Share

29. Tidak Ada Respons

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-09 18:00:14

Daisy menghela napas panjang dan berguling telentang.

Jam di dinding menunjukkan hampir pukul empat pagi. Kedua mata Daisy terasa perih, kepalanya berat, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk beristirahat.

“Aku benar-benar gila,” gumamnya lirih.

Matanya menatap layar ponsel berkali-kali, mengecek pesan yang sudah dikirim.

Status ‘dibaca’ muncul sejak sepuluh menit setelah pengiriman, tetapi tidak ada balasan, maupun panggilan. Pria itu sama sekali tidak merespons.

Cahaya pagi akhirnya masuk samar melalui celah jendela.

Daisy menyeret tubuhnya ke kamar mandi dengan langkah lesu. Air hangat dari shower mengguyur rambutnya, mengalir bersama kantuk dan sisa-sisa kegelisahan.

"Harusnya aku izin sakit saja hari ini," gumam Daisy pelan dengan tatapan kosong.

Air terus mengalir, membasahi wajahnya yang pucat.

"Tap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   63. Harga Mati

    Jam dinding di lorong menunjukkan pukul enam kurang lima ketika pintu kamar Daisy terbuka perlahan. Gadis itu keluar sambil menarik koper sedang berwarna merah muda. Dia membiarkan rambutnya tergerai dan hanya dihiasi oleh bando sederhana. Wajah Daisy nyaris tanpa riasan. Ada kantung tipis di bawah matanya, bukti malam yang Daisy habiskan dengan terlalu banyak pikiran dan terlalu sedikit tidur. Rumah tampak sunyi. Tidak ada suara langkah Bianca yang biasanya berderap heboh, tidak terdengar Olga yang gemar memberi instruksi sejak pagi, juga tidak ada Neil yang biasanya sudah duduk membaca berita. Daisy berhenti sejenak, menoleh ke ruang makan, lalu ke ruang keluarga. Semuanya kosong. Gadis itu menghela napas pelan. Tidak ingin membuang waktu, Daisy melangkah keluar, menutup pintu dengan hati-hati, lalu memesan taksi daring. Udara pagi terasa dingin di kulitnya, membuat Daisy sedikit menggigil. Entah karen

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   62. Pesan Arthur

    Satu hari sebelum berangkat ke Highvale, tepatnya saat hari Sabtu, Daisy menyempatkan diri pergi ke rumah sakit tempat Arthur dirawat. “Eyang pasti sudah bosan berada di rumah sakit,” ucap Daisy sambil mendorong pintu kamar rawat Arthur. Sinar matahari pagi menyelinap lewat jendela besar, memantul di lantai yang mengilap. Daisy tampak jauh lebih santai dari biasanya, mengenakan sweater rajut lengan panjang berwarna merah membungkus tubuhnya, dipadukan dengan rok putih di atas lutut. Tidak tertinggal bando warna putih yang tersemat di kepalanya, menambah kesan cantik gadis itu. “Oh, Daisy,” sapa Arthur yang tengah melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam koper kecil. “Seharusnya kau tidak perlu repot-repot datang ke sini. Aku bisa pulang sendiri.” Wajah pria tua itu tampak cerah. Daisy tersenyum dan menghampiri. Dia memeluk Arthur beberapa saat, lalu menatapnya penuh perasaan lega. Tidak ada lagi jarum infus di t

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   61. Semua Pria Itu Mesum

    “Daisy ….” Nama itu meluncur dari bibir Jade dengan suara rendah dan serak. Jarak mereka menyempit ketika pria itu menunduk, wajahnya semakin dekat, hingga Daisy bisa melihat pantulan dirinya sendiri di mata Jade yang gelap. Napas mereka saling bersentuhan, hangat, berat, sarat sesuatu yang tidak terucap. Jade hendak mendaratkan ciuman itu. Namun sebelum bibir mereka benar-benar bertemu, Daisy mengangkat tangan. Jari telunjuknya menempel ringan di bibir Jade, menghentikan gerakan pria itu tepat di ambang. Jade terpaku. Detik itu terasa ganjil. Dia tidak melawan saat Daisy mendorong sedikit dadanya, cukup untuk memberi jarak. Ironisnya, penolakan halus itu justru membuat rahang Jade menegang, dan hasrat di matanya semakin kentara. “Jangan,” sergah Daisy pelan, napasnya belum sepenuhnya stabil. Jade menelan ludah, kedua matanya tidak lepas dari wajah Daisy. “Kenapa?” “Itu Andrew, Tuan.” Daisy menjelaskan s

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   60. Lift Khusus Eksekutif

    Ketiga wanita itu terdiam, mendapati reaksi Jade seperti itu. Mulut mereka sedikit terbuka dan mata membulat. Mereka tidak menyangka atasan mereka yang biasanya tenang dan dingin tiba-tiba bereaksi seperti itu. Sampai akhirnya Jade melanjutkan dengan nada yang lebih terkontrol, seolah menyadari beberapa detik lalu dia terlalu emosional, "Maksud saya … saya tidak ingin pekerjaan Daisy terganggu karena orang di sekitarnya tidak bisa memberikan dukungan. Kestabilan emosi itu diperlukan dalam bekerja, jika pacarnya terus membuat masalah, itu akan berdampak pada pekerjaan." July dan Gea saling pandang. Ada ribuan kalimat yang ingin keluar dari mulut mereka, tetapi tidak ada satu pun yang cukup aman. Salah ucap sedikit saja, dan karier mereka bisa berakhir saat ini juga. “Oh … ya, tentu, Tuan,” ujar July akhirnya dengan kaku. Gea mengangguk cepat sambil mengukir senyum sopan yang dipaksakan menghiasi wajahnya. Daisy memalingkan w

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   59. Dessert untuk Tuan Jade

    Mata Daisy membola. Tubuhnya terpaku walaupun Jade sudah menjauh dan kembali menghadap ke kasir. Daisy memutar tubuh, membelakangi July dan Gea, supaya kedua temannya itu tidak melihat pipi Daisy yang memerah padam. "Kau mau pesan apa?" Jade bertanya seolah baru saja tidak membisikkan sesuatu yang panas pada Daisy. Daisy segera tersadar. Gadis itu menarik napas pelan untuk menenangkan diri. "Umm, samakan saja dengan Tuan. Terima kasih," jawab Daisy sopan. Jade setuju memilih meja lain dan duduk di meja tengah yang punya jarak satu meja dari July dan Gea. Kafe itu tidak terlalu luas, jadi mereka tidak punya banyak pilihan. Daisy berjalan di belakang Jade sambil membawa nampan berisi dua porsi kue cokelat dan dua gelas minuman. Gadis itu duduk berhadapan dengan Jade, lalu menaruh nampan di meja dengan hati-hati. Sambil menikmati dessert, Jade bertanya dengan santai, "Apa yan

  • Malam Panas Bersama Tunangan Kakak Angkatku   58. Seleramu Sangat Buruk

    Pria bermata abu-abu yang Daisy lihat di klub malam saat dia hendak bertemu Jade. "Seleramu sangat buruk." Tiba-tiba sebuah suara di dekatnya mengejutkan Daisy. Itu Jade. Yang entah kapan datang, tetapi wajahnya sudah berada di samping wajah Daisy dengan jarak yang sangat dekat. Daisy sedikit terlonjak. Refleks, gadis itu menoleh ke arah Jade. Dan saat Jade juga menoleh, bibir mereka tidak sengaja saling bertemu. Lembut dan hangat. Hanya sesaat, tetapi cukup untuk membuat waktu di antara mereka seakan berhenti. Panik, Jade langsung menegakkan tubuh dan melangkah mundur dengan kaku. Sementara Daisy mendorong kursinya hingga jauh ke belakang, roda kursi berderit keras di lantai. Jantung Daisy berdegup dengan cepat. Pipinya merona, panas menjalar hingga ke telinga. Daisy kemudian kembali membawa kursinya mendekati meja dengan sedikit canggung, lalu segera menutup browser pencarian. Jade berdeham u

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status