Home / Romansa / Malam Panas dengan Atasan Mantan / Bab 90 : Tawaran Menyebalkan

Share

Bab 90 : Tawaran Menyebalkan

Author: Nadira Dewy
last update Huling Na-update: 2025-05-19 22:17:49

Suara langkah tergesa menggema di lorong rumah sakit. Thom datang dengan napas terengah, langsung menoleh ke kanan dan kiri sebelum akhirnya melihat Juliet duduk di kursi tunggu.

Di sampingnya masih ada Reiner. Tanpa memedulikan Reiner, Thom segera menghampiri Juliet dengan wajah penuh kecemasan.

“Kak! Bagaimana keadaan Kak Wilson?” tanya Thom dengan cepat.

Juliet menatap Thom dan berusaha tersenyum meski wajahnya tampak sangat lelah dan menahan pedih.

“Wilson… sudah lewat dari masa kritis,” jawabnya pelan.

“Dokter bilang kondisinya mulai stabil... tapi aku sudah tidak boleh menemuinya.”

Thom mengernyit bingung.

“Kenapa tidak boleh? Kau ‘kan istrinya.”

Juliet menunduk, suara napasnya berat menahan emosi. Ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Thom untuk dilihat.

“Aku... aku menandatangani surat perjanjian dari ayah dan ibunya Wilson,” katanya dengan pelan.

“Isinya... aku harus pergi dari hidup Wilson. Kalau tidak, mereka tidak a
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Luly Chan
setelah sadar Wilson pasti ga akan tinggal diam
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 219 : Awal yang Luar Biasa

    Setelah menimbang-nimbang selama berhari-hari, Karina akhirnya memutuskan untuk menghubungi Juliet. Tangan Karina sempat gemetar saat hendak menekan tombol panggil di layar ponselnya. Ia tahu, hubungannya dengan Juliet tidak pernah benar-benar akur setelah fakta besar itu terungkap, selalu ada jarak, selalu ada rasa asing yang diam-diam menekan sejak lama. Telepon berdering beberapa kali, namun masih tidak diangkat. Karina menatap layar kosong dengan napas berat. Tapi ia tidak menyerah. Kali ini, ia tidak bisa mundur lagi. Maka Karina pun menulis pesan singkat. “Juliet, ini aku Karina. Aku tahu mungkin kau tidak ingin bicara denganku. Tapi aku ingin bertemu, bicara langsung. Aku minta izin… bukan untuk membela diri, tapi untuk membuka lembaran baru. Aku tidak mau semuanya tetap begini terus.” Pesan itu dikirim. Lalu... sunyi. Beberapa jam berlalu. Karina sempat berpikir Juliet mungkin akan mengabaikannya, dan ia tidak b

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 218 : Sebuah Janji

    Hari itu, suasana bandara terasa berbeda bagi Karina dan Reiner. Bukan hanya karena mereka baru saja menyelesaikan bulan madu selama sebulan penuh yang penuh dengan kenangan manis dan pengalaman pertama sebagai pasangan suami istri, tapi juga karena mereka tahu benar setibanya di negara mereka, ujian sebenarnya akan segera dimulai. Di dalam pesawat, Karina menggenggam tangan Reiner erat. Ia melirik suaminya dan berbisik pelan, “Apa pun yang terjadi nanti… aku pasti siap.” Reiner menoleh dan tersenyum kecil, menatap wajah Karina yang kini jauh lebih kuat dari sebelumnya. “Aku juga. Ini bukan soal melawan mereka, tapi menunjukkan bahwa kita benar-benar serius. Semoga kesungguhan yang kita miliki dapat meluluhkan hati kedua orang tuaku.”Karina menganggukkan kepalanya. Sesampainya di bandara, mereka langsung dijemput oleh sopir kepercayaan keluarga Reiner. Tidak banyak bicara selama perjalanan, tapi atmosfer dalam mobil begitu penuh

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 217 : Keluarga Bahagia

    Thom menutup laptopnya dengan senyum lega. Hari itu terasa panjang dan melelahkan, tapi begitu ia melihat desain terakhirnya selesai dan terkirim ke klien tepat waktu, rasa lelahnya seakan telah terbayar lunas. Usaha desain grafis daring yang ia rintis dari nol bersama Wilson kini berkembang pesat. Klien terus berdatangan, bahkan dari luar negeri. Ia masih ingat betul bagaimana awalnya ia hanya bekerja dari kamar kecilnya dengan satu laptop tua milik Wilson dulu. Kini, ia memiliki tim kecil yang solid dan jaringan klien yang terus bertambah. Setiap hari Minggu sore, Thom rutin mengirimkan laporan mingguan kepada Wilson, pria itu masih menjadi mentor dalam bisnis. Wilson memang bukan tipe yang banyak bicara manis. Dia tegas, teliti, dan kadang komentarnya terasa menusuk. Tapi Thom tahu betul, di balik ketegasan itu, Wilson benar-benar menyayanginya. Bukan hanya sebagai adik ipar, tapi juga sebagai rekan bisnis yang ia banggakan.

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 216 : Toko Roti Chaterine

    Luis menatap wajah Chaterine yang kini jauh lebih tenang daripada dulu, tidak lagi tegang, tidak lagi haus pengakuan ataupun sebuah status. Wanita itu kini punya caranya sendiri untuk bahagia, dan itulah yang membuat Luis mulai sadar bahwa untuk bisa mendekatinya lagi, ia harus berhenti memaksakan cinta dan mulai menawarkan persahabatan yang tulus. Walaupun berat, nyatanya lebih berat jika hubungannya dengan Chaterine memburuk dan saling menjauhi. Sejak hari di mana keputusan itu diambil, setiap akhir pekan, Luis datang. Bukan dengan setelan jas seperti dulu, tapi dengan kemeja santai dan sebungkus camilan dari toko favorit Chaterine. Kadang membawa roti manis, kadang sekadar teh yang dia tahu disukai Chaterine. Mereka duduk di kursi kayu di teras, mengobrol seperti dua teman lama yang sedang menikmati sisa waktu di hari yang lambat. Tidak ada pembicaraan soal masa lalu yang menyakitkan untuk mere

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 215 : Kesempatan Kedua

    Sore itu, Wilson sedang berada di ruang tengah sambil menemani anak-anaknya bermain ketika Juliet menghampiri dengan membawa dua cangkir teh. Dia duduk di samping suaminya, lalu berkata pelan, “Aku tadi melihat Ayah mu di depan rumah Ibumu lagi.” Wilson diam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Aku tahu. Sudah beberapa kali juga. Kadang dia bantu bersih-bersih, kadang cuma duduk di teras, mengobrol sebentar dengan Ibu. Kadang juga membawa camilan.” Juliet memperhatikan wajah suaminya yang tampak tenang. “Kau tidak merasa khawatir?” Wilson menggeleng pelan. “Dulu aku mungkin akan marah. Tapi sekarang aku cuma ingin melihat mereka tenang, terutama Ibu. Setelah semua yang dia lewati, aku rasa dia pantas memilih sendiri, mau hidup dengan damai sendiri atau memaafkan Ayah dan memulai lagi dari awal.” Juliet menatap Wilson, lalu menggenggam tangannya. “Kau jadi sangat dewasa belakangan ini.” Wilson tersenyum pahit. “Aku cuma belajar dari

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 214 : Usaha Luis

    Luis tertunduk, matanya menatap lantai dengan pandangan kosong. Kata-kata Chaterine terasa seperti bilah tipis yang mengiris pelan-pelan, tidak membunuh, tapi menelanjangi penyesalan yang selama ini dia sembunyikan di balik gengsi dan egonya. Chaterine tersenyum tipis, senyum yang pahit, bukan karena benci, tapi karena luka yang terlalu lama dibiarkan membusuk. “Kesempatan untuk bersama lagi, Luis?” ucapnya pelan, hampir terdengar getir. “Itu hal paling bodoh yang pernah kudengar selama ini.” Luis mendongak pelan, sorot matanya mencari sedikit harapan yang tulus. “Dulu, kau sendiri yang bilang kau tidak pernah mencintaiku,” lanjut Chaterine. “Puluhan tahun aku mencoba tinggal di rumah itu, mencoba menjadi nyonya besar seperti yang semua orang harapkan… tapi kau selalu menunjukkan kebencianmu. Kau mendorong ku jauh-jauh. Kau membuat aku merasa kecil, tidak layak, dan tidak pernah cukup untuk bisa sedikit berharga di hadapan mu.” Dia menari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status