Home / Romansa / Malam Panas Bersama CEO Tampan / Bab 6. Memohon Untuk Kembali

Share

Bab 6. Memohon Untuk Kembali

Author: Anggun_sari
last update Last Updated: 2025-06-11 15:39:25

Belvina menengadah ke atas, matanya menatap kosong langit-langit ruang kerjanya. Sudah hampir lima belas menit wanita itu duduk di kursi kebesarannya tanpa melakukan apa pun. Pikirannya sedang kacau saat ini.

Helaan napas berat terdengar beberapa kali memenuhi ruang kerjanya yang terasa sepi sampai suara decitan pintu terbuka menariknya dari lamunannya.

Di ambang pintu, ada Aldric yang berdiri dengan wajah kusut. Laki-laki itu tidak terlihat tampan seperti biasanya. Pakaian Aldric juga masih sama seperti saat terakhir mereka bertemu.

“El, aku mencarimu semalaman. Aku menunggumu di rumah. Aku juga datang ke apartemen, tapi kamu tidak ada,” kata Aldric, berjalan mendekat ke arah Belvina yang masih setia duduk di kursi kebesarannya.

Belvina menarik napasnya dalam-dalam. Tangannya bergerak mencari dokumen untuk dijadikan alasan agar terlihat sibuk, meski tadi laki-laki itu sempat melihatnya melamun.

“Maaf ....”

Aldric memutar kursi Belvina, membuat wanita itu agar menghadap ke arahnya kemudian berlutut. Tangannya menggenggam erat tangan Belvina dan mengecupnya beberapa kali.

Kepergian serta kata-kata yang diucapkan oleh Belvina tentang keinginan wanita itu untuk mengakhiri pernikahan mereka sungguh mengganggu pikirannya.

Sebelah hatinya terasa kosong padahal Belvina ada tepat di depannya. Tatapan serta sikap dingin Belvina adalah alasannya. Tidak ada kehangatan yang bisa ia rasakan dari sikap Belvina saat ini.

“Aku mencarimu semalam,” ulang Aldric.

Aldric menatap Belvina penuh sesal. Tentang kehamilan Alethea, sungguh ia juga tidak bisa menjabarkannya. Ini juga merupakan pukulan baginya. Kesalahan semalam itu sudah lama ia lupakan bahkan ia kubur dalam-dalam. Baginya Belvina adalah segalanya. Berbohong pun akan ia lakukan jika itu bisa membuat Belvina tetap berada di sisinya.

“Kamu pergi ke mana?” sambung Aldric penuh kekhawatiran, “Tidak bisakah aku mendapatkan maafmu? Aku benar-benar tidak sadar saat melakukannya. Aku tidak berkata jujur karena aku takut kehilanganmu, Sayang”

Belvina tersenyum miring. “Tidak sadar? Apa kamu sedang mabuk saat itu?” sahut Belvina penuh penekanan.

Kemarahan akan selalu membuncah di dadanya jika membahas tentang kehamilan serta pengkhianatan yang dilakukan oleh Aldric. Katakan saja dia egois karena pada kenyataannya dia juga telah melakukan kesalahan yang sama.

“Tidak ....”

“Tidak?” potong Belvina. Matanya menatap tajam Aldric yang terlihat gugup, “Jadi kamu dalam keadaan sadar saat melakukannya dengan Alethea? Apa kamu begitu ingin melakukannya hingga melampiaskan pada wanita lain? Tidak bisakah kamu menunggu? Kita akan menikah sebentar lagi dan kamu bisa mendapatkannya setelah itu!” sambung Belvina mengeluarkan separuh kekecewaan yang ada di hatinya.

Belvina mengusar rambutnya kasar. Mata wanita itu memanas tersulut emosi. Jika saja tidak ada kenangan baik dalam otaknya tentang Aldric, tentu tangannya akan dengan senang hati menampar bahkan memukul tubuh laki-laki itu.

Aldric menggeleng, mencoba membantah kata-kata yang diucapkan oleh pujaan hatinya. “Tidak! Bukan seperti itu!”

“Aku memang tidak mabuk saat itu, tapi aku juga tidak ingat bagaimana aku bisa berakhir dengan Alethea. Malam itu aku sedang pergi bersama yang lain ke salah satu bar. Aku hanya minum beberapa gelas dan ketika aku bangun, aku sudah berada di ranjang Alethea!” Mata Aldric menatap dalam Belvina, mencoba menunjukkan kejujurannya.

“Aku mohon, maafkan aku. Aku tidak bisa jika tanpamu, sayang. Kita bisa lakukan apa yang kamu usulkan, membawa Alethea ke luar negeri dan membawanya kembali jika dia sudah melahirkan!” ujar Aldric kembali memohon.

Belvina tersenyum miring. “Dan membiarkan anak itu tanpa seorang ayah?” Belvina bertanya sarkas. “Aku tidak bisa!” lanjut Belvina menghempaskan tangan Aldric yang masih betah menggenggam tangannya.

Belvina bangun dari duduknya. Wanita itu berjalan mendekat ke arah kaca yang menunjukkan pemandangan di luar. Gedung-gedung bertingkat serta kendaraan terlihat dari kaca besar di depannya.

Sambil bersedekap dada, Belvina berkata. “Aku tidak sampai hati membiarkan seorang anak lahir tanpa mengenal ayahnya sementara ayahnya masih hidup!”

“Dia akan tetap mengenalku sebagai ayahnya dan kamu sebagai ibunya. Kita bisa membuat anak itu menjadi anak kita. Kita rawat dan besarkan dia bersama,” balas Aldric.

Belvina melemparkan tatapan tajam pada Aldric. ”Tidak!” tolak Belvina. Meski hatinya sakit, ia lebih baik berpisah dengan pria yang pernah menjadi tujuan hidupnya itu.

Lagipula, bagaimana bisa dia hidup dengan bayang-bayang pengkhianatan pria yang dicintainya itu? Pria itu benar-benar sudah tidak waras.

“Kenapa?” tanya Aldric yang berdiri tak jauh dari Belvina, “Bukankah kamu sendiri yang mengusulkan untuk membawa Alethea ke luar negeri?” imbuhnya, memojokkan Belvina dengan perkataannya sendiri.

“Itu sebelum aku tahu jika ayah dari bayi yang dikandung Alethea adalah kamu!” tandas Belvina.

Aldric menarik napasnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Entah apa lagi yang bisa dia lakukan untuk membuat Belvina mau kembali ke sisinya. Sungguh dia tidak menginginkan perpisahan ini. Semuanya terlalu menyesakkan jika harus berakhir begitu saja.

“Apa kita sungguh tidak bisa bersama lagi? Apa kenangan kita tidak bisa mengubah hatimu sedikit saja? Aku akan melakukan apa pun untuk menebus semua kesalahanku, El. Aku mohon beri aku kesempatan,” pinta Aldric hampir putus asa.

“Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa melanjutkannya. Aku sudah memiliki penggantimu, Al!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 33. Semakin Panas

    “Aku baik-baik saja, sungguh.” Belvina mengatupkan kedua tangannya, memohon pada Dante untuk pulang. Sungguh demi apapun dia sama sekali tidak suka dengan yang namanya rumah sakit. Bau disinfektan yang menyengat, membuat perutnya mual.“Badanmu masih lemas. Kamu juga belum bisa makan dengan baik. Semua makanan yang kamu telan selalu keluar. Dan satu lagi, kamu sering mengalami sakit kepala. Keadaan seperti itu tentu tidak nyaman bagimu. Dan aku tidak mau kamu mengalami itu terus-menerus.”Belvina hanya bisa menghela napas panjang sambil memutar bola matanya jengah. Entah bagaimana bisa seorang Dante yang awalnya begitu cuek dan dingin, tiba-tiba saja berubah cerewet seperti nenek-nenek.“El…?”Alethea yang duduk di kursi tunggu bagian obgyn, menyapa. Ia tersenyum manis seperti biasanya. Di sisi Alethea ada Aldric yang tengah memainkan ponselnya.“Kamu juga akan periksa?” Belvina tersenyum tipis. Matanya melirik sebentar Aldric yang sama sekali tidak melihatnya. Tentu ini bukan masala

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 32. Rasa Iri

    Alis Alethea mendadak berubah mengkerut. Hatinya dibuat panas saat melihat tatapan Aldric yang terpaku pada Belvina dan suaminya yang juga baru turun dari mobil. Kedua pasangan itu terlihat bahagia. Buku-buku tangan Aldric terlihat memutih. Tanpa bertanya tentu dia tahu apa yang dirasakan oleh Aldric. Laki-laki itu pasti merasa cemburu. Siapa yang tidak tahu bagaimana cintanya Aldric pada Belvina. “Kamu tidak masuk?”Alethea menggelengkan kepalanya. “Kamu duluan saja. Aku ingin menelepon ibuku dulu. Mengabarkan kalau kita akan ke sana.”“Baiklah kalau begitu. Aku masuk duluan,” balas Aldric yang kemudian masuk ke dalam kantor.Alethea menarik napas panjang. Kakinya yang berbalut flatshoes, berjalan menghampiri Belvina. “Pagi…,” sapa Alethea. Ia tersenyum manis menyapa Dante dan Belvina. Namun, sayang Dante tidak meresponnya dengan baik. Pria itu memang wajah dingin sama seperti biasanya. Ia rasa senyum dan kebaikan pria itu hanya berlaku untuk Belvina.“Hubungi aku jika kamu merasa

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 30. Menyentuhnya Kembali

    Mata Belvina membulat, dia baru keluar dari kamar mandi dan mendapati Dante sudah duduk berselanjar di atas ranjangnya. Sepertinya laki-laki itu baru selesai mandi. Rambutnya terlihat masih basah. Pemandangan ini membuat Dante terlihat begitu menggoda di mata Belvina.Belvina menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran aneh yang baru saja menghinggapi otaknya. “Duduklah, apa kamu tidak lelah terus berdiri di sana?” Dante menepuk ranjang kosong di sampingnya, memerintah Belvina untuk segera naik.Belvina berdehem, pipinya terasa panas entah kenapa. Akhir-akhir ini bahasa tubuhnya memang suka sekali bereaksi aneh, terlebih jika itu menyangkut tentang Dante.“Aku masih harus mengeringkan rambutku.” Belvina berjalan ke arah meja rias. Tangannya dengan cepat mengambil hairdryer. Sebenarnya ini hanya alasan. Dia hanya tidak siap jika harus berada satu ranjang dengan Dante. Mereka masih tidur di kamar yang berbeda sampai detik ini.Dante menarik sudut bibirnya. Bunyi guncang di atas ranjang

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 30. Pulang

    Dante mengetuk-ngetukkan jari-jari tangannya. Wajahnya terlihat tenang, tapi sebenarnya pria itu tengah menahan gelisah. Jam yang berputar terasa begitu lama. Sudah tiga meeting yang dilewatinya hari ini, dan ini adalah meeting terakhir. Jika bukan karena penolakan dari Noah, tentu saat ini dia sudah duduk di atas pesawat, menanti waktu untuk mendarat di Barcelona. Menggeram kesal, dia menatap malas pada sosok pria di sebelahnya—Noah. Pria itu terlihat menjelaskan secara lengkap dan detail kepada klien mereka tentang kerja sama yang akan mereka lakukan. Keuntungan serta pinalti bila ada pelanggaran kontrak yang terjadi.Saat ini dia benar-benar ingin segera mengakhiri semua ini dengan cepat. Apalagi setelah dia mendapatkan lagi pesan teks dari Nora yang mengatakan bahwa Belvina kembali mengalami muntah. Helaan napas panjang menguar begitu saja. Rasa gelisah di dadanya semakin membuncah. Rasanya dia tidak akan tenang jika belum berada di sisi wanita si keras kepala itu.“Baiklah, saya

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 28. Menguji Kesabaran

    Belvina menatap hampa ponsel yang ada di depannya. Tepat pukul delapan malam ini, sudah dua belas jam ia berpisah dari Dante. Ada rasa kosong yang tidak bisa dijelaskan dalam hatinya. Menunggu sejak siang tadi, nyatanya tidak ada pesan atau pun panggilan masuk ke dalam ponselnya. Dante seolah pergi meninggalkannya tanpa kata. Hampa, sunyi, senyap, begitulah kiranya.Sekali lagi ia menghela napas panjang. Jari-jarinya yang dipoles dengan cat kuku berwarna merah kembali menyentuh benda pipih miliknya. Seperti sebelumnya, tidak ada notifikasi apa pun dari orang yang diharapkannya. Meski tidak begitu dekat, tapi Dante selalu mengirimkan pesan kepadanya sejak mereka bersama. Tidak adanya pesan serta kehadiran pria itu, kehampaan itu nyata adanya.“Nona, apa makanannya tidak cocok? Saya bisa kembali membuatkan anda menu baru. Sudah hampir satu jam anda berada di meja makan, tapi anda tidak menyentuh sama sekali makanan di meja makan.”Belvina mengulum senyum, selama itukah dia duduk dan ber

  • Malam Panas Bersama CEO Tampan   Bab 28. Kata-Kata Yang Mengusik

    “Tuan Dante sudah berangkat pagi-pagi sekali, Nona.”Perkataan Nora, menghentikan gerakan tangan Belvina yang hendak mengetuk pintu kamar tidur Dante. Rencananya pagi ini dia ingin meminta maaf pada pria itu. Semalam Dante pergi begitu saja setelah ditodong pertanyaan yang sama sekali tidak dijawabnya. Pria itu pergi berlalu dan mengabaikannya begitu saja. Kediamannya bahkan terus berlanjut hingga mereka sampai di rumah. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diri. “Sepertinya aku benar-benar membuatnya marah,” gumam Belvina dengan wajah sendu.Belvina menghela napas panjang. Wanita itu lantas melangkahkan kakinya turun ke lantai satu. Pagi ini dia akan pergi ke kantor, meski enggan. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya hari ini, termasuk mengurus masalah yang ditimbulkan oleh Alethea. Hari ini sepupunya itu akan dimintanya untuk ke kantor menyelesaikan masalahnya.“Nona, tidak makan?” tanya Nora saat melihat Belvina hanya meminum susu yang dibuatkannya.“Aku mak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status