Beranda / Romansa / Malam Panas Bersama CEO Tampan / Bab 5. Surat Perjanjian Pernikahan

Share

Bab 5. Surat Perjanjian Pernikahan

Penulis: Anggun_sari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 11:12:44

Belvina berjalan ke sana ke mari dengan raut wajah gusar. Entah sudah berapa kali wanita cantik itu mengitari ruang tengah yang tadi menjadi saksi bisu bagaimana Naomi menunjukkan rasa tidak sukanya.

Saat ini, Belvina hanya seorang diri. Dante menyuruhnya tinggal, sementara laki-laki itu mengantarkan Naomi pulang. Dia perlu mendengar penjelasan Dante, mengenai perkataan laki-laki itu beberapa menit yang lalu. Namun, sudah hampir satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan kembali.

Menghela napasnya kasar, dia memilih untuk duduk di depan pantry. Kuku-kukunya yang dihiasi kutek berwarna putih bening itu mengetuk-ngetuk secara gelisah, sementara tangannya yang lain menggeser naik turun pesan teks di ponselnya.

Ada puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang dikirim oleh Aldric sejak tadi malam. Laki-laki itu memohon dan mengatakan ingin bertemu dengannya.

Helaan napas kembali terdengar, nasib sungguh membuat otaknya lelah. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Aldric seolah tak cukup membuat hidupnya menderita, sekarang dia bahkan harus terjebak dalam situasi runyam bersama dengan laki-laki yang bahkan tidak dikenalnya.

Suara deheman menarik atensinya dari benda pipih miliknya. Dante yang sudah berdiri di belakangnya membuat dia beranjak dari kursi dan mendekat ke arah laki-laki itu. Matanya menyipit menatap Dante yang terlihat tenang, sama seperti biasanya.

“Ini!”

Belvina menatap penuh tanya kertas putih yang diberikan Dante kepadanya kemudian membacanya. Matanya membola saat melihat kalimat bertuliskan 'perjanjian pernikahan kontrak'. 

“Ini ....”

“Surat perjanjian pernikahan kontrak yang akan kita jalani!” potong Dante. Laki-laki itu berjalan menuju sofa dan duduk di sana dengan kaki menyilang, sementara Belvina masih diam mematung di tempatnya.

“Kamu bisa membacanya dan menambahkan sesuatu jika menginginkannya!” kata Dante, menambahkan.

Belvina meremas kertas yang ada di tangannya. Dengan gerakan kasar wanita itu duduk di depan Dante. Matanya menatap tak suka atas keputusan yang dibuat oleh Dante.

“Jadi kamu sedang menjebakku?” seloroh Belvina.

Dante tersenyum miring. “Menjebak?” ulang Dante, “Mungkin ini tidak bisa dikatakan menjebak. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan akan melakukan apa pun jika aku membantumu?” tambah Dante.

“Aku sudah membantumu dan sekarang waktuku untuk mendapatkan imbalan yang aku inginkan,” cakap Dante lagi.

Belvina mendengus kesal. Napas kasar keluar begitu saja sebagai bentuk rasa tidak sukanya. 

“Tenang saja, kita hanya akan menikah selama dua tahun, setelahnya kita akan bercerai. Kamu bisa hidup seolah tidak mengenalku setelah kita bercerai, begitu juga denganku!” ucap Dante selanjutnya.

Dante tersenyum miring. Dia tahu jika Belvina tidak suka dan ingin menolak apa yang ditawarkannya. Namun, dia tidak akan membiarkan itu berjalan sesuai keinginan Belvina. Bagaimanapun, dia akan membuat wanita itu menuruti keinginannya.

Permintaan sang ibu dan kata-kata wanita itu yang menggebu-gebu tentang wanita pilihannya membuat dia ingin menentangnya. Dia hanya tidak ingin memiliki pendamping yang bisa dijadikan sebagai mata-mata oleh ibunya. 

“Kamu tentu bisa menolaknya!”

Belvina yang sejak beberapa menit yang lalu terlihat muram, seketika berubah riang. Wanita itu tentu merasa senang atas apa yang dikatakan oleh Dante baru saja, sebelum laki-laki itu kembali membuka mulutnya dan membuat ia mengumpat kesal dalam hati. Rasanya laki-laki itu memang berniat memanfaatkan serta mempermainkannya.

“Tapi aku akan mengatakan kepada ibuku bahwa kamu menjebak ku dan berniat main-main denganku!” sambung Dante dengan seringai liciknya.

“Bukankah kamu adalah seorang pemimpin dari sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hiburan. Sedikit saja nama baikmu tercoreng tentu akan membuat keributan besar di industri mu!” Seringai kembali menghiasi wajah Dante. Pria itu terlihat senang karena bisa membuat Belvina berada di situasi sulit. Dia sungguh tidak menyangka one night stand yang dilaluinya bisa memberikannya keuntungan yang begitu besar.

Dante menarik napasnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya. “Keputusan ada di tanganmu, Nona!” ucap Dante. 

Belvina menggigit bibirnya. Dia benar-benar berada di situasi di mana dirinya tidak bisa memilih. Tentu pada akhirnya dia akan menjawab 'iya' atas tawaran yang diberikan oleh Dante kepadanya.

“Jadi bagaimana?” tanya Dante setelah memberikan waktu beberapa menit kepada Belvina untuk berpikir.

“Menurutmu?” sungut Belvina. “Aku tentu tidak memiliki pilihan lain selain menyetujuinya kan,” lanjut Belvina.

Belvina menatap kesal Dante yang kembali memperlihatkan seringainya. Baginya laki-laki itu lebih mirip seperti seorang iblis dari pada dewa yunani. Tampan, tapi penuh tipu muslihat.

Dengan rasa kesal yang menyusupi relung hatinya, Belvina mengambil pena yang ada di atas meja. Membubuhkan tanda tangan pada surat perjanjian itu tanpa membacanya secara seksama.

“Tidak ingin menambahkan sesuatu? Kamu bisa menambahkan apa pun sebagai kompensasinya!” tawar Dante.

“Nanti! Aku akan menambahkan sesuatu setelah memikirkannya dengan baik dan pastinya sesuatu itu tidak akan merugikan ku!” jawab Belvina.

Dante hanya menganggukkan kepalanya lalu mengambil kertas perjanjian itu untuk disimpan. Setelahnya pria itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya dan mengangsurkan benda kecil persegi panjang berwarna hitam itu kepada Belvina. Tak lupa Dante juga memberikan paper bag berisikan pakaian yang tadi dibelinya. Terus melihat Belvina mengenakan kemejanya tentu bukan sesuatu yang baik. Ia bisa khilaf dan mengulang kembali kejadian semalam.

“Kamu bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu ataupun membeli sesuatu yang kamu inginkan!” ucap Dante ketika melihat tatapan penuh tanya Belvina saat ia memberinya sebuah kartu.

Belvina tersenyum miring. Wanita cantik itu menatap malas black card yang diberikan oleh Dante kepadanya. Alih-alih mengambil kartu tersebut, Belvina justru lebih tertarik mengambil paper bag yang diyakininya berisi pakaian.

Meninggalkan Dante, kaki jenjang wanita itu berjalan menuju ke kamar si pemilik penthouses. Dikeluarkannya pakaian yang ada di dalam paper bag tersebut dan dipakainya. Tiered dress dengan atasan wrap dan kerutan di bagian pinggang serta sepatu cats membuatnya terlihat jauh lebih baik.

“Tidak mengambil mengambil kartumu?” tanya Dante mengalihkan tatapannya pada benda pipih yang sejak tadi dipegangnya ketika Belvina keluar dari kamarnya.

“Aku tidak membutuhkannya! Kamu bisa memberikan itu pada istrimu, nanti!” jawab Belvina ketus sambil berlalu pergi meninggalkan Dante.

Dante tersenyum miring. Laki-laki itu beranjak dari duduknya dan menyusul Belvina. Tangannya mencengkram pergelangan Belvina, tidak erat, tapi cukup membuat wanita itu kembali menatapnya.

“Bukankah kamu adalah calon istriku!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 8. Kenyataan Yang Terungkap

    “Jadi dia adalah laki-laki yang akan menggantikanku?”Meski tidak menunjukkan rasa marahnya secara langsung, namun tatapan menghunus yang dilemparkan oleh Aldric pada Dante menyiratkan semua emosi yang dirasakan oleh laki-laki itu.Dante Marquez---direktur utama VIN Construction, perusahaan konstruksi terbesar di Barcelona. Siapa yang tidak mengenal Dante Marquez? Di dunia bisnis, nama pria berusia 27 tahun itu begitu diperhitungkan. Entah bagaimana Belvina bisa mengenal laki-laki itu. Jika dilihat dari segi bisnis, tidak ada kemungkinan yang bisa mempertemukan keduanya.Aldric ingin menyangkal kedekatan yang dikatakan oleh Belvina. Namun, nyatanya tangan Dante yang bertengger indah di belakang bahu Belvina, cukup menjawab semuanya. Laki-laki itu seolah telah mengklaim bahwa Belvina memang benar-benar miliknya melalui itu semua.“Aku akan menikahinya. Di tempat, hari, dan tanggal yang sama dengan rencana pernikahan yang telah kita sepakati!” ucap Belvina, “Aku harap setelah ini kamu b

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 7. Siasat Licik

    “El ....” Panggilan yang menyapu indera pendengaran Belvina, membuat wanita itu mau tak mau menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan melihat Amora, ibunya, bersama dengan Aldric. Sudut bibir Belvina seketika tertarik ke atas. Sore ini, wanita cantik itu mendapatkan pesan teks dari pihak hotel tempatnya melangsungkan pernikahan sehingga Belvina segera datang ke hotel setelah pulang kerja. Tapi tak disangka, ia justru kembali menemukan Aldric, setelah pagi tadi pria itu terkejut dengan ucapan Belvina dan pergi begitu saja. Ia pikr, Aldric sudah menyerah. Tapi ternyata malah sibuk menempel pada ibunya, huh? Belvina cukup sadar jika Aldric masih menginginkan hubungan mereka terus berlanjut. Namun, sampai menggunakan ibunya untuk bisa meloloskan keinginannya sungguh membuat Belvina merasa semakin jijik. “Jadi Ibu yang mengatur semua ini?” ketus Belvina. Ia masih diam di tempatnya, melihat Amora dengan tatapan kesal terlebih pada Aldric. Senyum tipis yang menghiasi wajah Aldric

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 6. Memohon Untuk Kembali

    Belvina menengadah ke atas, matanya menatap kosong langit-langit ruang kerjanya. Sudah hampir lima belas menit wanita itu duduk di kursi kebesarannya tanpa melakukan apa pun. Pikirannya sedang kacau saat ini. Helaan napas berat terdengar beberapa kali memenuhi ruang kerjanya yang terasa sepi sampai suara decitan pintu terbuka menariknya dari lamunannya. Di ambang pintu, ada Aldric yang berdiri dengan wajah kusut. Laki-laki itu tidak terlihat tampan seperti biasanya. Pakaian Aldric juga masih sama seperti saat terakhir mereka bertemu.“El, aku mencarimu semalaman. Aku menunggumu di rumah. Aku juga datang ke apartemen, tapi kamu tidak ada,” kata Aldric, berjalan mendekat ke arah Belvina yang masih setia duduk di kursi kebesarannya.Belvina menarik napasnya dalam-dalam. Tangannya bergerak mencari dokumen untuk dijadikan alasan agar terlihat sibuk, meski tadi laki-laki itu sempat melihatnya melamun.“Maaf ....” Aldric memutar kursi Belvina, membuat wanita itu agar menghadap ke arahnya

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 5. Surat Perjanjian Pernikahan

    Belvina berjalan ke sana ke mari dengan raut wajah gusar. Entah sudah berapa kali wanita cantik itu mengitari ruang tengah yang tadi menjadi saksi bisu bagaimana Naomi menunjukkan rasa tidak sukanya.Saat ini, Belvina hanya seorang diri. Dante menyuruhnya tinggal, sementara laki-laki itu mengantarkan Naomi pulang. Dia perlu mendengar penjelasan Dante, mengenai perkataan laki-laki itu beberapa menit yang lalu. Namun, sudah hampir satu jam berlalu, tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan kembali.Menghela napasnya kasar, dia memilih untuk duduk di depan pantry. Kuku-kukunya yang dihiasi kutek berwarna putih bening itu mengetuk-ngetuk secara gelisah, sementara tangannya yang lain menggeser naik turun pesan teks di ponselnya.Ada puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang dikirim oleh Aldric sejak tadi malam. Laki-laki itu memohon dan mengatakan ingin bertemu dengannya.Helaan napas kembali terdengar, nasib sungguh membuat otaknya lelah. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Aldric seolah

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 4. Keputusan Yang Mengejutkan

    Belvina menelan ludahnya berkali-kali, tenggorokannya mendadak terasa kering. Tangannya juga dingin, sedingin es. Sudah hampir lima belas menit ia berada di situasi mencekam ini. Bahkan bernapas pun terasa susah untuknya saat ini.Tatapan mematikan dari Naomi Abigail---ibu Dante, yang terus tertuju padanya adalah alasan kenapa semua fungsi organ tubuhnya mendadak tidak bekerja dengan baik.Lampu hijau yang tadinya sudah ia dapatkan dari Dante, rasanya mendadak berubah menjadi gelap. Janji yang sudah laki-laki itu ucapkan nyatanya hanya sebuah omong kosong belakang. Bagaimana tidak, Dante hanya diam dengan wajah datarnya, seolah tak terganggu sama sekali dengan sorot mata ibunya yang penuh intimidasi.Bibir laki-laki itu tertutup rapat, engan menjelaskan situasinya. Ia sungguh berharap laki-laki itu mau sedikit berbohong dan menjaga nama baiknya.“Jadi, siapa dia?”Satu pertanyaan yang lolos dari bibir Naomi, membuat Belvina meremas ujung kemeja yang dikenakannya semakin kuat. Jantung

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 3. Berakhir Dengan Pria Lain

    “Dante! Ibu tahu kamu ada di dalam! Keluar atau Ibu akan masuk ke dalam!”Suara teriakan dari luar kamar membuat sepasang mata si penghuni kamar mengerjap beberapa kali. Rasa nyeri dan denyutan hebat di kepalanya adalah hal pertama yang ia rasakan ketika membuka mata. Ia menggerakkan kepalanya ke samping, matanya dibuat membulat saat mendapati sosok pria tengah berbaring dengan posisi tengkurap memperlihatkan punggung polosnya.Belvina menyibak selimut di tubuhnya dan seketika membelalak ketika mendapati tubuhnya tak memakai sehelai benang pun kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Belvina merutuki dirinya atas apa yang terjadi saat ini. Ingatkan dia untuk tidak lagi meluapkan segala kekesalan serta rasa sakit yang dialaminya pada alkohol. Alih-alih mendapatkan ketenangan, dia justru jatuh ke dalam masalah baru seperti saat ini, terbangun di kamar pria yang bahkan tak dikenalnya.“Dante! Buka pintunya! Dalam hitungan ke sepuluh jika kamu tidak membuka pintunya, maka Ibu benar-benar a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status