Share

Vivian Yang Dianggap Sial

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 15:41:24

"Kami sedang mengajar putri sendiri. Apa perlu minta izin darimu?" tanya Ryan.

"Tidak perlu izin dariku, Hanya saja bekas merah di wajah putrimu bisa dijadikan bukti sebagai tindakan kekerasan di rumah tangga. Kalian sebagai orang tua menampar dan memaksanya menikah. Ini adalah satu tindakan yang salah. Percaya atau tidak aku akan membuat kalian dihukum dan diadili di konferensi," kecam pria itu yang kemudian mengeluarkan kartu pengenalan.

"Kamu siapa, berani sekali ikut campur urusan keluarga kami," bentak Ryan.

Sambil menunjukkan kartu nama, ia berkata, "Baca dengan teliti, ini namaku!"

Mata Ryan langsung memelotot saat membaca nama pria itu, "Jaksa Micheal Loas?"

“Tuan, Anda seorang Jaksa?” tanya Vivian.

"Benar! Aku adalah warga baru di sini, Apakah Nona ingin menuntut apa yang mereka lakukan padamu?"

"Tidak!" jawab Vivian.

“Mereka memaksamu menikah, Apakah kamu akan menuruti keinginan mereka?” tanya Jaksa itu.

"Tentu saja aku menolak menikah, aku hanya ingin pergi dari sini." Vivian menetapkan hatinya untuk pergi jauh dari mereka.

"Kau tidak boleh ke mana pun, Kau harus menikah dengan pria itu," ketus Ryan.

“Aku lebih rela mati setelah menikah,” jawab Vivian dengan tegas.

"Berani sekali kau menantang kami, Apa kau sudah menjadi anak yang lupa budi orang tua," ketus Ruby.

"Membesarkan seorang anak adalah tanggung jawab setiap orang tua, undang-undang tidak menetapkan bahwa setiap anak harus membayar budi orang tuanya dengan cara dipaksa menikah. Apa yang kalian lakukan aku bisa menuntut karena aku adalah saksi di sini," kecam Jaksa itu.

Ryan sedikit gemetar dengan ancaman dari Jaksa tersebut.

“Pa, Ma, Aku tidak ingin menikah, Aku ingin pergi dari sini. kalian juga tidak menyambutku dan membenciku atas semua yang terjadi,” ujar Vivian.

"Kalau kamu berani pergi, jangan pernah kembali!" kecam Ruby yang mencubit lengan putri.

"Aaahh!" mungkin Vivian yang kesakitan dan menjauh dari ibunya.

"Anak tidak tahu diri, Berani sekali kau meminta orang luar melindungimu. Aku akan menuntut pria ini," ketus Ruby dengan nada kesal.

"Tuntut saja, dan aku akan melayani Anda. Wajah putri anda terdapat bekas auditorium. Dan putri Anda juga harus menikah dengan paksa. Kasus ini menjadi kasus berlapis. Apakah kalian berdua bersedia menanggungnya?" tanya Michael dengan mengancam.

Vivian kemudian menuju ke kamarnya dengan langkah yang cepat. 

"Ryan, Ruby...," teriak seorang wanita yang sedang tergesa-gesa.

"Ada apa denganmu?" tanya Ruby pada wanita itu yang tetangganya.

"Saya mendengar kabar, pria pemilik pabrik roti telah bangkrut."

"Apa?" tanya Ruby dan suaminya dengan serentak.

"Banyak karyawannya yang demo di luar pabriknya. Upah mereka tidak bisa dibayar sehingga menimbulkan kemarahan mereka. Tidak ada yang tahu ke mana Carlos menghilang."

"Kenapa tiba-tiba saja? Bukankah malam masih baik-baik saja?" tanya Ruby.

"Berita menyebarkan bahwa dia berhutang keliling pinggang sehingga tidak mampu membayarnya. Semua asetnya dari tujuh kediaman dan semua mobil ditarik oleh pihak bank. Enam istrinya juga sudah kabur. Pria itu menghilang begitu saja."

"Kenapa bisa begini? Bukankah sangat kebetulan," ujar Ryan dengan heran.

"Kalian hanya tidak tahu, orang yang melakukannya adalah seorang yang tidak biasa. Dia memiliki kekuasaan untuk membuat seseorang kehilangan semuanya," batin Micheal.

"Apakah karena kesi4lan dari Vivian?" tanya Ruby.

"Apa?" tanya Ryan

"Vivian sudah ternoda dan tidak bersih lagi, Dia akan dinikahi oleh Carlos. Oleh karena itu karena kesi4lan yang dibawa oleh Vivian telah menyebabkan Carlos bangkrut dan menghilang," jawab Ruby.

"Pikiran sempit! Kalian adalah orang dewasa dan bisa berpikiran seperti itu," ujar Micheal.

"Aku sudah mengerti, Putri kalian adalah seorang pembawa si4l, kalau dia tinggal di desa ini...Lama-lama kami semua juga akan kehilangan semuanya," kata wanita itu.

Pembicaraan mereka membuat Vivian semakin kesal.

"Apa yang kalian katakan, ha? Carlos runtuh apa runtuh denganku? Jangan asal menuduh."

"Kalau bukan karena kamu, pria itu tidak akan bangkrut. Ini adalah tanda bahwa bencana akan datang selagi kamu masih tinggal di sini," jawab wanita itu dengan ketus.

"Apa yang kamu bicarakan sama sekali tidak masuk akal, Kalau aku pembawa si4l kenapa kedua orang tuaku masih hidup dan masih kuat memarahiku," jawab Vivian.

“Apa kau sedang menyumpah orang tuamu, ha?” bentak Ruby.

"Aku akan pergi dari sini dan tidak akan kembali lagi, Aku tidak peduli ke depannya kalau ada bencana gempa atau banjir. itu bukan salahku," ketus Vivian yang kemudian beranjak dari sana sambil menarik kopernya.

"Pergi dan jangan pernah kembali...," teriak Ryan.

"Aku tidak memiliki anak sepertimu," teriak Ruby dengan nada kesal.

Vivian mengeluarkan air mata saat melangkah pergi. Ia pergi tanpa tujuan dan harus berpisah dengan orang tuanya.

“Aku tidak menyangka, hanya karena ulah Kian dan mantannya, aku dibenci oleh kalian,” gumam Vivian.

"Apakah kalian tahu, siapa pria yang bermalam dengan putrimu?" tanya Michael.

"Siapa dia? Dia selingkuhan Vivian dan harus ditangkap," tanya Ryan.

"Yang harus dihancurkan adalah Kian Salveston yang kalian banggakan itu, sedangkan pria yang bersama putrimu di malam itu. Adalah seorang yang lebih kuat dan berkuasa dari Kian Salveston. Tuan muda Salveston bahkan bukan lawannya sama sekali. Kedatanganku kali adalah perintah darinya. Percaya atau tidak, calon cucumu yang sudah tua itu bangkrut ada hubungan dengannya. Ketika dia bisa menjatuhkan seorang pebisnis kaya raya...dia juga bisa menjatuhkan kalian berdua yang suka menyiksa putri kalian" ujar Micheal.

Setiap ucapan Micheal mengejutkan Ryan dan Ruby sekaligus membuat mereka ketakutan.

Beberapa saat kemudian.

Vivian berjalan tanpa tujuan dengan putus asa.

Tidak lama kemudian sebuah mobil berwarna putih megikuti Vivian dari belakang.

Gadis itu menghentikan langkahnya setelah menyadari mobil tersebut sedang mengikuti.

“Jaksa Loas?”

“Masuklah, aku akan mengantarmu!” ujar Micheal yang menurunkan jendela kacanya.

"Aku tidak ada tujuan juga, Tidak tahu harus ke mana," jawab Vivian.

"Kalau kamu percaya padaku, Aku bisa menikmati mencari pekerjaan."

"Mencari pekerjaan? Aku tidak berpendidikan tinggi, Apa yang bisa aku kerjakan," jawab Vivian.

"Masuklah, Kita akan bicara di dalam perjalanan!"

                                        ***

“Setelah tiba ke kota, Aku akan memberikan pekerjaan yang tepat untukmi,” ucap Jaksa itu yang sedang menyetir.

“Apa mereka akan menerima pekerja dari desa?” tanya Vivian yang duduk di situ.

"Tenang saja! Mereka butuh pengalaman. Bukan asal-usulmu," jawab Jaksa itu yang menahan rasa senangnya.

Sudah saatnya, dia mengirim Vivian ke sisi Jenderal yang tergila-gila padanya sejak tiga tahun lalu.

"Kuharap dengan begini, dia tak segila itu lagi," batin Jaksa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status