleh teman-temannya pasca project itu selesai. Ia kabarkan saja hal yang bahagia pada Ibunya yang telah banyak memikul beban itu. "Terima kasih, berkat doa Ibu juga aku dipertemukan dengan Tuan Kayden," balasnya. "Nanti, uang yang aku dapat dari kerja paruh waktu bisa untuk biaya sekolah adik-adik yang lain. Tahun ini Edo akan masuk SMA, 'kan?" "Terima kasih kamu sudah mau membantu Ibu, tapi sisihkan juga untuk dirimu. Ibu masih bisa mendapatkan biaya untuk adik-adikmu. Semoga ke depannya ... tidak ada lagi yang perlu singgah di rumah i

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    298. Pria Minim Bicara

    “Ya,” jawab Kayden dibersamai dengan anggukannya. Evan kemudian bangun dari duduknya di bawah kanopi halte, menundukkan kepalanya pada Kayden. Yang meski beberapa saat lalu Evan bisa mendengar tawa lirihnya dan sekian millimeter kedua sudut bibirnya terangkat, tapi wajahnya terlihat kaku. Seolah beberapa liter formalin baru saja dituangkan di sana. “A-apa yang ... Anda lakukan di sini?” tanya Evan, jujur saja ia bingung mengapa Kayden ada di sekitaran kampus dan menghentikan mobilnya. Saat itu Evan berpikir, ‘Tidak mungkin ‘kan kalau dia sengaja menemuiku?’ “Menemuimu,” jawab Kayden, mematahkan keraguan yang baru saja bergulir di dalam hatinya. Jika sekarang Evan masih mengunyah gummy bear, ia bisa pastikan ia akan tersedak dan makanan manis itu tersangkut di kerongkongannya. “Me-menemui saya?” ulang Evan memastikan. “Memangnya Anda masih ingat siapa—“ “Evan.” Evan terangkat kedua alisnya, cukup terkejut bahwa Kayden masih mengingatnya dengan jelas. “U-untuk apa menemui saya?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status