Home / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 57. Mustahil Jatuh Cinta

Share

57. Mustahil Jatuh Cinta

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-04-23 13:40:13
‘Mana mungkin? Mustahil!’ bantah Liora dalam hatinya habis-habisan!

“B-bukankah semua manusia harus saling menyayangi?” tanggap Liora sekenanya.

“Sebaiknya Papa tidak mengandaikan hal seperti itu!” sahut Kayden.

Dengus napasnya terdengar berat sebelum ia satu jarak menjauh, kali ini membiarkan Liora berjalan melewatinya untuk bisa duduk di ranjang.

“Selain meminta agar Liora menjaga kesehatan, Papa sendiri juga harus melakukan itu. Awas saja kalau tiba-tiba stroke!”

Liora yang menyimak percakapan itu menggeleng mendengarnya, ‘Benar-benar hubungan yang buruk antara ayah dan anak,’ pikirnya.

Tapi sepertinya Tuan Owen sudah terbiasa dengan sikap atau mulut kejam Kayden sehingga beliau hanya tersenyum.

“Semoga nanti saat anakmu lahir tidak kejam seperti Kayden, Liora. Tapi lembut sepertimu,” ujar beliau, melemparkan seulas senyum, sekali lagi.

“Tuan silakan duduk.” Liora mempersilakannya.

“Tidak perlu, Papa hanya mampir untuk memastikan bahwa kamu baik-baik saja,” tolak Tuan Owen
Almiftiafay

wkwkwkwk gak tahu dia kalau Liora udah dibolak-balik sama Kayden 🤭🤣💃🏻🔥 1 bab bonus menyusul yahhh 🤗 vote like komen dulu...

| 22
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
emang kenapa julia? ada yg salah? status nya mereka nikah sah loh mau liora hamil pun gak masalah dong. kasian julia semakin sulit buat gapai kayden
goodnovel comment avatar
Eva
Hahaha ngakak banget sama si Julia. Senyumnya tiba tiba pudar,coba aja kalau dia tau apa yang udah di lakuin Kayden ke Liora. Makin panas nggak tuh hatinya
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
sebenernya yg nggak tau diri tuh elu sih juling bukan Liora, kan lubudh ditolak berkali2 tapi ttp aja ngarepin si sarden terus... skr udh tau Liora hamil trus lu mau apa?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    147. Jangan Mengambil Yang Bukan Milikmu!

    Adrian terhuyung-huyung ke belakang, sedang Allen terlihat terkejut, memanggil anak lelakinya yang mendesis meraba sudut bibirnya.“Jangan menceramahiku saat kamu sendiri saja juga tidak tahu tata krama!”Kayden selangkah maju, kakinya yang panjang mengayun dengan tenang.“Aku sedang kesal, Adrian Davis! Pergi dari sini sebelum aku menjadikanmu sand sack hidup!”Adrian mendengus sama kasarnya seperti sebelumnya. Dengan salah satu tangan yang masih meraba bibirnya, ia berjalan dengan gegas dari sana.Melewati Kayden dan Evan, menabrak lengannya dengan sengaja hingga suara benturan lantai dan sepatunya menghilang di kejauhan.“Ajarkan yang baik pada anakmu, Allen!” ucap Kayden pada kakak lelakinya yang rahangnya tampak menegang.Kakak lelaki Kayden itu mendekat, berhenti di depan Kayden, saling berhadapan.“Kayden—““Ajarkan padanya bahwa tidak benar merebut apa yang bukan miliknya,” sela Kayden tak peduli dengan apa yang hendak dikatakannya. “Evermore bukan milikmu atau bahkan miliknya

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    146. Pemilik Gedung Datang Untuk Merusak ‘Pesta’

    “Kayden!”Seruan Tuan Owen seperti tak ada hasilnya. Kayden abai, langkahnya seperti dirasuki oleh serigala yang menyimpan dendam.Ia berjalan melewati Tuan Owen begitu saja, disusul oleh Evan yang pontang-panting mengikutinya dari belakang.“Akan saya antar!” ucap Evan, berlari mendahuluinya, membukakan pintu mobil untuknya kemudian berkendara pergi dari rumahnya.Evan menerobos padatnya jalanan Seattle yang mengantarnya menuju ke Evermore. Sedang Kayden yang duduk di kursi penumpang bagian belakang mencoba menghubungi beberapa anggota dewan eksekutif Evermore yang tak menjawab satu pun.“Mereka sepertinya akan memihak pada Allen, Evan,” ucap Kayden dengan gusar.Matanya terasa perih, banyak pikiran yang membebaninya yang belum bisa ia selesaikan dan sekarang Allen datang memberinya masalah baru.Benaknya berkecamuk sekalipun Evan sudah mencoba menenangkannya.“Tidak mungkin seperti itu, Tuan Kayden,” kata Evan dari balik kemudi. “Mereka yang bersama-sama membangun Evermore sejak awa

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    145. Aku Bertahan Karena Keyakinan Kau Akan Kembali

    Di dalam rumahnya, Evan duduk dengan pikiran yang bercabang-cabang. Mengingat perintah Kayden untuk membuat hancur keluarga Freya demi agar gadis itu mengaku bahwa apa yang dilakukannya itu adalah suruhan dari Julia ... batinnya mengalami pertentangan.Ia tidak tega jika harus melibatkan mereka yang tidak bersalah akibat tindakan gila seseorang—Freya.Evan menunduk, memandang lantai pucat di rumahnya, bersikeras memikirkan cara lain.Wajahnya terangkat saat ia mendengar pintunya dibuka dari luar dan muncullah seorag gadis berambut panjang kecoklatan yang mendekat ke arahnya.“Kenapa?” tanyanya sembari mengayunkan kakinya pada Evan yang menyambutnya dengan tersenyum.“Tidak apa-apa,” jawabnya. “Kamu masih belum pulang?”Evan mengarahkan tangan kanannya ke depan, merengkuh pinggang kecil gadis itu, menariknya mendekat untuk bisa duduk di pangkuannya.“Aku tidak mau pulang, bisakah aku tidur di rumahmu saja malam ini?” tanyanya balik, menyentuh kerah kemeja lengan pendek Evan, mata yang

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    141. Dia Masih Belum Kembali

    ‘Keguguran?’ Liora hampir keguguran?Kata itu berulang kali dikatakan oleh Kayden.Matanya yang sudah basah kian terasa perih. Ditatapnya Nyonya Jessie yang malah lebih dulu beruraian air mata.Beliau bangun dari duduknya setelah mengusap pipinya yang basah.“Aku masuk dulu, istirahatlah dulu di sini dan pulang dengan hati-hati nanti,” ucap Nyonya Jessie.Seakan beliau hanya bisa memberi tahu Kayden sebatas itu saja. Tidak untuk menceritakan kesedihan kepada Kayden. Wanita itu memberi petunjuk tipis seperti sebelumnya, membiarkan Kayden tahu dengan sendirinya.Beliau menepati janjinya pada Liora bahwa tak akan dikatakannya hal semenyakitkan apa yang terjadi pada Liora seperginya ia dari rumah Kayden.Langkah kakinya menjauh, menyisakan tiga pria yang menghela napas mereka hampir bersamaan, berat dan menanggung beban.“Setidaknya kamu sudah tahu alasan kenapa Liora belum bisa kembali padamu sampai sekarang, Kayden ....” ucap Tuan Royan. “Situasinya masih belum kondusif, terlalu banya

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    143. Saat Nanti Kau Akhirnya Tahu ....

    Hujan yang turun pada pagi itu bukan hanya menjatuhkan air, tetapi juga membawa serta ribuan jarum yang menghujam siapapun yang berdiri di bawahnya.Memberi mereka kelukaan yang besar saat menatap mata berair Kayden yang diluluh-lantakkan badai.Ia tidak pernah terlihat sehancur itu, ia selalu membawa dirinya tegas dan tetap mengangkat dagu.Tapi pagi ini, sepertinya ia tak peduli dengan bagaimana orang akan memandangnya. Harga dirinya, egonya, statusnya, bahkan ... hidupnya sendiri.Ia hanya ingin bertemu dengan Liora, Liora seorang.“Berdiri!” desak Tuan Royan. Suaranya sedikit meninggi, mendesak Kayden yang terlihat sangat menyedihkan.“Saya tidak akan berdiri sebelum Anda mempertemukan saya dengan Liora.”Nyonya Jessie terlihat selangkah mendekat, matanya sudah basah saat mengatakan, “Kita bicarakan itu, tapi tolong jangan seperti ini, Nak ....”Nyonya Jessie melihatnya bukan sebagai Kayden Baldwin yang berkuasa, tetapi sebagai anak lelakinya yang sedang patah hati.Beliau menatap

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    142. Separuh Hati Yang Membeku

    “Perlihatkan padaku fotonya!” pinta Kayden, salah satu tangannya terarah ke depan dengan tidak sabar.Evan menyerahkan ponselnya pada Kayden yang menerimanya sembari berjalan meninggalkan tempat ia berdiri semula.Tanpa bertanya pun Evan tahu akan ke mana mereka pergi. Ke Echelon Health Hospital.Kayden melangkah dengan gegas, sementara matanya terarah ke layar ponsel yang menunjukkan foto seorang perempuan berambut panjang yang diikat dengan pita berwarna putih, perempuan yang sangat cantik meski foto itu hanya diambil dari samping.Liora ... gadis dalam foto itu benar adalah Liora.Ia tampak sempurna dalam balutan dress ibu hamil yang dikenakannya. Terlihat di salah satu lorong rumah sakit tepat seperti yang dikatakan oleh si pengirim pesan.“Ibu itu mengatakan hanya bisa mengambil fotonya dari samping karena takut ketahuan,” ucap Evan saat ia dan Kayden sudah berjalan meninggalkan teras rumah.Kayden tak menjawab, lidah dan bibirnya membeku.Tuhan menjawab doanya dengan memberinya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status