sampai sini dulu, Thor tambahi nanti habis isya.... see yaaaa bibeh 🥨 jangan lupa tinggalkan komentar like vote 😍😻
….Lagi-lagi Seattle diguyur oleh hujan lebat padahal ini sudah seharusnya berganti musim.Pagi itu, di balkon kamarnya yang ada di lantai dua, Liora menatap gugusan mendung kelabu yang berarak ke arah barat. Membentuk kerumunan yang semakin gelap, sepertinya ... hujan lebat sedang terjadi di sana.“Apa ada orang yang sedang bersedih sampai membuat langit ikut muram seperti ini?” gumamnya seorang diri yang ternyata dapat didengar oleh Kayden.“Evan yang sedang bersedih,” jawab prianya itu dari belakang.Kayden berjalan mendekat pada Liora, memeluk pinggang gadisnya itu dari belakang sebelum menjatuhkan kecupan di lehernya.“Ya … aku tahu itu,” jawab Liora. Mereka memang sama-sama mengetahui kebenaran tentang orang tua Evan yang bunuh diri, dua puluh delapan tahun yang lalu.Meski tidak menjelaskannya secara rinci, tapi Evan memberi mereka poin pentingnya. Bahwa mereka memilih jalan itu sebab terdesak keadaan dan tak memiliki harapan atau jalan keluar.“Dia pasti hancur mengetahui ke
Joanna tergugu dalam tangis, tangannya meremas dadanya yang rasanya hampir meledak oleh kepedihan yang tak bisa dijelaskan.Bukankah apa yang ia katakan benar?Di dunia yang luas ini, mengapa Evan malah dipertemukan dengan Leah?Ia berprotes pada Tuhan, mengapa justru membuat Evan bertemu dan jatuh cinta dengan anak dari orang yang dulu telah menghancurkan kehidupan kedua orang tuanya.Alasan mengapa Evan tumbuh di panti asuhan dan tak bisa melihat ayah serta ibunya sejak kecil.Saat James dan Emma bisa memulai hidupnya di tempat yang baru dan memiliki keluarga serta karir yang bagus, Evan tidak pernah tahu siapa ayah dan ibunya.Mereka hilang ditelan ombak pantai Mistveil, raganya dipeluk samudera dan tidak pernah kembali.Joanna tidak bergerak. Ia hanya tertunduk, air matanya jatuh bertubi-tubi.Cukup lama ia duduk tak berdaya di lantai gereja yang dingin sebelum hatinya didatangi oleh sebuah pemikiran yang membuatnya sadar, bahwa serapi apapun manusia menyembunyikan, takdir selalu
Karena mendengar suara Joanna, Evan terbangun. Sepasang matanya yang sayu menatap Joanna sebelum sesaat kemudian menangis. "Evan, jangan menangis, Sayang ...." ratap Joanna dengan lirih. Joanna meraihnya, menggendong Evan dan membawanya ke dapur untuk mengambilkan susu. Bocah kecil itu kembali terlelap di bahunya setelah sebotol susunya habis. Sedang Joanna masih berjalan mengelilingi panti asuhan, barangkali menemukan Sophia yang tak ia ketahui ada di mana. Joanna takut temannya itu mengambil keputusan yang menyakitkan untuk menyusul Ethan. Dilihat dari bagaimana matanya yang hancur saat menceritakan kepergian Ethan, Joanna dilanda pikiran yang membuatnya gusar. Malam semakin larut, tapi Joanna masih tak menemukan di mana Sophia. Ia kembali ke dalam kamar, berharap Sophia sudah ada di dalam. Tapi tidak ada seorang pun di dalam sana selain selimut di atas ranjang. Dengan lembut, Joanna membaringkan Evan kembali. Saat ia hendak mengganti lampu tidur, maniknya menjumpai selemba
Tangis Sophia pecah saat itu juga. Ia jatuh terduduk di lantai dengan memeluk Evan. Selembar kertas yang ada di tangannya itu telah menandakan bahwa ia tak akan pernah lagi berjumpa dengan Ethan, selamanya …. Dari pria yang kemudian ia ketahui sebagai pengawas di proyek tempat Ethan bekerja itu, Sophia mengetahui bahwa sebelum Ethan menulis surat itu, seorang laki-laki dan perempuan mendesaknya untuk segera membayar ganti rugi. Yang jika Ethan tidak melakukannya dalam minggu ini, mereka akan mempidanakan Ethan untuk ke dua kali. Dari bagaimana ciri-ciri yang dikatakan oleh pengawas tersebut, Sophia tahu bahwa mereka adalah James serta Emma. Mereka menekan Ethan hingga ke titik paling gelap. Suaminya itu tidak memiliki harapan lain. Ia tak ingin melibatkan Sophia lebih jauh dalam hal ini. Dan cara cepat untuk mendapatkan uang itu adalah melalui asuransi jiwanya. Ethan tidak pernah pulang ke rumah. Tangisan Evan sejak sore itu bukan hanya sebatas tangis tanpa arti, tetapi tangis keh
Dengan menggendong Evan kecil yang terlelap, Sophia mendekat. Memayungi Ethan yang masih tak beranjak dari tempatnya. “Apa yang kamu lakukan?” tanya Sophia lirih. Tangannya yang lain meraih lengan Ethan saat ia membungkuk, memintanya untuk bangun. “Tidak usah melakukan apa yang mereka minta, Ethan,” imbuhnya. “Mereka hanya bersenang-senang saat melihatmu seperti ini.” “Padahal aku hanya berharap sedikit bantuan agar mereka memberi tahu Regan untuk ikut membayar ganti rugi itu.” “Mereka pengacara muda yang sedang naik namanya. Seseorang yang mendapat spotlight dan kemenangan akan selalu seperti itu. Sudahlah … kita pasti bisa melewatinya.” Setelah sore itu, mereka kembali mengumpulkan harapan. Tidak meminta bantuan pada siapapun selain mengandalkan bahu mereka sendiri. Beberapa orang datang untuk melihat rumah mereka tetapi belum ada satu pun yang cock dengan harga yang tinggi yang mereka minta. Ethan mengatakan uang itu tak mereka gunakan untuk memperkaya diri, melainkan untuk m
“Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal, Ethan ....” pinta Sophia dengan putus asa. “Aku tidak mau kehilanganmu! Kamu—“ “Dan aku juga tidak mau melibatkan kamu dalam semua ini,” sela Ethan. “Apa tidak ada cara lain?” Ethan tidak menjawab, ia hanya duduk dengan mata terpejam. Mencoba mencari jalan keluar tetapi tak ada satu pun yang dapat ia pikirkan. Sebelum tuntutan ini datang, ia sudah berusaha memegang kendali atas kekacauan. Tapi tidak bisa. Ia meminjam uang pada anggota keluarganya, tetapi tak seorang pun dari mereka yang mau terlibat sehingga hanya Ethan dan Sophia yang harus melewatinya. “Aku akan memikirkannya, Sophia ....” balas Ethan akhirnya. Beberapa hari berselang setelah putusan itu, Ethan mencoba menghubungi rekannya—yang telah membawa lari uang para investor—tetapi tentu saja ... pria itu 'jauh' darinya sekarang. Hanya sebuah jawaban singkat yang lantas mengakhiri hubungan mereka. “Kamu yang harus membayar, dan jangan coba melobiku, Ethan Lee!” Memaksa be