Beranda / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / (S2) 87. Dia bukanlah pria baik

Share

(S2) 87. Dia bukanlah pria baik

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 18:33:38

"Itu bukan urusanmu!" Aku berteriak, kali ini lebih kencang. Aku sudah kehilangan kesabaranku. "Menyingkirlah, atau aku panggil satpam untuk menghentikanmu!" ancamku.

Helen terdiam sejenak, matanya masih menatap Zea dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa saat, dia akhirnya mundur, membiarkan kami pergi.

Aku menghela napas lega, merasakan beban yang baru saja terangkat dari pundakku. Jika boleh diminta, aku ingin tidak bertemu dengannya lagi. Karena dengan melihat wajahnya, itu akan membuka luka lamaku.

Aku sudah membuka lembaran baru di hidupku, dan aku hanya ingin memikirkan Zea saja. Dia adalah masa depanku sekarang, istriku, dan ibu dari anakku. Dia adalah segalanya bagiku.

Di perjalanan menuju makam ibunya, Zea terlihat diam saja. Tidak berkomentar apa-apa tentang kejadian yang baru saja terjadi. Suasana mendadak menjadi tegang.

"Kamu kenapa? Kok diem aja?" tanyaku khawatir, mencuri pandang sebentar sambil mengemudi, mencoba untuk mencairkan s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 88. Telah menganggu istriku!

    (POV Zea)Semuanya terjadi begitu cepat, bagai kilat yang menyambar di tengah kesunyian mencekam itu.Matahari pagi belum sepenuhnya menampakkan diri, hanya sedikit cahaya redup yang menerobos celah-celah pepohonan rindang. Bayangan panjang terbentang di atas batu nisan yang kusam, menciptakan suasana yang semakin kelam.Amarah membuncah dari dalam diri Kak Kenzie, sebuah ledakan emosi yang tak terbendung di tengah kesunyian pagi yang dingin dan sunyi ini. Dengan satu pukulan telak, tinjunya mendarat tepat di rahang Mas Jamal.Bugghhh!! Darah segar menyembur dari bibir Mas Jamal."Br*engsek!" geram Mas Jamal, suaranya bergetar menahan sakit. Dia mendorong tubuh Kak Kenzie dengan sekuat tenaga, menjatuhkannya beberapa langkah dariku. Dan tanpa ampun, balasannya datang. Tinju Mas Jamal mendarat di wajah Kak Kenzie.Buggh!!Kak Kenzie langsung membalas, suaranya tertahan oleh rasa sakit yang menusuk. Kali ini, pukulannya mengenai perut Mas Jamal. "Kau lebih bre*ngsek! Ja

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 87. Dia bukanlah pria baik

    "Itu bukan urusanmu!" Aku berteriak, kali ini lebih kencang. Aku sudah kehilangan kesabaranku. "Menyingkirlah, atau aku panggil satpam untuk menghentikanmu!" ancamku.Helen terdiam sejenak, matanya masih menatap Zea dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa saat, dia akhirnya mundur, membiarkan kami pergi.Aku menghela napas lega, merasakan beban yang baru saja terangkat dari pundakku. Jika boleh diminta, aku ingin tidak bertemu dengannya lagi. Karena dengan melihat wajahnya, itu akan membuka luka lamaku.Aku sudah membuka lembaran baru di hidupku, dan aku hanya ingin memikirkan Zea saja. Dia adalah masa depanku sekarang, istriku, dan ibu dari anakku. Dia adalah segalanya bagiku.Di perjalanan menuju makam ibunya, Zea terlihat diam saja. Tidak berkomentar apa-apa tentang kejadian yang baru saja terjadi. Suasana mendadak menjadi tegang."Kamu kenapa? Kok diem aja?" tanyaku khawatir, mencuri pandang sebentar sambil mengemudi, mencoba untuk mencairkan s

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 86. Aku nggak rela

    "E-eh??" Aku terkejut mendengar ide dari Opa. Padahal aku sudah serius mendengarkan penjelasan panjang lebar tentang bagaimana caranya membuat wanita tertawa, ternyata jawabannya… se-absurd itu. Aku menghela napas panjang, mencoba untuk tetap tenang."Maksudku, bukan tertawa yang seperti itu, Opa," kataku menjelaskan, suaraku terdengar sedikit putus asa. Mungkin Opa memang tidak mengerti maksudku. Aku harus lebih spesifik."Terus, yang seperti apa?" Opa bertanya balik, suaranya masih terdengar riang."Tertawa tanda bahagia, ikhlas, dari lubuk hatinya. Itu yang aku inginkan," jelasku, mencoba untuk memilih kata-kata yang tepat."Oohh… ngomong dong dari tadi." Opa terdengar sedikit mengerti, suaranya sedikit lebih serius sekarang."Iya, mungkin salahku tadi tidak menjelaskannya dengan detail.""Kalau begitu ajak saja dia nonton film favoritnya, atau bisa juga film komedi. Pasti nanti dia tertawa." Opa memberikan saran, namun, saran itu terasa hambar bagiku.Aku ingin Z

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 85. Godain aku

    “Kamu kenapa? Apa ada masalah?" tanyaku penasaran, seraya menangkup kedua pipinya dengan lembut. "Enggak." Zea menggeleng cepat. "Aku cuma nggak sabar ingin cepat melihat anak kita lahir, Kak.” “Oh. Sama ... aku juga nggak sabar. Tapi kamu nggak perlu sedih begitu dong. Bagaimana kalau makan rendangnya sekarang? Nanti keburu dingin nggak enak.” Aku mencoba mengalihkan perhatiannya pada makanan, berharap dengan begitu Zea tak lagi larut dalam kesedihannya. Aku mencoba mencari cara untuk menghiburnya. Sepertinya dia sedih karena sedang hamil. Mungkin, kondisi kehamilannya yang semakin berat membuatnya tidak nyaman. Perutnya yang semakin membuncit juga membuatnya tidak bisa bergerak bebas seperti biasanya. Aku harus lebih peka. “Iya, Kak.” Zea mengangguk, lalu tiba-tiba mencium bibirku. Sentuhannya terasa begitu lembut. Meskipun hanya sebentar, tapi itu mampu membuat jantungku berdebar kencang. Ini... Pertama kali Zea menciumku. Rasanya menakjubkan sekali. Aku juga merasakan ad

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 84. Apa kamu baik-baik saja?

    Tidak! Rasanya itu tak mungkin terjadi. Aku menepis jauh-jauh pikiran mengerikan itu.Hubunganku dengan Zea baik-baik saja, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Kehangatan sentuhannya masih terasa di pipiku. Tidak mungkin dia pergi meninggalkanku tanpa sebab seperti ini. Pikiran itu terlalu menyakitkan untuk dibayangkan. Dia sedang hamil, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika sesuatu terjadi padanya.Kecemasan semakin menggerogoti. Aku butuh bantuan. Langkah kakiku terasa berat, namun aku memaksa diri untuk tetap tegar. Dengan napas tersengal-sengal, aku akhirnya turun ke lantai dasar, mencari bantuan. Dua orang satpam berdiri tegap di pintu keluar masuk hotel, mengawasi lalu lalang tamu. Aku menghampiri mereka, suaraku terdengar gemetar.“Pak, tolong bantu aku.” Aku memohon, kata-kata itu terasa tercekat di tenggorokanku.“Bantu apa ya, Pak?” Salah satu dari satpam itu menjawab, tatapannya mengamatiku dengan penuh tanya. Wajahnya tampak serius.“Istrik

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 83. Kamu ke mana?

    "Aku kepengen makan rendang, Kak. Aku laper.""Laper?!" Mendengar jawaban Zea, sebuah gelombang lega menyapu ketegangan yang mencengkeramku. Aku pikir dia kenapa, ternyata hanya lapar. "Memangnya ini jam berapa?" Aku segera mencari-cari ponselku di antara bantal dan selimut yang berantakan, dan Zea segera memberikannya.Di layar, angka-angka digital menunjukkan pukul 02.00. Rasanya masih terlalu pagi untuk sarapan, tapi melihat wajah Zea yang pucat, rasa kantukku sirna seketika."Kamu kepengen apa tadi?" tanyaku sambil mengucek mata, mencoba mengingat permintaannya yang sempat membuatku panik."Rendang, Kak. Tapi aku kepengennya rendang kuku ayam dan dimasak oleh Bunda.""Rendang kuku ayam?" Dahiku berkerut bingung. Aku baru mendengar nama makanan itu. "Mana enak rendang kuku ayam, Zea? Nggak ada dagingnya, udah gitu pasti kotor.""Kan bisa dicuci dulu sebelum dimasak, Kak. Nggak tau juga aku lagi kepengen banget nyobain kuku ayam dibikin rendang." Zea mengusap perutnya,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status