Share

Bab 2. Pria Semalam

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:45:25

"Li-Lia?!”

Jantung Tania seolah berhenti berdetak. Seorang wanita berseragam hitam dengan rambut disanggul, berdiri tepat di hadapannya.

Lia, rekan kerja Tania, tengah mendorong kereta makanan. Matanya menyipit penuh selidik. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya.

Tania merasa napasnya tercekat. Kepalanya masih berdenyut dari efek mabuk semalam. Dia kesulitan memikirkan alasan apa yang harus dia berikan. Sementara pakaiannya masih sama seperti kemarin.

"Aku ….”

Lia menepuk tangannya sendiri. “Oh, iya! Kita kan diminta kumpul jam sepuluh.”

Otak Tania yang panik bahkan tidak bisa memproses apa yang sedang dibicarakan Lia, tapi dia membenarkan saja ucapan temannya itu.

“Iya, aku datang terlalu pagi. Makanya aku jalan-jalan sebentar, tapi–tapi aku meninggalkan ponselku di rumah. Aku mau mengambilnya dulu.”

Tania memaksa masuk ke dalam lift. Dia mendorong kereta makanan yang dibawa Lia, membuat temannya itu keluar dan menyisakan lift hanya untuknya.

“Aku duluan, ya!” Tania berpamitan tanpa menunggu respon dari Lia.

Lift mengantar Tania ke lobi. Dia bergegas berlari keluar. Tangannya melambai memanggil taksi. Tania mendapatkan satu dan langsung naik tanpa ragu.

"Ke Jalan Pemuda, Pak. Cepat," ucapnya singkat, lalu menyandarkan kepala ke jendela, mencoba mengatur napasnya yang masih kacau.

Selama perjalanan, Tania menutup mata, berusaha menenangkan diri. Namun, bayangan semalam terus menghantuinya.

'Argh! Aku bisa gila! Kenapa aku harus mabuk dan berakhir seperti ini?! Siapa pula laki-laki itu?!' pekiknya dalam hati.

Tiba di rumah, ibunya, Anggi, sedang menyapu teras. Begitu melihat Tania, wanita itu langsung berhenti, matanya mengerut penuh tanya.

"Kamu dari mana, Tania? Kenapa baru pulang?"

Tania berusaha bersikap tenang, menutupi getaran dalam suaranya. "Tania lembur, Bu. Ada kerjaan mendadak. Ini juga mau balik kerja lagi.”

Mata ibunya mengamati wajah Tania cermat. Tania bisa merasakan tatapan itu menelusuri riasan luntur di pipinya, rambutnya yang sedikit berantakan, dan pakaiannya yang kusut.

"Kenapa nggak bilang dulu?" suara ibunya lebih lembut, tapi penuh kekhawatiran.

Tania menjawab asal. “Maaf, Bu. Handphone Tania kehabisan baterai. Lain kali, pasti Tania kabari.”

Dia melangkah cepat, masuk ke dalam kamar. Tania melemparkan tas, mengambil handuk, lalu membersihkan diri. Dia sudah harus ada di tempat kerjanya pukul 10.

Tepat saat Tania selesai berganti pakaian, ponselnya bergetar pendek-pendek. Entah kenapa hatinya berharap kalau itu adalah pesan dari Gilang.

'Setidaknya dia berhutang maaf padaku!' rutuknya dalam hati.

Tania mengeluarkan ponselnya dan kecewa. Pesan itu dari atasannya.

'Ha! Bodohnya aku! Berharap pada bajingan seperti dia!'

Tania segera menyentuh layar untuk membuka pesan dari atasannya.

Rachel - Manajer: Tania, bisa ke ruangan saya nanti?

Tania menghela berat. Jelas, dia tidak bisa menghindari perintah itu.

Tania: Bisa, Bu.

Tania menarik napas dalam. Dengan janji yang baru saja dia ucapkan, maka Tania harus berangkat sekarang.

'Sekalian saja aku minta resign. Aku enggak mungkin kerja di tempat yang sama dengan Gilang,' tekadnya dalam hati.

Memilih untuk mengendarai ojek online-demi mempersingkat waktu, Tania tiba di tempat kerjanya dalam setengah jam. Tak berhenti, dia langsung menuju ruangan sang manajer.

“Ya, silakan masuk!” Rachel menjawab dari dalam ruangan setelah Tania mengetuk pintu.

Tania membuka pintu dan segera masuk. Dia duduk di hadapan Rachel.

“Tania, maaf memanggilmu lebih awal. Untuk acara jam 10 nanti, kamu diminta untuk menjadi perwakilan pegawai magang. Jadi kamu–”

“Maaf, Bu.” Tania menyela. Dia mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. “Saya … saya mungkin tidak bisa melakukan itu. Saya mau mengundurkan diri.”

Rachel terkejut, tapi dia menghadapinya dengan tenang. Wajahnya tersenyum. “Bisa kamu pikirkan lagi? Hotel kita kedatangan direktur operasional yang baru, dan saya sudah merekomendasikan kamu untuk menjadi pegawai tetap.”

Tania serba salah. Kenapa harus sekarang dia mendapatkan promosi?

“Jangan melewatkan kesempatan baik seperti ini, Tania,” ucap Rachel, memberikan saran.

Melihat wajah Tania yang masih ragu, Rachel terus membujuknya. “Kita bicarakan lagi setelah acaranya selesai,” ucap Rachel, mengakhiri pembicaraan mereka.

Tania tidak bisa membantah lagi. Dia mengiyakan. Rachel pun memintanya untuk bersiap.

Dengan gamang, dia melangkah keluar dari ruangan sang manajer dan larut dalam persiapan acara.

Sesuai jadwal, pukul 10 Tania memasuki aula yang dipakai untuk mengadakan sambutan untuk direktur baru mereka.

“Selamat kepada Direktur Operasional baru Grand Velora!”

Sesuai permintaan, Tania akan menjadi perwakilan dari karyawan magang untuk memberikan tanda penyambutan.

Dia melangkah maju dengan wajah sumringah yang setengah mati dia kondisikan. Siapa juga yang bisa bahagia ketika baru saja diselingkuhi!

Namun, ketika Tania mendekat untuk menyerahkan buket bunga, senyum di wajahnya sirna, berganti dengan kengerian.

"Kau–"

Sebuah seringai membalas senyum Tania. "Kita bertemu lagi, Nona.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 118

    “Tenang saja.” Romi malah memberikan Tania sebuah senyuman. Pria itu menenangkan Tania. “Tidak perlu bingung. Bekerja saja seperti biasa,” ucap Romi. Tania menggeleng keras. Ia tidak bisa menerima jawaban Romi. Berulang kali Tania mengucapkan maaf. “Kamu jaga saja dirimu, dan tetap berhati-hati.” Romi menitipkan pesan terakhir. Mobil menurunkan Tania tepat di depan rumah. Sepertinya, Romi sudah tahu alamat Tania sejak awal. “Saya pamit, ya. Jangan lupa kabari Pak Direktur. Dia pasti khawatir,” ujar Romi.Tania tersenyum getir. Ia mengangguk pelan. Tanka menyeret kedua kakinya ke depan rumah. Rumah Tania terkunci. Tangannya mengambil kunci cadangan dari dalam tas. Setelah masuk, Tania menutup pintu rapat. Tubuhnya meluruh ke lantai. “Sekarang … aku harus gimana?” Tania membuat Rafael dalam kesulitan, dan ia juga menyeret Romi bersamanya. Apa benar yang dikatakan oleh Julian?“Aku pembawa

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 117

    “Tidak akan terjadi apa pun! Jawab saja, Pak!” Tania jadi membentak. Ia sejenak lupa pada jabatan Romi yang lebih tinggi darinya. Bagi Tania, Rafael yang paling penting sekarang. “Saya akan mengantar,” jawab Romi. Setidaknya, jika Romi sudah menjadi pengadu, maka pria itu akan bertanggung jawab. Romi membujuk Tania untuk masuk ke mobil. Tania harus bersabar sampai mobil yang ia tumpangi bersama Romi berhenti di rumah sakit. Romi terus menemani Tania sampai ke depan ruang rawat. Tok. Tok. “Permisi Pak Direktur.” Romi meminta izin masuk. Terdengar jawaban dari dalam ruangan. Karena sudah diiyakan, Romi membuka pintu dan melangkah masuk. Tania berjalan di belakang Romi, tidak sabaran. Namun, langkahnya terhenti sesaat kemudian. “Kamu lagi?!” Teriakan keras dengan suara yang familiar. Saat melihat Tania, darah Julian serasa naik ke kepala. Ia langsung berdiri, napasnya memburu. Tatapannya

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 116

    “Kamu kenapa?” Fera menyapa Tania yang baru datang. Bibir Tania cemberut. Wajahnya masam karena kesal. Apalagi alasannya kalau bukan Rafael. Rafael belum juga membalas pesannya sampai sekarang. Sudah lima hari berlalu, dan pesannya terbaca tanpa dibalas!“Enggak apa-apa,” sahut Tania tak bersemangat. Ia menanyakan Tasya kemudian, untuk sekedar mengalihkan pembicaraan. Tania tak mau Fera bertanya lebih banyak. “Tasya shift siang,” jawab Fera singkat. Tidak ada pembicaraan lagi karena Nico datang tak lama kemudian. Manajer itu memberitahukan reservasi grup untuk besok. “Pastikan kalian melayani dengan baik karena mereka adalah tamu-tamu VIP,” ujar Nico. Tania dan Fera mengangguk bersamaan. Tania mengucap syukur dalam hati. Romi memintanya datang ke pengadilan hari ini. Kalau jadwalnya besok, mungkin Tania harus mengucapkan maaf pada pria itu. Tak lama setelah Tania menyebutkan nama Romi dalam hati

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 115

    “Bapak mau bicara apa?” Tania langsung bertanya saat mereka duduk di dalam kafe. Tania melirik ke arah jendela yang ada di sampingnya. Ia memang sengaja memilih tempat yang terlihat. Rasanya akan mencurigakan jika Tania memilih tempat duduk di pojok saat duduk dengan seorang lelaki. Apalagi ia tidak tahu status Romi yang sekarang. ‘Apa masih suami orang? Atau sudah duda?’Tania tidak ingin ikut campur. Jadi, ia hanya menyimpan pertanyaan itu dalam hati saja. Ia juga tak mau menjadi orang yang kurang ajar. “Saya mau mengucapkan terima kasih.” Romi memulai kalimatnya. Tania mengangguk pelan. “Sama-sama, Pak,” jawab Tania. “Saya juga membantu karena dulu pacar saya terlibat,” sambung Tania. Keadaan hening sesaat. Tania yakin Romi ingin mengatakan hal yang lain. Tidak mungkin hanya ucapan terima kasih saja. “Silakan minumannya.” Pegawai kafe meletakkan dua cangkir kopi di depan Romi dan Tania.

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 114

    ‘Loh?’ Tania memandang heran. Ia memasang senyum canggung. Tania melirik sekilas ke arah cucu sang nenek. Anehnya, pria itu terlihat tidak salah tingkah sama sekali. “Namaku Enzo,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Tania membalas uluran tangan Enzo sopan. Lalu, Tania memperkenalkan dirinya sendiri. “Aku Tania.” Tania berusaha menjawab senatural mungkin. Ia bahkan menyisipkan senyum. Setelahnya, Tania mulai mengalihkan pembicaraan. Ia berusaha sebaik mungkin agar tidak melukai nenek dan cucu di hadapannya ini. “Nenek dan Enzo akan liburan ke mana kali ini?” Tania bertanya dengan nada lembut. “Sebenarnya, aku mau mengajak Nenek ke pantai,” jawab Enzo. Tania mengangguk. “Itu bagus! Jangan lupa memakai sunscreen. Di sini sangat panas.”Enzo menatap Tania lama, dan Tania sungguh merasa tidak nyaman. Ia memilih untuk nekat menadahkan tangan.“Boleh lihat paspornya untuk check in?” Tania akhirnya bicara. Enzo yang memberikan paspor pada Tania. Pria itu memberanikan diri untuk bert

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 113

    “Kenapa aku masuk pagi terus?” Tania mengeluh mendapati gedung Grand Velora di depannya. Ia melangkah masuk dengan hati berat. Tania tidak bisa bolos. Ia bukan orang yang tak bertanggung jawab. Tania juga … ingin melihat wajah Rafael. Apa yang terjadi setelah ia pergi? Tania sungguh penasaran. Rafael tidak menghubunginya setelah itu. Tania juga tidak memiliki keberanian dan alasan yang cukup untuk memulai. “Dia pasti baik-baik saja,” lirih Tania pelan. Tania mencoba menepikan kalut dalam hatinya sejenak. Di lobi Grand Velora, ia melihat Fera dan Tasya yang sudah siap di belakang meja resepsionis. “Selamat pagi!” Tania menyapa duluan. Ia memberikan sebuah senyum lebar. Masalah hatinya, biarlah hanya Tania yang tahu. “Pagi!” Fera dan Tasya menjawab bersamaan. Tania pamit berganti seragam sebelum bersiap di depan meja resepsionis. Ia langsung melayani tamu karena lobi tiba-tiba saja ramai. “Satu malam di kamar suite ….” Kalimat Tania terhenti. Pandangannya tertuju pada sosok y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status