LOGIN"Habis ngapain?" cecar Yanu sembari melepas handscoon. Keringatnya bercucuran, ia melemparkan handscoon dengan noda darah itu ke tempat sampah, mengganti benda itu dengan yang baru. "Perlu aku jawab?" wajah Gerrard memucat, langsung dilirik dengan tajam oleh Yanu. "Kudoakan besok pasienmu juga jawab begitu pas kamu anamnesa, ya!" ancam Yanu sembari meraih probe, hendak bersiap melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi. Gerrard tidak menjawab, mukanya masih sangat tegang tak peduli sudah tidak ada lagi darah yang keluar. Sementara Yanu, ia sudah serius dengan layar di hadapannya, kantuknya seketika lenyap, tepat di saat Gerrard berkata bahwa pasien Yanu mengalami pendarahan. "Ada sedikit kabar tidak enak yang harus aku sampaikan, Ger." desis Yanu tanpa melepaskan pandangan, satu tangannya sibuk menekan beberapa bagian perut Sherly. "Anakku baik-baik saja, kan?" tanya Gerrard panik, tangannya meremas-remas tangan Sherly. "Baik. Dia dalam kondisi baik. Hanya saja ...." dokter ka
"Ini apa, Mas?"Sherly terkejut, ketika mendapati ada paperbag di jok mobil. Sudah tengah malam, dan itu artinya sudah pergantian shift. Gerrard menjemputnya dan paperbag itu seperti sengaja di taruh di jok tempat seharusnya Sherly duduk. "Bukalah!" gumam Gerrard yang sudah dengan pakaian tidur. Sherly segera naik, membawa paperbag itu di pangkuan. Sejenak ia tersenyum, dari cela bagian atas, Sherly sudah bisa melihat apa yang sebenarnya ada di dalam paperbag itu. "Kenapa nggak dibuka?" tanya Gerrard sembari membawa mobil pergi dari halaman rumah sakit. "Mas beliin hape baru?" tanya Sherly memastikan. "Dari nikah, kayaknya aku belum pernah beliin kamu sesuatu, kan?" bukannya menjawab, Gerrard malah melempar pertanyaan. Senyum Sherly melebar, ia mengambil isi dari paperbag dan benar saja! Ponsel keluaran terbaru itu sudah berada di genggaman tangan Sherly. Harganya? Jangan ditanya! Belasan juta!"Suka?" Sherly menoleh, senyumnya tak mau pergi. Ia mengangguk cepat, lalu kembali f
"Ah, Sher!" pekik Alvin dengan muka riang. Dia segera bangkit, menyodorkan kursinya pada Sherly yang melangkah masuk ke dalam ruangan. "Sini-sini, duduk! Kamu kelihatan capek, sini duduk dulu!" sapanya dengan senyum lebar. Sherly melongo, ia hanya patuh sembari sedikit kebingungan. Bukan hanya Alvin, yang lain pun sama. "Kipas itu kipas bawa sini! Panas ini, AC kita masih rusak!"Benar saja! Kipas itu sudah dengan cepat dipindah. Tak jauh dari Sherly dan segera dinyalakan. Sherly menatap wajah itu satu persatu. Senior-seniornya ini sehat, kan? "Nih minum dulu, Sher! Atau mau camilan?"Gelas berisi air segera tersaji di depan wajah. Wajah-wajah itu nampak nyengir dan Sherly tidak tahan lagi! "Ini pada kenapa sih, Bang?" protesnya heran. "Nggak apa-apa, kamu dari luar tadi pasti capek, panas, gerah, haus." jawab Arsya sembari cengar-cengir. Hah? Apakah karena statusnya sebagai istri Gerrard yang terungkap, lantas mereka jadi bertingkah aneh begini? Kalau iya, rasanya mereka sem
"YANG BENER?" Alvin memekik, suasana kamar jaga mereka menjadi riuh. Wajah Antika masih sangat syok, ia duduk dikerubungi senior-seniornya. Ada beberapa yang tidak ada dilokasi tadi, namun berita itu langsung cepat menyebar. Bagaimana istri dokter Willi mengamuk dan salah melabrak orang yang dia pikir simpanan suaminya. Yang mana perempuan itu adalah Sherly, membuka sebuah rahasia besar yang selama ini dia simpan rapi seorang diri. "Plot twist yang bener-bener plot twist!" desis Giwang masih dengan raut tak percaya. "Pantes beda kalo sama Sherly, lah orang bini sendiri!"Alvin masih tertegun, ternyata dia kecolongan! Tidak perlu repot-repot hendak mencomblangkan mereka, mereka ternyata sudah suami-istri! "Berarti dulu ... perempuan yang aku liat di mobil dok Ge itu bener Sherly." desis Antika dengan tatapan kosong. "Kamu pernah liat?"Antika mengangguk, masih sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. "Pantes juga Reynan dulu dihajar sampe bonyok begitu. Kalo cuma
PLAK!! Tamparan itu begitu keras hingga membuat Sherly terhuyung, untung Antika masih bisa menahannya, kalau tidak, tubuh Sherly sudah bisa dipastikan jatuh tersungkur di lantai. Mereka sedang berada di nurse station poli bedah dan tiba-tiba ada yang menarik Sherly dengan kasar, lalu menampar wajahnya keras-keras. "Jadi kamu simpenan suami saya?" maki suara itu dengan ketus. "Sampai hamil kamu ada main sama suami saya?" damprat suara itu penuh emosi. Semua terkejut, tak terkecuali Sherly! Matanya membelalak, menatap wanita yang nampak emosi itu dengan berani. Memang siapa suami perempuan ini? Kenapa bisa Sherly yang dituduh? "Suami Ibu? Suami Ibu yang mana?" tentang Sherly tidak takut. Status Gerrard lajang ketika menikah dengannya! Dan Nirina sendiri juga mengiyakan kala itu! "Nggak usah ngelak kamu! Kamu pikir saya nggak tahu selama ini kalian main gila di sela-sela dinas di sini? Residen tahun berapa kamu? Nggak bisa sekolah kalau nggak dibayarin suami orang?" maki suara it
"Ih gemes bener perutmu, Sher!"Sherly nyengir lebar, ternyata bukan hanya dia dan Gerrard yang berpendapat begitu. Antika pun sama! Memang benar, kini perut Sherly sudah terlihat menyembul, membuat ia harus pesan ukuran khusus setelan scrub yang baru untuk jaga. Ia sudah tidak bisa memakai miliknya yang lama. "Laki-laki apa perempuan ini?" tanya Antika dengan mata berbinar. "Rahasia! Kata suami jangan bilang-bilang dulu, Mbak." jawab Sherly yang seketika membuat Antika cemberut. "Ditanya suami, rahasia. Ditanya jenkel, rahasia juga. Nanti bayi launcing sekalian reveal bapaknya, ya?" gerutu Antika yang sukses membuat Sherly terbahak-bahak. "Iya deh iya. Nanti tunggu lahiran. Oke?"Antika hanya memasang wajah gemas, sibuk mengunyah cookies yang dibawa Sherly dari rumah. Makin besar perutnya, nafsu makan ibu hamil satu ini makin meningkat. Tapi tidak masalah, Antika dan residen lain yang dapat keuntungan. Pasalnya, Sherly pasti selalu membawa banyak makanan ketika berangkat ke RS.







