Sherly tertegun, ia menatap nanar wajah yang menatapnya dengan pandangan menyalahkan tersebut.Air mata Sherly menitik, hatinya teramat sakit. Luka dari kebohongan dan ucapan sang ibu tadi belum sembuh, tapi sudah ditimpa rasa sakit lain."Pak, selama ini, Sherly nggak pernah ngerepotin Bapak atau Ibu soal biaya sekolah,” ucap Sherly dengan suara bergetar. “Pun, setelah praktek, Sherly selalu kirim uang ke Bapak Ibu. Kenapa kuliah Sony sekarang jadi tanggungan Sherly? Memangnya Sony sendiri minat kuliah?”Sang ayah menghela napas berat. “Sher, Sony itu anak laki-laki di keluarga kita. Tentunya dia harus sarjana,” jelas Darmono pada sang putri seakan-akan Sherly tidak bisa memahami hal sederhana itu. “Dia bantu tumpuan kita di masa depan.”“Lalu Sherly ini apa, Pak?” balas Sherly. “Kalau Sony memang niat kuliah, dia nggak bakal main game sehari-hari gitu, Pak. Paling nggak belajar, atau cari uang selama ambil gap year. Bukan bergantung sama Sherly.”“Sher, kamu ini anak pertama kami,”
Last Updated : 2025-10-01 Read more